Rahasia Meri
Pagi yang indah Meri bangun dari tempat tidur. Seperti biasanya Meri bangun lebih dulu untuk menyiapkan makan pagi untuk keluarganya. Karena itu adalah rutinitas Meri untuk menyiapkan sarapan pagi.
Meri yang sudah selesai menyiapkan makanan dan hendak untuk berangkat sekolah. “kamu mau kemana,”ucap Bela adiknya.
“Aku ada piket pagi ini dan aku harus pergi berangkat lebih awal,”ucap Meri yang ingin segera pergi dari rumah.”Kamu sebaiknya sarapan lebih dulu,”ucap ayahnya yang bernama Bram. “Terima kasih yah, tapi aku buru-buru,”kata Meri yang segera membuka pintu dan pergi dari rumah.
“Anak yang tidak tahu di untung suruh makan pagi bersama tidak mau,”ucap Bela.”Lihat itu yah, dia anak yang selalu ayah Banggakan sampai sekarang,”kata Bela yang tidak suka dengan Meri.
Meri yang merupakan anak angkat dari keluarga Sari karena suatu hal Meri diadobsi.”Cukup,”ucap Bram.
“Sudah kenapa masih bahas, kita makan saja dulu,”ucap ibu Bela yang bernama Intan. “Iya Bu,”ucap Bela dengan patuh.
Mereka bertiga yang menikmati makan pagi bersama seperti keluarga. Meri yang tidak sengaja melihat mereka merasa terkucilkan. Karena dari kebaikan keluarga anggatnya yang dulu dan sekarang berbeda setelah Bela lahir.
“Ini bukan keluargaku, tapi ini keluarga Bela,”ucap Meri yang berjalan menuju keluar taman setelah melihat pemandangan yang membuat Meri merasa sakit. Di perjalanan menuju sekolah Meri selalu mampir membeli makanan untuk mengisi perutnya. Hingga dia berpapasan dengan seorang preman yang ada di dekat wilayah dilalui Meri.
Tapi Meri yang sudah terbiasa dengan kondisi yang dia lalunya hanya santai saja saat berpapasan dengan mereka. Perjalanan menuju sekolah Meri selalu berjalan kaki, berbeda dengan adiknya yang selalu diantar oleh sopir. Tapi Meri yang sudah terbiasa hanya menikmati perjalanan hidupnya, hingga dia melihat sesuatu dari jauh.
“Apa yang terjadi di sana?,”ucap Meri yang melihat dari jauh.”Hampiri tidak ya tapi aku harus pergi,”ucap Meri yang ragu ingin melihat apa yang terjadi di depan dia. Meri yang melihat jam tangannya sudah waktunya dia harus sampai di sekolahan karena dia ada piket.
Kebetulan bus yang selalu aku naikki sudah datang, Meri bergegas masuk ke dalam bus dan tidak bisa melihat apa yang terjadi. ”Mungkin tidak terlalu penting,”ucap Meri yang mencari tempat duduk. Setelah melihat disekelilingnya dia menemukan bangku yang kosong dan dia duduk sampai dia sampa di tempat tujuan.
Tiga puluh menit telah berlalu Meri yang sudah sampai di depan gerbang sekolah dia masuk menuju ke ruang kelas. Perjalanan menuju ruang kelas yang masih sepi karena belum ada siswa yang datang. Tapi waktu itu Meri tidak sengaja melihat walinya bersama dengan ketua OSIS di dalam ruangan. Meri yang tidak tahu dan tidak ingin mencari tahu, hanya langsung menuju ruang kelas yang kosong.
Meri membuka loker penyimpanan perlengkapan kebersihan. Meri membuka lokernya dan mengambil sapu dan serok genggam. Meri mulau membersihkan ruangan. Selesai membersihkan kelas dia membuang sampah yang ada di tempat sampah yang sudah menumpuk.
Meri yang berjalan menuju lorong yang ada di belakang dimana bak pembuangan sampah berada. Tapi tidak tahu kenapa Meri yang merasakan kalau dirinya akan mendapatkan masalah bertemu dengan Tera.
“Kamu mau kemana anak sampah,”ucap Tera. Meri melihat ke depan dan melihat Tera yang sudah ada di depannya. Meri hanya diam saja karena dia tidak ingin mencari masalah dengan Tera teman Bela.
“Kenapa kamu diam saja,”ucap Tera sambil menarik rambut Meri ke belakang. Meri yang kesakitan memegang tangan Tera untuk dilepaskan.”Aku hanya ingin membuat sampah saja, tolong lepaskan rambutku Tera,”kata Meri yang menahan sakit karena jambakan Tera.
“Ohhh... pantas saja bau sampah di tubuh kamu,”kata Tera yang melepaskannya dan langsung mendorong Meri sampai jatuh dan bak sampai yang dia bawa jatuh berserakan.
“Pungut itu anak sampah,”kata Tera yang berjalan menjauh. Meri yang mencoba berdiri membersihkan tubuhnya dan merapikan rambutnya. Selesai merapikan diri dia memungut sampah yang berserakan.
“Kamu tidak apa-apa,”ucap Tea yang baru saja berangkat. “Tea,”ucap Meri yang melihat ke depan dia.”Aku bantu kamu membersihkannya,”kata Tea.
Tea yang merupakan sahabat Meri dengan latar belakang keluarga yang biasa tapi kedua orang tuanya sangat menyayangi Tea. Tea yang memiliki dua adik yang masih sekolah dan ayah dan ibunya yang berkerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
“Kenapa sampah bisa berserakan, apa kamu diganggu lagi ya,”kata Tea yang selalu perhatian kepada Meri.
“Tidak kok,”ucap Meri yang tidak ingin temannya juga diganggu karena Meri.
“Sudahlah,”ucap Tea yang melihat wajah Meri yang tidak ingin berkata. Selesai memungut sampau Tea dan Meri membuang sampahnya dan berjalan bersama menuju ruang kelas. Sampai di ruang kelas Bela yang sudah masuk langsung berkata,”Hai anak sampah. Apa kamu sudah mengerjakan tugasku.”
Meri yang meletakan bak sampahnya berjalan menuju tempat dia duduk dan mengambil hasil kerja tugas yang diberikan oleh Bela dan kawannya.”Ini dia sudah aku selesaikan,”kata Meri yang lemas.
“Bagus, awas saja jika guru tahu kamu yang mengerjakan tugasku kamu tahukan. Di rumah,”kata Bela dengan sombong.
Meri hanya menundukkan kepalanya dan langsung duduk di kursi kerena bel sudah berbunyi. “Kenapa kamu selalu membantu dia dan tidak kamu lawan,”ucap Tea yang duduk disampingnya.
“Mau lawan bagaimana, bukannya kamu tahu jika aku melawan aku tidur di gudang,”kata Meri yang sudah terbiasa dengan kata kasar yang diberikan oleh Bela dan kawannya.
“Aku juga tidak bisa membantu, maaf ya,”kata Tea yang merasa menyesal karena tidak bisa berbuat apa-apa. Meri yang melihat temannya frustasi karena dia, menepuk punggung Tea dan berkata,”Santai saja, kamukan bisa menjadi teman baikku.”
Meri yang tersenyum dihadapan Tea. Suasana kembali tenang sampai guru datang dan pelajaran dimulai. Pelajaran yang sudah berganti guru dua kali dan waktunya jam istirahat, belum sempat Meri meletakkan bukunya di laci Bela dan kawannya datang.
“Hai anak sampah, ini catatan kamu beli di kantin,”ucap Rika sambil menepuk meja dengan keras. Tea yang melihat berkata,”Kamukan memiliki kaki kenapa tidak beli sendiri, kenapa masih mengganggu Meri.”
“Apa kamu mencoba membela Meri, Tea. Kamu tidak takut jika aku mengeluarkan kamu dari sekolahan,”kata Bela dari dekatnya. Tea kemudian terdiam karena dia tidak berani melawan Bela yang memilki pengaruh di sekolahan karena orang tuanya. Untuk memecahkan suasana Meri berkata,”Mana biar aku belikan, tapi Bela kamu jangan mengganggu Tea lagi.”
“Ok tapi segera jangan pakai lama kamu membelinya,”kata Bela. Meri mengambil secarik catatan yang diberikan kepada Rika dan berjalan keluar bersama dengan Tea.
“Kamu tidak apa-apa,”ucap Meri.”Maaf ya aku tidak bisa membantu kamu. Bela kan adik kamu tapi kenapa dia selalu menyuruh kamu ya,”kata Tea yang bingung.
“Jika kamu ingin tahu aku bisa mengatakannya kepada kamu setelah kita membeli ini,”kata Meri sambil mengangkat kertas.
“Tapi dari mana kamu mendapatkan uangnya untuk membeli ini semua,”ucap Tea sambil menatap Meri.”Aku pakai uang sakuku yang aku simpan, kamu tidak usah khawatir,”kata Meri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments