Selesai membeli makanan untuk Bela, Meri pergi ke ruang kelas bersama dengan Tea. Di dalam ruang kelas yang sudah di tunggu oleh Bela dan kawannya yang menuggu pesanan.
“Kenapa kamu lama sekali,”ucap Rika yang menghampirinya dan merebut barang bawaan Meri
Meri hanya terdiam setelah barang yang dibeli sudah diambil. Setelah itu Meri berjalan keluar sampai Bela menarik rambutnya.”Kamu mau kemana?,”ucap Bela.
“Aku ingin ke perpus Bela, bisakah kamu lepaskan tangan kamu. Rambut aku sakit jika kamu terus menariknya,”kata Meri yang berkata jujur.
“Kamu mau membantah ucapanku,”kata Bela yang semakin keras tarikannya.
“Maaf hanya saja aku ada janji dengan teman grup membaca di perpus. Bela aku mohon lepaskan rambutku,”kata Meri yang mencoba menahan rasa sakitnya sampai ketua osis datang berkeliling.
“Apa yang kalian lakukan?,”ucap ketua osis. Tapi sebelum dia datang melihat Meri di buli. Bela sudah mendorong dia ke lantai. Meri yang menahan rasa sakit karena dorongan Bela yang sangat kencang. Sampai Tea membantu dia berdiri.
“Tidak ada ketua,”ucap Bela yang lemah lembut.”Tadi aku melihat Meri jatuh dan ingin membantunya saja, tapi sudah di tolong oleh Tea,”kata Bela yang berbohong.
“Jangan buat keributan di dalam sekolah. Kalian mengertikan,”ucap ketua osis.
Meri dan Tea yang berjalan menjauh membawa Meri ke ruang kesehatan. Di perjalanan menuju ruang kesehatan Tea berbincang dengan Meri.”Apa kamu serius tidak apa-apa?,”kata Tea.
Meri yang tersenyum seperti tidak terjadi apa-apa hanya berkata,”Aku tidak apa-apa. Kamu tidak usah khawatir.”
“Baiklah,”ucap Tea. Mereka berdua yang sudah sampai di depan ruang kesehatan yang di jaga oleh pak Erik. “Kenapa dengan kalian berdua,”ucap pak Erik yang sedang berjaga di ruang kesehatan.
“Ini pak tadi Meri jatuh karena di dorong oleh Bela dan lututnya berdarah,”kata Tea yang membantu Meri menuju tempat duduk di dekat pak Erik.
“Sekarang apa lagi masalahnya sampai kamu di dorong,”ucap pak Erik.
“Biasa pak,”ucap Tea.
“Kenapa kamu tidak melaporkan saja Bela ke ruang konsultasi agar diberi hukuman,”usul pak Erik.
“Itu tidak mungkin pak,”kata Meri.”Kenapa, tidak mungkin,”kata pak Erik.
“Jika anda ingin saya di keluarkan dari sekolahan,”ucap Meri dengan santai.
Pak Erik yang tahu kalau hubungan Meri dengan kedua orang tua angkatnya tidak akur setelah kelahiran Bela yang menjadi anak kandung mereka. Selesai membersihkan luka yang ada di dalam lutut Meri. Tea ijin pergi keluar dan meninggalkan Meri bersama dengan pak Erik.
Tapi sebelum Tea keluar Meri memanggilnya untuk meminta tolong. “Tea aku bisa minta tolong, sampaikan kepada teman grup membaca kalau aku tidak bisa hadir di pertemuan,”kata Meri.
“Tenang saja aku akan sampaikan,”kata Tea yang keluar dari ruangan.
Di dalam ruangan yang hanya ada Meri dan pak Erik.”Apa kamu baik saja,”ucap Erik dengan santai setelah Tea keluar.
“Aku baik saja, tapi bagaimana perkembangan hasil penelitian yang sudah di rencanakan,”ucap Meri yang mengubah sikapnya setelah Tea pergi.
“Untuk sekarang sedang dalam tahap kedua, tapi kamu tidak ingin pergi ke pelelangan,”akat Erik.
“Pelelangan,”ucap Meri sambil berpikir. “Iya,”kata Erik yang memberikan tiket masuk.
“Tidak untuk sekarang, karena masih ada hal lain yang harus aku kerjakan,”kata Meri.
“Pertemuan kedua organisasi,”ucap Erik. “Itu benar pertemuan akan diadakan tiga hari lagi di tempat biasa. Jujurnya aku males jika dia tidak hadir,”kata Meri.
“Seperti biasa kamu masih males. Saat aku bertemu dengan kamu sikap kamu tegas tapi lama kelamaan kamu agak menyebalkan ya,”ucap Erik.
“Menyebalkan.. bukan itu kamu,”kata Meri.
“Jika kamu sudah selesai dengan luka di lutut berikan aku barang yang aku minta,”kata Meri dengan tajam. Erik memberikan barang yang di minta oleh Meri dan beberapa buku yang dia cari.
“Tidak aku sangka kamu bisa menemukan buku yang berjudul Hidup dan Matinya Dirinya,”kata Meri yang terlihat senang dengan barang yang diberikan oleh Erik.
“Karena kamu mendesak, makanya aku bisa menemukannya. Tapi kenapa kamu menyukai buku ini,”kata Erik.
“Tidak aku hanya suka mengoleksi buku kuno saja karena menarik dan bisa menjadikan referensi cerita novel yang aku buat,”kata Meri.
Sampai bel berbunyi mereka berdua saling berbincang.”Kamu ingin masuk kelas atau minta ijin,”kata Erik.
“Aku akan masuk kelas karena hari ini ada kelas ujian dari pak jarwo,”kata Meri.
Meri berjalan perlahan menuju pintu sampai Tea yang hendak membuka pintu bertatap langsung dengan Meri.”Kamu mau kemana?,”ucap Tea yang melihat Meri berjalan menuju pintu keluar.
“Ke kelas, hari inikan ada ujian dari pak jarwo,”kata Meri.
“Tapi kamukan masih terluka,”kata Tea yang masih khawatir dengan Meri. Meri hanya tersenyum dan berjalan melewatinya sambil berkata,”Aku tidak apa-apa hanya luka kecil saja kok.”
“Apa kamu serius tidak apa-apa,”kata Tea. Meri hanya berjalan saja sampai Tea tidak bisa berkata apa-apa. Mereka berjalan menuju ruang kelas bersama, sampai di depan pintu kelas mereka melihat Bela dan kawan yang lain sedang berbincang riang.
Meri dan Tea duduk setelah sampai di kelas menuggu pak jarwo datang. Satu menit telah berlalu pak jarwo datang sambil berkata,”Persiapkan kertas karena hari ini kalian akan aku beri soal, untuk kalian kerjakan.”
Semua siswa seperti bisanya mengeluh dengan ujian dadakan. Sampai lembaran soal datang kemeja semuanya. Meri yang melihat soal mengerjakan dengan santai. Tapi di tengah mengerjakan bel alarm berbunyi semua siswa bingung apa yang terjadi karena belum waktunya bel berbunyi. Pak jarwo yang tahu bel alarm berbunyi tanda bahaya. Menyuruh siswa yang ada dikelas untuk tenang sampai ada pemberitahuan yang pasti tentang apa yang terjadi.
Tidak lama kemudian pemberitahuan di sampaikan lewat pengeras suara yang dipasang di setiap ruangan.”Di beritahukan kepada seluruh siswa untuk kembali ke rumah masing-masing. Karena kondisi sekolah saat ini tidak memungkinkan untuk melanjutkan proses pembelajaran,”ucap salah satu petugas penyiar.
Semua siswa yang bingung bertanya kepada pak jarwo,”Pak ada apa kenapa pulang lebih awal.”
“Bukannya kalian senang kita pulang lebih awal,”ucap siswa yang lain karena tidak perduli dengan apa yang terjadi.
“Bapak, tidak tahu tapi semua siswa harus pulang sekarang dan lembar jawaban kalian segera di kumpulkan. Ujian hari ini akan dibatalkan sampai minggu depan,”kata pak jarwo. Semua siswa senang karena tidak jadi ujian.
“Pak kenapa lembaran jawaban harus di kumpulkan jika tidak jadi ujian hari ini,”kata siswa yang lain.
“Kumpulkan saja,”kata Pak Jarwo. Siswa yang lain hanya menuruti perkataan pak Jarwo mengumpulkan lembar jawaban setelah itu mereka keluar satu persatu.
Tea dan Mari yang masih mengemas barang bawaannya. Sampai Tea berkata,”Kamu mau kemana setelah ini?.”
“Aku akan pergi ke toko buku lalu ke perpustakaan kota. Apa kamu mau ikut?,”ucap Meri. Tea melihat ke arah jam tangan dan lalu berkata,”Maaf Meri aku kayaknya tidak bisa ikut ada jadwal part time. Sebenarnya aku ingin ikut kamu, tapi aku hanya bisa hari sabtu dan minggu.”
“Tidak masalah, jika seperi itu hari sabtu dan minggu kita bertemu dan belajar bersama bagaimana untuk kenaikan kelas. Bukannya sebentar lagi ujian kenaikan kelas,”kata Meri.
Tea langsung senang mendengar ucapan Meri dan mereka keluar bersama sampai mereka melihat mobil ambulan terparkir di halaman sekolah. Mereka berdua hanya menatap satu sama lain sampai Tea berkata lebih dahulu,”Apa yang terjadi?.”
“Aku tidak tahu,”kata Meri yang juga penasaran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments