Meri hanya menatap ke arah pasien yang sedang tidak sadarkan diri. “Kamu tidak usah khawatir dia bisa melakukan operasi termasuk membunuh orang dia bisa. Jadi jangan khawatir, jika ingin disalahkan tunjuk saja orang ingin melakukan operasi itu,”ucap Erik sambil melirik ke arah Meri.
Meri hanya tersenyum setelah melihat pasien dengan kondisi yang sudah kurang stabil tingkat darah yang menurun, jantung dengan kondisi standar yang tiba-tiba akan bisa berhenti. Jika tidak ditolong segera apa lagi racun yang mengenai bagain usus pasti akan ada masalah, jika tidak dilakukan dengan cepat.
“Erik kita mulai sekarang,”ucap Meri yang sudah siap membedah. Pisau bedah yang sudah ditangan Meri dengan cekatan dia mulai membelah tubuh pasien yang terluka berlahan sampai di dalam kelihatan tulang dan daging yang merah. Selesai membuka bagian luar dia meminta penjepit untuk memindahkan organ yang tidak terluka agar tidak menambah luka.
Satu jam telah berlalu Meri membedah dan mencari lokasi peluru yang ada didalam ketua preman. Hingga detik terakhir dia menemukan peluru yang melukainya, hanya beberapa goresan yang terbuka dan membutuhkan jahitan kecil untuk menutup luka. Peluru dikeluarkan oleh meri menggunakan gunting dengan hati-hati sampai dia melihat ke arah layar dimana tekanan darah dan jantung masih dalam kondisi normal. Peluru telah dikeluarkan Meri kembali melakukan Jahitan tubuh yang mendapatkan luka.
Erik yang disampingnya membantunya dengan cekatan bersama dengan perawat yang membantu mengecek tekan darah dan jantung pasien melihat mereka berdua sangat cepat dalam melakukan operasi. Dengan pikiran perawat yang masih terkagum-kagum oleh sikap yang diberikan dan tindakan mereka yang saling membantu membuat operasi ditahap akhir. Jarum bedah dan Benang bedah yang sudah tersedia Meri mulai menjahit tubuh pasien perlahan tapi bersih.
Dua jam telah berlalu anak buah para preman yang masih diluar menuggu operasi yang masih berjalan. Di lorong yang agak jauh John dan Jesi yang melihat tidak berani masuk ke dalam kerumunan para preman. “Bagaimana ini kak, apa Meri bisa melakukan operasi?,”ucap Jesi.
“Aku juga tidak tahu apa yang sedang terjadi di dalam sana, semoga saja tidak terjadi apa-apa,”kata John yang masih khawatir dengan Meri.
Di dalam ruang operasi Meri dan Erik yang sudah menyelesaikan operasi melihat kondisi pasien yang masih belum pulih total karena racun.”Biarkan aku yang melanjutkan, kamu cepat cari obat penawar racunnya,”kata Erik yang menggantikan dia membalut luka yang sudah dijahit oleh Meri.
“Aku serahkan kepada kamu,”ucap Meri yang berjalan kearah lain dimana dia memeriksa racun yang ada didalam peluru dan sisa darah yang dia ambil.
Meri yang melihat dengan seksama dan mulai menganalisis dengan Mikroskop. Sampai dia melihat kalau bakteri ini memiliki ke samaan dengan racun ular dengan ciri yang sudah diperiksa. Meri mulai membuat obat penawar dengan bahan yang ada dan bahan yang dia bawa selalu. Setengah jam telah berlalu Meri membuat obat penawar dan sudah di uji keberhasilannya. Meri langsung berjalan ke arah pasien.”Bagaimana kondisinya?,”ucap Meri yang berjalan mendekat.
“Untuk sekarang kondisi masih normal hanya saja tubuh dan fisik tidak bisa bertahan dari racun yang didapatkan dengan nadi yang memulai tidak stabil. “Suntikan obat penawarnya,”ucap Meri sambil memberikan obat penawarnya.
Obat penawar sudah disuntikan dan tinggal menuggu hasil apa pasien bisa menerima atau tidak. Meri dan Erik yang melepaskan sarung tangan dan mencuci tangannya kembali berjalan kearah perawat.
“Bagaimana hasilnya?,”kata Meri dengan sopan.
“Kondisi pasien sudah mulai membaik,”ucap perawat yang senang.
“Tapi bagaimana kamu bisa melakukannya,”ucap perawat. “Karena aku memiliki pengetahuannya hanya saja apa kamu bisa merahasiakan apa yang kamu ketahui hari ini,”ucap Meri.
“Tenang saja aku akan merahasiakannya, hanya saja bagaimana dengan atasan saya. Apa saya boleh memberitahukannya?,”kata Perawat.
“Jika atasan kamu bertanya, tapi jika tidak jangan buka mulut. Tapi dengan syarat dia harus tutup mulut jika ingin selamat,”kata Meri yang membuka pintu ruang operasi.
Para preman yang sudah menuggu langsung menuju ke arah Meri dan Erik yang keluar dari raung Operasi.”Bagaimana kondisi bos saya,”ucap preman.
“Masa kritis sudah lewat dan hanya tinggal pemulihan,”ucap Meri. Dokter datang setelah Meri keluar dengan tatapan bingung bersama dengan Jesi dan John.
Mereka berdua langsung menghampiri Meri dan Erik.”Apa kamu baik saja, apa orang yang kamu bedah juga baik,”ucap Jesi yang khawatir.
“Maksud kamu ketua preman, dia sudah melewati masa krisis dan bisa di pindah ke ruang pasien yang biasa,”kata Meri.
“Apa kamu yakin dia baik-baik saja, kamu hanya siswa biasa tapi bagimana kamu bisa melakukan opersi ini,”ucap wakil ketua preman.
“Aku bisa atau tidak yang penting ketua kalian selamat bukan, untuk selanjutnya kalian bisa cari sendiri. Aku akan pergi karena sudah malam,”ucap Meri yang berjalan ke arah kerumunan menuju keluar.
Sampai Perawat yang bersama dengan Meri dan Erik keluar setelah menstabilkan kondisi pasien agar tetap kondusif setelah menjalankan operasi. “Sita apa yang dikatakan anak ini apa pasien baik-baik saja,”ucap dokter.
“Pasien sudah melewati masa kritis dok. Apa yang mereka lakukan berdua memang dengan prosedur kedokteran yang ada, jadi tidak akan ada masalah,”ucap Sita.
Meri yang berjalan keluar saat mereka sedang berbicara bersama dengan Erik bersama dengan Jesi dan John di belakang. Sampai di pintu keluar rumah sakit Meri bisa melepaskan lelah. “Aku lapar,”ucap Meri.
“Meri, kamu harus menjelaskan apa yang sedang terjadi kepada kami berdua termasuk paK Erik,”kata John.
“Apa yang ingin kalian ketahui, tidak penting. Ayo cari makan aku lapar sebelum aku pulang,”kat Meri yang tahu kalau dirinya pulang terlambat akan mendapatkan hukuman. Meri dan yang lain mencari kedai makan untuk melepaskan lelah dan mereka makan bersama sampai Meri bercerita semuanya dan Jesi dan John merasa tertarik. Walaupun cerita yang diberikan tidak semuanya benar oleh Meri.
Jesi dan John yang saat itu mulau mencari tahu apa yang dirahasiakan oleh Meri, tanpa sepengetahuan Meri. Selesai makan Meri dan yang lain berpisah kembali pulang. Meri yang berjalan ke arah rumah dengan berharap kalau lampu di rumah sudah mati dan semua orang sudah tertidur.
Meri berjalan perlahan membuka pintu belakang tidak pintu depan untuk masuk. Saat berjalan masuk Meri yang sudah merasakan kalau sudah ada yang menuggu dia hanya berpura-pura tidak tahu kalau dia sudah ditunggu. Sampai lampu dapur menyala,”Kamu dari mana?.”
“Ayah ibu, apa kalian belum tidur,”ucap Meri yang berakting. Meri yang melirik ke belakang kedua angkatnya terdapat Bela yang sedang tersenyum menuggu tontonan yang bagus.
“Kamu dari mana Meri kenapa kamu baru pulang,”ucap Ayah.
“Maaf ayah ibu tadi temanku terluka jadi aku membantu dia ke rumah sakit, makanya aku pulang terlambat sampai malam,”ucap Meri dengan perasaan sedih.
Sampai ibunya datang dan menamparnya. Meri hanya terdiam dan melihat kearah ibunya dengan perasaan sedih.”Kenapa ibu menampar saya, saya hanya terlambat satu kali saja. Aku tidak akan mengulangi lagi,”ucap Meri.
“Tidak mengulangi lagi, jangan pernah kamu kembali ke rumah sekalian saja. Apa kamu tidak tahu karena kamu Bela hampir saja keluar dari sekolah,”kata ibu. Meri yang tidak tahu apa-apa hanya bertanya,”Apa maksud ibu.. ayah.” Sampai Meri di seret oleh pelayan di tarik ke kamarnya untuk dikurung.
“Jangan pernah keluar rumah sampai hukuman kamu selesai dan menyesali semua perbuatan kamu,”ucap Ibu.
“Ibu aku tidak tahu maksudnya aku salah apa sampai di kurung.. ibu lepaskan aku,”ucap Meri yang merasa kalau dirinya dijebak. Tapi dia tidak tahu apa yang sedang terjadi, sampai semua orang tertidur Meri yang masih terjaga membuka laptopnya dan mencari tahu apa yang terjadi di sekolahan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments