Setelah keluar dari gerbang mereka berdua berpisah ke arah yang berbeda. Meri yang terhenti di belakang gang sekolah mencari tahu apa yang sedang terjadi di sekolah karena dia melihat ambulan. Meri yang melompat dari dinding sekolah dan menuju tempat dimana semua orang perkumpulan. Di tempat yang tidak terlihat dia mendengarkan pembicaraan dokter bersama dengan guru yang lain. Kalau ada siswa yang bunuh diri di gudang penyimpanan barang bekas.
Meri yang melihat siapa yang bunuh diri terkejut dengan wajah yang dia lihat di pagi hari saat dia datang lebih awal.”Bukankah dia adalah wakil osis,”ucap Meri.
‘Itu benar,”kata Jesi. Meri yang tahu kalau Jesi dan John anak kelas sebelah datang karena ingin mencari tahu informasi.
“Kita bertemu lagi Meri,”kata John. Meri hanya tersenyum dan menatap mereka.”Sejak kapan kalian di sini,”kata Meri.
“Bisa dibilang sebelum kamu datang kami sudah ada,”kata Jesi.
“Jadi kalian tahu apa yang terjadi sebenarnya di sana,”kata Meri yang melihat ke arah kerumunan.
“Bukan kamu sudah tahu,”ucap John. “Tahu dari mana,”kata Mari.
“Mereka menemukan jasad wakil ketua OSIS di gudang penyimpanan. Mereka menebak kalau wakil ketua bunuh diri, tapi kami melihat itu bukan bunuh diri melainkan di bunuh oleh seorang. Apa lagi melihat kekasih wakil yang itu wali kelas kamu,”kata John.
“Tunggu wali kelasku dan wakil ketua OSIS sedang menjalin hubungan,”kata Meri yang tidak tahu.
“Kamu baru tahu,”ucap Jesi.
“Iyalah kamu kira aku tahu semuanya,”kata Meri. “Apa yang dia katakan benar juga apalagi dia selalu di buli oleh adiknya sendiri,”kata John.
“Sebenarnya dari pada yang ada didepan aku lebih penasaran siapa kamu Meri. Sikap kamu saat di kelas dan sikap kamu saat tidak ada orang sangat berbeda,”kata Jesi.
“Kamu ingin tahu, jika sudah waktunya,”kata Meri yang masih menatap ke arah kerumunan. Saat mereka bertiga sedang mengamati mereka ketahui oleh Pak Erik yang sedang berjalan keluar ke kerumunan.
“Apa yang kalian dilakukan di atas sana?,”kata Erik. Mereka bertiga yang sudah ketahuan hanya bisa turun dari atas tembok. “Pak Erik apa yang kamu lakukan di sana,”ucap Bu Tira.
“Meri, Jesi John apa yang kalian lakukan di sini,”ucap bu Tira. “Hai bu,”ucap mereka bertiga karena ketahuan melihat.
Semua guru dan kepala sekolah yang ada di tempat melihat mereka berdua. “Bukan harusnya kalian bertiga sudah pulang kenapa kalian masih di sekolahan,”kata kepala sekolah.
“Apa kalian tidak mendengarkan pemberitahuan sekolah,”ucap kepala sekolah.
“Itu pak, bukan saya ingin menyelinap hanya saja buku saya ketinggalan di kelas. Saya mau mengambilnya,”kata Meri yang berbohong.
“Dan kalian berdua,”ucap bu Tira. “Kami sedang ingin pulang bu tapi kebetulan melihat Meri jadi ingin bareng pulangnya,”kata John. Meri yang menatap kearah mereka berdua. Tapi respon yang diberikan oleh mereka berdua hanya santai.
“Sejauh mana kalian mengetahui pembicaraannya,”kata kelapa sekolah. “Maksud bapak apa, saya tidak mengerti,”ucap Meri.
“Betul pak, saya juga tidak tahu maksud dari pembicaraan apa?,”ucap Jesi.
“Kalian tidak mendengarkan percakapan kami semua di dalam,”kata Bu tira.
“Tidak bu, Tapi apa ada sesuatu di dalam,”ucap Jesi yang mencoba melihat dari jauh.
“Tidak ada, jika seperti itu kalian segeralah pulang,”kata kepala sekolah.”Tapi jangan beritahu teman kalian yang lain soal apa yang terjadi,”kata kepala sekolah lagi.
Meri dan kedua temannya hanya menganggukkan kepalanya dan segera pergi ke meninggalkan sekolah. Meri yang pergi ke toko buku seperti rencana awal. “Kenapa kalian berdua mengikutiku, apa kalian tidak ada kerjaan lain,”ucap Meri yang merasa terganggu dengan mereka berdua yang mengikutiku.
“Kenapa kamikan ingin melihat kamu,”ucap Jesi.”Selain Tea apa kamu memiliki teman lain Meri,”kata John.
“Untuk apa kamu ingin tahu,”kata Meri.
Meri yang merasa tidak nyaman hanya bisa berlaku biasa sampai di toko buku langganannya. “Hai Meri, tumben kamu datang bersama dengan kedua teman kamu,”ucap penjaga toko.
“Iya mereka mengikutiku,”kata Meri.
“Apa buku yang aku pesan sudah datang,”kata Meri. “Tentu saja dia ada di tempat biasanya,”kata penjaga toko.
“Buku apa yang kamu beli,”kata Jesi.
“Kalian tetap disini aku akan mengambil buku pesanan dulu,”ucap Meri yang berjalan ke arah pintu yang ada disebelah. Jesi dan John tidak mengikuti Meri setelah dia masuk ke dalam ruangan. Meri yang masuk ke dalam ruangan membuka pintu rahasia yang dimana dia selalu bisa mendapatkan informasi yang dia inginkan.
“Kamu datang,”ucap Jeksen. “Iya bagaimana apa terjadi sesuatu di markas,”ucap Meri yang duduk di tempat biasanya menulis.
“Untuk sekarang tidak ada pergerakan, hanya saja kapan bab novel kamu akan selesai. Para membaca sudah menuggu tulisan kelanjutannya,”kata Jeksen.
“Sabarlah tinggal beberapa bab lagi kamu bisa mengajukan kontrak,”kata Meri yang memulai menulis novelnya.
Jesi dan John yang menuggu Meri sambil melihat rak buku, hingga mereka berdua bertemu dengan preman yang selalu memalak mereka. “Tidak aku sangka kalian ada di tempat ini,”ucap preman sambil merangkul Jesi. Jesi yang tidak suka melepaskan rangkulan dan berlindung di balik tubuh John.
“Untuk apa kamu datang ke sini,”ucap John. “Untuk apa?,”kata preman.
“Bukan kalian tahu hari ini adalah jadwal kalian setor, bukan,”ucap Preman.
“Tidak bisakah menuggu dua hari lagi, kami akan bayar setorannya,”ucap John. “Dua hari...dua hari apa kalian mau aku pukul,”ucap Preman.
Meri yang masih di dalam ruangan telah selesai menulis novelnya dan dia berikan kepada Jaksen.”Ini sudah aku selesaikan novelnya. Untuk yang baru tunggu nanti dan perkembangan tentara elang bagaimana mereka,”kata Meri.
“Masih belum ada kabar sampai sekarang,”ucap Jaksen. Meri yang khawatir dengan rekan perjuangannya hanya bisa menuggu sampai dia liburan sekolah.
“Bukan kamu sebentar lagi akan ada liburan kenaikan kelas,”ucap Jaksen.
“Itu benar makanya aku ingin kamu persiapkan barang ini. Jika tentara elang belum kembali, aku memiliki firasat buruk tentang mereka,”ucap Meri yang berjalan keluar dari ruangan.
“Baiklah apa kamu tidak ingin mengambil bayaran kamu,”ucap Jaksen yang mengingatkan. Meri kembali berjalan ke arah Jaksen dan mengambil amplop coklat yang ada di dekat Jaksen.’Terima kasih sudah mengingatkan,”kata Meri yang keluar.
Meri yang menuju pintu mendengar Jesi dan John berbicara dengan seorang. “Siapa dia?,”kata Meri dari jauh. Sampai penjaga toko menghampirinya,”Kurasa teman kamu punya masalah dengan para preman Meri.”
“Apa itu sudah lama terjadi,”kata Meri.
“Itu terjadi saat kamu masuk ke dalam ruangan,”kata penjaga toko. Meri langsung menghampiri mereka berdua yang sedang bersama dengan para preman.”Apa yang kalian lakukan di sini,”ucap Meri dengan santai.
“Untuk apa kamu ingin tahu, sebaiknya kamu segera pergi jika kamu tidak ingin kami pukuli,”kata Preman.
“Pukul seperti apa yang kamu maksud. Kalian hanya preman yang suka memalak orang lain. Bukankah kalian sampah yang tidak berguna,”ucap Meri sambil tersenyum dingin.
“Apa kamu mengajak kami berantem anak culun,”ucap preman.
“Memangnya ada masalah dengan anak culun yang kamu sebutkan. Pergilah kalian, jika masih kurang kita bisa bermain di belakang toko, jika kamu tidak keberatan,”ucap Meri yang mendekat di wajah mereka dengan dingin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments