Takdir Cinta Mr. Arrogant

Takdir Cinta Mr. Arrogant

Bab 1

"Apa! Kalian memintaku untuk menikah dengan anak kecil itu! Di mana pikiran kalian, ha!" kesal Angga. "Intinya, aku tidak setuju dengan pernikahan itu. Enak saja, aku di suruh menikah dengan gadis tengil yang tidak tahu sopan santun itu. Mau di taruh mana mukaku, Bu, Yah! Bagaimana, kalau rekan kerjaku tahu! Aku dan dia tidak berbuat macam-macam. Aku hanya menolongnya yang hampir tertimpa pohon. Sudah itu, saja! Warga saja yang mengiraku bermain gila!" sambung Angga lagi.

"Angga. Ayah dan ibu tahu. Tapi, warga melihat kalian sedang berciuuman di bawah pohon. Sudahlah, dari pada kamu masuk penjara. Lebih baik, kamu turuti saja permintaan warga. Kamu menikah dengan wanita itu. Lagi pula, Indah gadis ceria. Buktinya, sedari tadi dia tetap tersenyum." timpal Rina, ibu kandung dari Angga.

"Apa yang dikatakan ibumu benar. Mungkin, jodoh kamu, gadis kecil itu!" ucap ayah Robert terkikik.

"Kalian gila! Jodohku anak kecil! Lihat, Yah! Pakaiannya saja masih putih abu-abu. Aku tidak mau menikah dengannya!" tolak Angga.

"Kalau kamu tidak mau menikah dengan Indah. Maka jalan satu-satunya, kamu akan kami bawa ke kantor polisi, karena tindakan kamu yang sangat memalukan!" titah salah satu warga membuat Angga menggeram kesal. Dia menyenggol wanita di sampingnya yang asik bermain ponsel.

"Hei, kau! Bicaralah! Apa kau tuli! Mereka mau menikahkan kita!" ketus Angga pada Indah.

"Biarkan saja. Lagian pernikahan itu mudah, kan! Ucapkan ijab qobul lalu selesai. Aku tidak punya waktu untuk meladeni semuanya. Lebih baik, aku memikirkan apa yang perlu aku siapkan untuk wisuda nanti. Agar aku terlihat cantik, dan mempesona. Oh, iya. Nama bapak siapa? Kita belum kenalan. Dan terimakasih sudah mau menolongku, tapi sayangnya, pohon itu tidak jadi jatuh. Pohon itu benar-benar menyebalkan. Aku sudah ketakutan, eh malah ... pohon itu tidak jadi jatuh. Tahu gitu, aku tidak mungkin teriak-teriak sampai bibbir ku ternodai oleh bapak!" ujar Indah membuat wanita paruh baya yang bernama Iis melototkan matanya.

"Indah, kamu bisa sopan sedikit. Ini masalah serius, sayang! Apa kamu mau nikah di usia muda, Hem?" titah ibu Iis.

"Ibu, temanku ada yang nikah muda. Dia di keluarkan dari sekolah karena hamil. Dan apa ibu tahu, kata temanku nikah itu enak, Bu. Kita tidak perlu capek-capek mikir tugas atau guru galak di sekolah. Dan satu hal lagi. Hidup kita aman, Bu. Karena sudah ada yang menjaga. Intinya, kata temanku ... nikah muda itu enak!" jawab Indah polos.

Mendengar jawaban dari gadis kecil di hadapannya. Rina dan Robert terkekeh tapi tidak dengan Iis, dia merasa malu atas ucapan putrinya sendiri.

"Maafkan putri saya, Bapak, Ibu. Saya janji, saya akan meluruskan masalah ini. Agar putra Bapak tidak perlu menikah dengan anak saya!" ucap Iis malu.

"Tidak apa-apa, Bu. Kita senang mempunyai calon menantu seperti putri ibu. Dia benar-benar polos. Lagian, putra saya sudah lama melajang. Jadi, jika putri ibu berkenan menikah dengan anak saya. Kita akan setuju, iya kan, Mas!" titah Rina meminta persetujuan dari suaminya.

"Iya. Lagi pula, kita tinggal di luar negeri. Kebetulan, kita sedang pulang untuk memantau anak satu-satunya yang mempunyai hobi gila kerja!" timpal Robert.

Mendengar ucapan ayah dan ibunya, Angga menggelengkan kepalanya. Dia beranjak berdiri dari tempat duduknya. "Aku tidak sudi menikah dengannya!" ketus Angga.

"Angga duduklah. Kalian sudah kepergok dan kamu tidak bisa mengelaknya. Walaupun kamu berniat menolong Indah, tapi kamu juga sudah menyentuh Indah. Sekarang, sebagai pemimpin yang baik, kamu harus bertanggung jawab. Kamu nikahi dia!" titah Rina lembut.

"Tidak perlu, Om dan Tante. Bapak ini tidak perlu menikah denganku. Aku masih sekolah. Bisa-bisa ... aku malu kalau menikah dengan Bapak ini. Maksud ucapanku tadi, seperti ini. Kata temanku menikah muda memang enak, tapi jika mereka saling mencintai. Kalau Bapak ini dan aku berbeda cerita! Kita tidak saling kenal. Hanya menyentuh bibir. Aku terima! Kata temanku itu wajar, kok!" jawab Indah membuat Iis menggelengkan kepalanya.

"Memangnya, siapa teman-temanmu, Ndah. Ibu tidak suka kamu berteman dengan teman-teman mu itu."

"Ish Ibu. Temanku banyak, masa ibu lupa. Nih aku sebutkan, ada Ria, Davit, Robi, Lili terus--"

"Cukup! Tutup mulutmu!" potong Angga lalu menatap wajah ke dua orang tuanya. "Aku tidak bisa menikah dengan wanita yang mempunyai otak tidak waras seperti dia!"

Mendengar Angga mengumpatnya, Indah tak terima. Dia meletakkan ponselnya di atas meja. "Hei, Pak! Siapa yang mau menikah dengan Bapak! Lihat, Bapak itu sudah tua. Sudah ada keriput di wajahnya. Walaupun sedikit tampan, tapi masih tampan teman-temanku yang masih muda. Jadi, jangan mengumpatku tidak waras. Sendirinya juga tidak waras, pakai mengumpat orang lain!" gerutu Indah menjatuhkan pantatnya lagi.

"Bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian. Aku dan bapak ini tidak melakukan hal apapun. Kita tidak saling kenal. Dan juga, apa bapak-bapak semua rela, aku yang masih sekolah harus menikah dengan pria tua sepertinya. Pasti tidak, kan! Jadi, lepaskan kita! Aku mau pulang, besok aku harus sekolah. Dan aku harus menyiapkan rangkaian acara untuk wisuda nanti!" titah Indah.

"Sekali lagi kau memanggilku dengan sebutan 'Bapak' aku akan--"

"Akan apa! Mau mengumpatku lagi! Silahkan, Bapak tua!" kesal Indah lalu menatap ibunya, "Ibu, kita pulang, yuk! Ibu janji mau beliin aku martabak manis. Aku tidak mau menikah dengan bapak tua ini!" rengek Indah.

"Aku belum tua!" ketus Angga.

"Ibu, ayo pulang! Kita bakal capek sendiri meladeni pria tua yang memiliki sikap dan pemikiran seperti anak kecil, Bu! Pulang, yuk!" rengek Indah lagi.

Mendengar ucapan Indah seketika ke dua orang tua Angga tertawa kecil membuat Angga semakin kesal.

"Akhirnya, selama ini ada orang asing yang berani mengumpat anak kita secara terang-terangan, ya, Mas!" ujar Rina terkikik.

"Siaal!" umpat Angga.

"Maafkan ucapan anak saya, ya! Kebiasaan dari dulu, kalau bicara tidak pernah di saring." ucap Iis.

"Jadi, kapan mereka nikah, Pak RT!" teriak salah satu warga.

"Tidak ada pernikahan Pak RT. Ini hanya kesalahpahaman saja. Dan Indah juga masih sekolah!" ucap Iis.

"Tapi, Bu. Banyak saksi yang melihat jika mereka melakukan sesuatu di bawah pohon itu! Jadi, terpaksa kita harus menikah Indah dan pria ini!" timpal Pak RT.

"Aku tidak mau menikah dengan Bapak tua ini, Bu! Aku bisa malu, Bu!" rengek Indah.

"Tidak perlu malu. Kita sembunyikan saja pernikahan kalian, bagaimana?" tawar Rina. "Angga, kamu mau menikahinya, kan?" titahnya lagi.

'Okeh, aku akan menikahinya, tapi jangan harap kamu bahagia. Ini hasil dari setiap ucapanmu yang mengumpatku tadi!' batin Angga.

"Aku mau!" jawab Angga lantang.

"Apa! Pak, jangan dong! Aku masih muda!" mohon Indah.

Terpopuler

Comments

Yuni Cerewet

Yuni Cerewet

lanjut thor, semangat!!!!

2022-09-25

1

💕⃝⃟🌼❥𝕵𝖆𝖓𝖎𝖊➻

💕⃝⃟🌼❥𝕵𝖆𝖓𝖎𝖊➻

hahahahaha awal yg menarik kak, aq suka karakter indah yg bar bar wanita yg tdk mudah ditindas oleh laki2 💪next kak

2022-09-22

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!