Doa Dari Tanah Kepada Langit
"Pergi saja dari sini! Lahir batin saya menyesal telah melahirkan kamu Nona! Anak durhaka, anak yang tidak bisa menyenangkan hati orang tua!"
Aku terpana mendengar rentetan kalimat yang keluar dari mulut ibuku. Untaian kalimat itu memasuki gendang telingaku bagai busur panah yang menancap tepat di sasaran, yaitu hatiku.
"Pergi dari sini dan ikutlah dengan papamu yang tidak tau diri itu! Mau dikasih enak malah nolak, anak durhaka!" beliau masih saja memakiku.
"Iya Ma, Nona pergi dari sini. Maaf kalau selama ini Nona sering merepotkan Mama," aku beranjak untuk menuju ke kamarku.
"Berhenti! Mau kemana kamu?! Jangan sekali-kali membawa apapun dari rumah ini! Pergilah sekarang!"
Ucapan Mama membuatku menoleh, "Maaf Ma, tapi ada beberapa barang pribadiku yang bukan berasal dari Mama. Semoga Mama mengerti dan cukup tau diri untuk tidak mengakui jika barang-barang tersebut berasal dari Mama."
"Kurang aj*ar! Anak durhaka! Sampai kapanpun kamu jangan lupa jika surgamu ada di telapak kaki saya! Tanpa ridho saya, kamu tidak akan bisa masuk ke sana!"
Aku terbatuk sebelum menjawab, "Dan semoga Mama juga ingat, salah satu dari 3 amal jariyah adalah anak sholeh atau sholehah yang mendoakan orang tuanya. Setelah apa yang Mama perbuat pada Nona, Mama pikir Nona akan mendoakan Mama kelak?"
Seraut wajah itu membuang pandangannya ke samping. Dengan bergegas aku ke kamar, mengambil ransel yang tergantung di belakang pintu serta memasukkan barang-barang yang kubeli sendiri.
"Mama haramkan rumah ini untuk kamu injak!" seru Mama menepis tanganku, saat aku bermaksud untuk mencium tangannya.
"Ngga masalah Ma, Assalamualaikum." Ucapanku dibalas dengan bantingan pintu tepat saat aku masih berdiri di teras.
***
Namaku Shannon, biasa dipanggil Nona. Aku anak tunggal dari orang tua yang sama-sama memiliki ego tinggi. Mungkin karena mereka juga sama-sama anak tunggal yang berasal dari keluarga terpandang. Mamaku berasal dari keluarga ningrat yang memiliki banyak usaha, dan papaku berasal dari keluarga pedagang yang juga memiliki usaha. Sayangnya usia pernikahan mereka bertahan hanya sampai aku lulus SMA. Mereka kalah oleh ego dan memilih membubarkan diri dari ikatan pernikahan.
Selepas mereka bercerai, aku tinggal di berbagai tempat. Terkadang aku tinggal di kost yang kusewa, terkadang di rumah Mama dan terkadang di rumah Papa. Tergantung suasana hati saja. Sebenarnya aku memiliki rumah kecil hadiah dari mereka saat aku berulang tahun ke dua puluh satu. Sayangnya rumah itupun kemudian dijual oleh mama karena alasan usahanya yang terpuruk. Mau tidak mau aku membiarkannya karena jika aku menentang keinginan Mama, beliau tidak akan segan mengataiku anak durhaka. Bahkan saking seringnya, sampai aku merasa kebal sendiri.
Saat aku lulus kuliah, mama dan papa memutuskan untuk kembali menikah dengan pilihan mereka masing-masing. Dan lagi-lagi, mereka masih menganggapku anak kecil yang tidak perlu dimintai pendapat. Tidak masalah, toh selama ini aku terbiasa dengan diriku sendiri. Sudah dari kecil aku merasa lebih dekat dengan ART di rumah. Aku terbiasa mandiri tanpa bantuan siapapun. Jadi, ada atau tidaknya mereka, tidak berpengaruh banyak untukku.
Pengusiranku hari ini dikarenakan keinginan mama untuk menjodohkanku dengan salah satu temannya. Yap benar, teman. Artinya seseorang yang berumur sepantaran mamaku. Dengan tegas aku menolak sehingga makian kembali kudapat. Beberapa hari yang lalu, tanpa sengaja aku mendengar pembicaraan dengan temannya tersebut. Beliau menjanjikan untuk membantu usaha Mama kembali stabil jika bisa menikah denganku. Kasarnya, Mama berusaha membarterku dengan uang. Miris? Ya, tapi aku sudah terbiasa.
Papaku pun tidak berbeda jauh dengan Mama. Aku diharuskan mengikuti semua perintahnya, suka ataupun tidak.
"Kamu harus nurut sama Papa, Nona! Kamu masih tanggung jawab Papa. Jika kamu membangkang, sampai ma*ti Papa ngga akan pernah mau jadi wali kamu saat menikah kelak!" ucapnya seminggu sebelum Mama mengusirku dari rumahnya.
"Ngga masalah Pa. Nona sama sekali ngga keberatan kalaupun harus ngga nikah seumur hidup," jawabku santai saat menolak keinginan beliau yang kembali meminta uang untuk menopang kehidupan keluarga barunya karena semua usahanya gulung tikar.
"Anak durhaka! Jangan pernah kembali ke sini lagi untuk alasan apapun!"
Aku mengangguk mengerti dan keluar tanpa pamit. Selama ini aku diwajibkan untuk membiayai kedua orang tuaku beserta keluarga mereka masing-masing. Untungnya, aku sudah bekerja dengan gaji yang lebih dari cukup setiap bulannya. Mama memintaku tinggal di rumahnya agar lebih mudah menguasaiku. Puncaknya, saat beliau kehilangan akal sehatnya dan mau menikahkan aku dengan temannya.
***
Sesampainya di tempat kost, aku segera membersihkan diri dan mengambil perlengkapan sholat.
"Ya Allah, ampuni hamba yang sudah lancang melawan perintah orang tua hamba. Ampuni hamba yang tidak bisa menjadi anak berbakti untuk mereka. Tolong kuatkan hati hamba agar tidak mudah sedih melihat perlakuan mereka kepada hamba. Kuatkan fisik hamba agar hamba tidak sampai harus meminta pertolongan dari mereka. Cukupkan rejeki hamba agar hamba bisa menghidupi diri hamba sendiri. Dan untuk orang tua hamba, ampunilah semua dosa dan khilaf mereka. Lembutkanlah hati mereka. Sayangi dan lindungilah mereka berdua. Aamiin."
Aku mengusapkan kedua tanganku ke wajah yang sudah penuh dengan air mata yang mengalir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Oh Dewi
Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya Caraku Menemukanmu
2023-08-23
1
teti kurniawati
kadang aku juga sering menyesal, karena seorang ibu kadang byk emosi
2022-09-26
3