NovelToon NovelToon

Takdir Cinta Mr. Arrogant

Bab 1

"Apa! Kalian memintaku untuk menikah dengan anak kecil itu! Di mana pikiran kalian, ha!" kesal Angga. "Intinya, aku tidak setuju dengan pernikahan itu. Enak saja, aku di suruh menikah dengan gadis tengil yang tidak tahu sopan santun itu. Mau di taruh mana mukaku, Bu, Yah! Bagaimana, kalau rekan kerjaku tahu! Aku dan dia tidak berbuat macam-macam. Aku hanya menolongnya yang hampir tertimpa pohon. Sudah itu, saja! Warga saja yang mengiraku bermain gila!" sambung Angga lagi.

"Angga. Ayah dan ibu tahu. Tapi, warga melihat kalian sedang berciuuman di bawah pohon. Sudahlah, dari pada kamu masuk penjara. Lebih baik, kamu turuti saja permintaan warga. Kamu menikah dengan wanita itu. Lagi pula, Indah gadis ceria. Buktinya, sedari tadi dia tetap tersenyum." timpal Rina, ibu kandung dari Angga.

"Apa yang dikatakan ibumu benar. Mungkin, jodoh kamu, gadis kecil itu!" ucap ayah Robert terkikik.

"Kalian gila! Jodohku anak kecil! Lihat, Yah! Pakaiannya saja masih putih abu-abu. Aku tidak mau menikah dengannya!" tolak Angga.

"Kalau kamu tidak mau menikah dengan Indah. Maka jalan satu-satunya, kamu akan kami bawa ke kantor polisi, karena tindakan kamu yang sangat memalukan!" titah salah satu warga membuat Angga menggeram kesal. Dia menyenggol wanita di sampingnya yang asik bermain ponsel.

"Hei, kau! Bicaralah! Apa kau tuli! Mereka mau menikahkan kita!" ketus Angga pada Indah.

"Biarkan saja. Lagian pernikahan itu mudah, kan! Ucapkan ijab qobul lalu selesai. Aku tidak punya waktu untuk meladeni semuanya. Lebih baik, aku memikirkan apa yang perlu aku siapkan untuk wisuda nanti. Agar aku terlihat cantik, dan mempesona. Oh, iya. Nama bapak siapa? Kita belum kenalan. Dan terimakasih sudah mau menolongku, tapi sayangnya, pohon itu tidak jadi jatuh. Pohon itu benar-benar menyebalkan. Aku sudah ketakutan, eh malah ... pohon itu tidak jadi jatuh. Tahu gitu, aku tidak mungkin teriak-teriak sampai bibbir ku ternodai oleh bapak!" ujar Indah membuat wanita paruh baya yang bernama Iis melototkan matanya.

"Indah, kamu bisa sopan sedikit. Ini masalah serius, sayang! Apa kamu mau nikah di usia muda, Hem?" titah ibu Iis.

"Ibu, temanku ada yang nikah muda. Dia di keluarkan dari sekolah karena hamil. Dan apa ibu tahu, kata temanku nikah itu enak, Bu. Kita tidak perlu capek-capek mikir tugas atau guru galak di sekolah. Dan satu hal lagi. Hidup kita aman, Bu. Karena sudah ada yang menjaga. Intinya, kata temanku ... nikah muda itu enak!" jawab Indah polos.

Mendengar jawaban dari gadis kecil di hadapannya. Rina dan Robert terkekeh tapi tidak dengan Iis, dia merasa malu atas ucapan putrinya sendiri.

"Maafkan putri saya, Bapak, Ibu. Saya janji, saya akan meluruskan masalah ini. Agar putra Bapak tidak perlu menikah dengan anak saya!" ucap Iis malu.

"Tidak apa-apa, Bu. Kita senang mempunyai calon menantu seperti putri ibu. Dia benar-benar polos. Lagian, putra saya sudah lama melajang. Jadi, jika putri ibu berkenan menikah dengan anak saya. Kita akan setuju, iya kan, Mas!" titah Rina meminta persetujuan dari suaminya.

"Iya. Lagi pula, kita tinggal di luar negeri. Kebetulan, kita sedang pulang untuk memantau anak satu-satunya yang mempunyai hobi gila kerja!" timpal Robert.

Mendengar ucapan ayah dan ibunya, Angga menggelengkan kepalanya. Dia beranjak berdiri dari tempat duduknya. "Aku tidak sudi menikah dengannya!" ketus Angga.

"Angga duduklah. Kalian sudah kepergok dan kamu tidak bisa mengelaknya. Walaupun kamu berniat menolong Indah, tapi kamu juga sudah menyentuh Indah. Sekarang, sebagai pemimpin yang baik, kamu harus bertanggung jawab. Kamu nikahi dia!" titah Rina lembut.

"Tidak perlu, Om dan Tante. Bapak ini tidak perlu menikah denganku. Aku masih sekolah. Bisa-bisa ... aku malu kalau menikah dengan Bapak ini. Maksud ucapanku tadi, seperti ini. Kata temanku menikah muda memang enak, tapi jika mereka saling mencintai. Kalau Bapak ini dan aku berbeda cerita! Kita tidak saling kenal. Hanya menyentuh bibir. Aku terima! Kata temanku itu wajar, kok!" jawab Indah membuat Iis menggelengkan kepalanya.

"Memangnya, siapa teman-temanmu, Ndah. Ibu tidak suka kamu berteman dengan teman-teman mu itu."

"Ish Ibu. Temanku banyak, masa ibu lupa. Nih aku sebutkan, ada Ria, Davit, Robi, Lili terus--"

"Cukup! Tutup mulutmu!" potong Angga lalu menatap wajah ke dua orang tuanya. "Aku tidak bisa menikah dengan wanita yang mempunyai otak tidak waras seperti dia!"

Mendengar Angga mengumpatnya, Indah tak terima. Dia meletakkan ponselnya di atas meja. "Hei, Pak! Siapa yang mau menikah dengan Bapak! Lihat, Bapak itu sudah tua. Sudah ada keriput di wajahnya. Walaupun sedikit tampan, tapi masih tampan teman-temanku yang masih muda. Jadi, jangan mengumpatku tidak waras. Sendirinya juga tidak waras, pakai mengumpat orang lain!" gerutu Indah menjatuhkan pantatnya lagi.

"Bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian. Aku dan bapak ini tidak melakukan hal apapun. Kita tidak saling kenal. Dan juga, apa bapak-bapak semua rela, aku yang masih sekolah harus menikah dengan pria tua sepertinya. Pasti tidak, kan! Jadi, lepaskan kita! Aku mau pulang, besok aku harus sekolah. Dan aku harus menyiapkan rangkaian acara untuk wisuda nanti!" titah Indah.

"Sekali lagi kau memanggilku dengan sebutan 'Bapak' aku akan--"

"Akan apa! Mau mengumpatku lagi! Silahkan, Bapak tua!" kesal Indah lalu menatap ibunya, "Ibu, kita pulang, yuk! Ibu janji mau beliin aku martabak manis. Aku tidak mau menikah dengan bapak tua ini!" rengek Indah.

"Aku belum tua!" ketus Angga.

"Ibu, ayo pulang! Kita bakal capek sendiri meladeni pria tua yang memiliki sikap dan pemikiran seperti anak kecil, Bu! Pulang, yuk!" rengek Indah lagi.

Mendengar ucapan Indah seketika ke dua orang tua Angga tertawa kecil membuat Angga semakin kesal.

"Akhirnya, selama ini ada orang asing yang berani mengumpat anak kita secara terang-terangan, ya, Mas!" ujar Rina terkikik.

"Siaal!" umpat Angga.

"Maafkan ucapan anak saya, ya! Kebiasaan dari dulu, kalau bicara tidak pernah di saring." ucap Iis.

"Jadi, kapan mereka nikah, Pak RT!" teriak salah satu warga.

"Tidak ada pernikahan Pak RT. Ini hanya kesalahpahaman saja. Dan Indah juga masih sekolah!" ucap Iis.

"Tapi, Bu. Banyak saksi yang melihat jika mereka melakukan sesuatu di bawah pohon itu! Jadi, terpaksa kita harus menikah Indah dan pria ini!" timpal Pak RT.

"Aku tidak mau menikah dengan Bapak tua ini, Bu! Aku bisa malu, Bu!" rengek Indah.

"Tidak perlu malu. Kita sembunyikan saja pernikahan kalian, bagaimana?" tawar Rina. "Angga, kamu mau menikahinya, kan?" titahnya lagi.

'Okeh, aku akan menikahinya, tapi jangan harap kamu bahagia. Ini hasil dari setiap ucapanmu yang mengumpatku tadi!' batin Angga.

"Aku mau!" jawab Angga lantang.

"Apa! Pak, jangan dong! Aku masih muda!" mohon Indah.

Bab 2

"Pak, aku janji deh. Aku akan diam, bila perlu, aku akan menghilang dari pandangan bapak saat ini juga. Asalkan kita jangan menikah. Bapak tahu sendirikan, usiaku masih muda. Bahkan, aku mempunyai cita-cita menikah dengan pria yang aku cintai. Masa iya, bapak tega mematahkan semua itu. Bapak tega menjadikanku istri. Bagaimana, kalau bapak melakukan kekerasan dalam rumah tangga. Ish, aku takut! Aku belum siap nikah. Aku masih mau sekolah, melanjutkan kuliahku. Dan aku juga sudah berjanji, untuk melanjutkan kuliah bersama besti-besti ku, Pak! Jangan patahkan semua cita-citaku dengan Bapak menikahiku!" mohon Indah sambil mengedipkan salah satu matanya memelas.

"Aku tidak perduli dengan cita-citamu. Kau yang membuat masalah ini!" ketus Angga.

"Baiklah. Pihak laki sudah menyetujuinya. Sekarang, kita tinggal tunggu penghulu saja!" titah Pak RT membuat Indah menggelengkan kepalanya.

"Bu, apa ibu tega. Anak satu-satunya yang paling cantik dan baik hati ini menikah dengan pria tua yang sama sekali tidak di kenalnya. Bagaimana, kalau setelah menikah, aku di bunuh, Bu! Lalu, jasadku di pendam di pekarangan rumahnya. Nanti ibu sama siapa? Ayah sudah pergi. Masa ibu membiarkan aku menyusul Ayah?" gumam Indah di selingi isak tangisnya.

Rina dan Robert yang mendengar ketakutan Indah pun terkekeh.

"Indah, sayang. Semua itu tidak mungkin terjadi. Bapak ini mempunyai sikap yang baik. Indah saja yang belum mengenalnya!" ujar Rina.

"Tante, bagaimana aku bisa mengenalnya. Sedangkan, aku baru saja bertemu dengannya. Kita bahkan belum sempat berkenalan. Iya, kan, Pak!" ucap Indah meminta persetujuan dari Angga.

"Aku jahit mulutmu, jika terus memanggilku dengan sebutan Bapak! Dan ibu, kenapa ibu ikut-ikutan memanggilku dengan sebutan 'Bapak'. Aku masih muda, umurku masih di bawah 30 tahun!" kesal Angga lalu melihat pak penghulu datang.

Melihat pak penghulu datang, Indah segera meraih tas dan ponselnya. "Aku tidak mau menikah dengan pria tua ini! Aku mau pergi." gumam Indah membuat Angga mencegahnya.

"Mau kemana, bocah tengil! Duduklah, lalu kita nikah. Bapak tua ini, akan jadi suamimu, haha!" titah Angga dengan tawa iblisnya.

"Lepasin aku, Pak! Aku masih sekolah! Apa selera Bapak serendah ini? Memangsa anak sekolah dan memaksanya untuk menikah? Ish, ish ... Aku tebak, pasti Bapak ini, tidak pernah pacaran karena tidak laku, kan? Jadi, Bapak mencari mangsa sepertiku! Tapi sayangnya, aku wanita yang pintar. Aku tidak mau menikah dengan bapak! Sebagai imbalannya, aku traktir Bapak es krim deh. Kebetulan, aku punya uang,-- em ... sebentar, ya, Pak! Aku mau hitung sisa uang jajanku. Kira-kira, aku bisa traktir Bapak es krim di mini market atau di toko depan sana." titah Indah polos. Dia mengeluarkan uang receh seribuan koin yang dia simpan.

Melihat kelakuan wanita di sampingnya. Angga menggeram kesal. Dia mengambil semua uang koin yang sedang di hitung oleh Indah.

'Memangnya, dia bisa merayuku dengan es krim murahan!" batin Angga.

"Pak! Uangku kenapa di ambil! Ish, Bapak! Kembalikan uangku. Itu uang sisa jajanku tadi! Jangan jadi maling. Di sini banyak orang yang bisa aku jadikan saksi. Cepat kembalikan! Atau aku laporkan Bapak ke polisi!" titah Indah dengan tangan menengadah.

"Maafkan kelakuan anak saya, Mas Angga, ibu dan Bapak. Jujur saya malu mempunyai anak seperti Indah. Tapi, dia anak saya satu-satunya. Dan saya tidak bisa melihat Indah terluka. Apa sebaiknya, pernikahannya kita batalkan saja. Lagian, tidak terjadi sesuatu dengan anak saya!" ujar Iis membuat Rina menggelengkan kepalanya lirih.

"Jangan, Bu. Saya yakin, Indah jodoh yang tepat untuk Angga. Sebenarnya, Angga pribadi yang tertutup. Dan saya justru salut dengan sikap polos Indah yang mampu membuat Angga berbicara terus!" jawab Rina.

"Tapi, Bu. Bagaimana, kalau pernikahan mereka putus di tengah jalan. Dan bagaimana nasib Indah? Dia mempunyai cita-cita untuk kuliah!" ujar Iis menatap putrinya yang menangis.

"Urusan kuliah. Indah bisa kuliah di kampus milik Angga. Kebetulan, Angga mempunyai saham di kampus yang cukup terkenal." jawab Robert lembut. "Indah mau kan, menikah dengan anak Om?" tanya Robert yang mendapat gelengan kecil.

"Tidak mau, Om. Bapak ini tidak pantas menikah denganku. Aku masih kecil, Om! Walaupun teman-temanku sudah ada yang menikah. Tapi, aku tidak mau menikah muda. Kasihan ibu, sudah susah payah mencari uang untuk menyekolahkanku. Eh, aku malah nikah muda. Enak yang jadi suami aku, dong! Dia asal main rebut aku dari ibu!" gumam Indah.

"Apa sudah siap?" tanya Pak penghulu yang baru saja mendudukan pantatnya di kursi yang berhadapan dengan Angga. "Jika sudah siap, Mas bisa jabat tangan saya!" titahnya lagi.

'Apa aku yakin, mau menikahi wanita tengil ini? Bukankah, ini akan menjadi petaka yang merubah kehidupanku nanti?' batin Angga ragu.

"Ayo, Angga! Kamu harus bertanggung jawab. Kamu bisa, nak!" titah Rina meyakinkan putranya.

"Jangan Pak! Jangan jabat tangan Pak penghulu. Sekarang banyak virus. Kita tidak boleh bersentuhan dengan orang lain. Jangan jabat tangannya. Lebih baik, kita pulang ke rumah masing-masing. Kita bersihkan diri kita lalu tidur." pinta Indah sambil menghapus air matanya. "Aku masih punya pacar, Pak! Dan pacarku galak sekali. Dia bisa membunuh orang yang berusaha mendekati aku. Apa bapak mau menjadi korban pembunuhan pacarku?" bisik Indah di dekat Angga.

Mendengar ancaman dari wanita di sampingnya. Entah mengapa, Angga menjadi tertantang dan mantap menikahi gadis berseragam sekolah itu.

"Saya siap!" ucap Angga menjabat tangan Pak penghulu.

'Siaalan. Ini Pak tua harus aku beri pelajaran. Awas saja, sampai aku menikah dengan pria tua ini. Aku akan mewarnai hari-harinya dengan hal-hal yang tak terduga!' batin Indah.

"Bismillahirrahmanirrahim. Saya nikahkan dan kawinkan saudara Angga Pratama dengan saudari Indah Cantika binti Rusman dengan mahar uang sepuluh juta rupiah di bayar tunai!"

"Saya terima nikah dan kawinnya Indah Cantika binti Rusman dengan mahar tersebut di bayar tunai!" ucap Angga lantang.

'Jangan Sah! Jangan Sah! Aku tidak mau menjadi istri pria tua ini! Aku mohon!' batin Indah menutup kedua telinganya.

"Para saksi? Apa, Sah!" tanya Pak penghulu.

"Sah!"

"Sah!"

"Sah!"

"Alhamdulillah, kalian sudah resmi menjadi pasangan suami istri. Sekarang, Mas Angga boleh mencium kening istrinya dan memasangkan cincin pernikahannya!" titah pak penghulu.

"Angga, pakai cincin ibu dulu, kamu belum menyiapkan semuanya, kan?" ucap Rina memberikan cincinnya.

Angga menerima cincin pemberian ibunya. Dia menoleh ke arah wanita yang baru saja berganti status menjadi istri Sah nya.

"Jarimu!" titah Angga.

"Tidak mau!" ketus Indah.

"Cepat! Atau--"

"Atau kita cerai saja!" potong Indah dengan menaik turunkan alisnya.

Bab 3

Mendengar kata cerai. Iis pun segera menegur putrinya. "Indah, apa yang kamu katakan! Kamu baru saja menikah. Dan sekarang, kamu minta cerai? Ada-ada saja, kamu!" ucap Iis malu.

"Ibu, ibu mendengarnya? Aku pikir, ibu tidak mendengarnya. Maaf, Bu. Aku bercanda. Aku ingin mengakrabkan diriku dengan pria yang baru saja menjadi suamiku. Ya, kan, Pak!" ucap Indah sambil menendang kaki Angga, "Iya, kan, Pak Angga!" titahnya lagi.

'Ya Tuhan. Kenapa, aku bisa bertemu dan menikah dengan wanita seperti ini! Otaknya tidak waras. Ucapannya tidak pernah di saring dan satu hal lagi. Tidak ada anggun-anggunnya sebag wanita.' batin Angga menarik tangan indah dan memasukkan cincin ibunya yang di jadikan cincin pernikahannya.

"Selesai! Sekarang, kita pulang, Bu! Besok, aku harus berangkat pagi karena ada gladi bersih untuk acara wisudaku nanti. Ayo, Bu! Aku sudah ngantuk!" ajak Indah beranjak berdiri.

"Kamu ikut suamimu bukan ikut ibu, Ndah! Sekarang, kamu sudah menikah. Dan tugas istri adalah melayani suaminya. Pulanglah bersama suamimu!" titah Iis berkaca-kaca.

"Iya, Indah. Sekarang, kamu sudah menjadi bagian keluarga kita. Kamu sudah menjadi menantu kesayangan Ayah dan ibu!" jawab Rina.

"Aku tidak mau ikut Pak tua itu, Bu! Aku mau ikut ibu!" rengek Indah menghamburkan dirinya ke dalam pelukan ibunya.

"Tidak bisa, sayang. Kamu jaga diri baik-baik, ya! Layani suamimu dengan baik. Ingat, surga seorang istri ada di suaminya." jawab Iis menghapus air matanya.

"Aku tidak mau, Bu! Kalau pak Angga mau ikut kita, ya, ikut aja! Tapi, aku tidak mau, ikut dengannya. Aku takut, Bu. Bagaimana, kalau aku di bunuh? Kasihan ibu!" ujar Indah.

"Ya sudah. Angga, kamu ikut ke rumah istrimu, saja. Besok pagi, baru kamu selesaikan semuanya." titah Rina yang di setujui suaminya.

"Benar apa yang dikatakan ibumu. Kamu ikut dan antar istri serta ibu mertuamu!" timpal Robert.

"Hem." ketus Angga.

"Ibu, aku tidak mau dia ke rumah kita." bisik Indah.

"Sudahlah. Nasi sudah menjadi bubur. Mau bagaimana pun, sekarang kamu sudah menjadi istri orang."

"Tapi, Bu. Nanti, dia tidur di mana? Ingat, kamar di rumah kita cuma 2."

"Pikirkan itu di mobil. Sekarang, ibu ikut aku, dan bawa anak ibu itu!" ketus Angga yang mendengar semua ucapan istrinya.

"Terimakasih, nak Angga. dan maafkan kesalahan putri ibu, ya! Maafkan Indah. Karena kecerobohannya, membuat nak Angga terpaksa menikah dengan Indah. Dan untuk ke dua orang tua nak Angga. Saya harap, kalian bisa menerima Indah dengan baik. Tegur Indah, jika bersalah. Sifat dan umurnya yang masih muda, terkadang membuat Indah tidak bisa berpikir jernih dalam bertindak." ucap Iis.

"Kami memaklumi Indah dan kami akan menyayangi Indah sama seperti kami menyayangi Angga. Kalian hati-hati dan kamu, Angga. Jangan mengebut, ingat ... sekarang kamu sudah beristri. Bimbing istrimu ini!" titah Rina yang di abaikan Angga.

Tak ingin mendengar banyak drama. Angga memutuskan untuk berjalan menuju mobilnya di ikuti oleh Iis dan Indah.

"Tunjukkan rumah kalian!" titah Angga setelah berada dalam mobil.

Iis memberitahukan alamat rumahnya. "Tapi, rumah kita jelek, nak Angga." ucap Iis.

"Tidak apa-apa." jawab Angga menyalakan mesin mobilnya dan menancapkan gas mobilnya.

Sekali lagi, Indah tidak percaya dengan statusnya yang sekarang. 'Suami, istri? Bukankah, terdengar sangat menggelikan? Tapi aku tidak perduli. Dan semua teman-temanku, tidak ada yang boleh tau, kalau aku sudah menikah. Bisa-bisa, aku di caci maki seisi sekolahan. Apalagi, jika mereka tahu, suamiku pria tua, walaupun tidak tua seperti Kakek-kakek, tapi umurnya sangat berbeda jauh dariku!' Intinya, setelah hari kelulusan tiba, rencanku bersama teman-temanku harus terwujud. Kita akan bersenang-senang merayakan kelulusan kita di kota jogjakarta!' batin Indah menatap punggung Angga dari bangku belakang.

Setelah beberapa menit mobilnya membelah jalanan ibu kota. Kini, mobil Angga sudah terparkir mulus di teras rumah Indah yang sederhana.

"Ini rumah kalian?" tanya Angga dengan tatapan tak bisa di artikan.

"Iya. Pasti bapak tidak nyaman kan, tinggal di rumahku yang kecil dan sempit. Sebaiknya, Bapak pulang saja! Kita sudah biasa hidup berdua di sini!" ketus Indah membuka pintu mobil dan keluar berlari menuju rumahnya.

"Maafkan Indah, ya, nak Angga. Ibu akan tegur dia!" ucap Iis tak enak hati.

"Tidak perlu. Biar aku saja yang menegurnya. Sebaiknya, ibu turun dan istirahat." titah Angga melepas sabuk pengamannya dan turun dari mobil di ikuti oleh Iis.

'Apa ke dua orang tua ku sudah tidak waras? Masa iya, aku harus tinggal di tempat yang sempit, kecil dan kumuh!' batin Angga berjalan ragu. 'Tapi, jika aku tidak tinggal di sini, aku tidak akan bisa membalaskan dendamku pada bocah tengil itu! Bocah yang baru saja membuat statusku berubah. Ah, sial! Kenapa bisa, aku menikah dengan bocah sekolah! Pasti Laura akan mengejekku. Dia berpikir, jika aku telah gila karena ditinggalkannya!'

"Ini kamar Indah, nak Angga. Jika nak Angga capek, nak Angga bisa langsung beristirahat!" ucap Iis menyadarkan lamunan Angga.

"Terimakasih, Bu!" jawab Angga memutar gagang pintu.

"Nak Angga!" panggil Iis membuat Angga menatap ibu mertuanya. "Boleh, ibu meminta?"

"Meminta?" gumam Angga.

"Iya. Ibu tahu, kalian sudah Sah menjadi pasangan suami istri. Tapi, ibu mohon ... jangan buat Indah hamil. Dia masih kecil. Jika nak Angga meminta hak nak Angga pada Indah. Usahakan, jangan sampai Indah hamil," mohon Iis.

"Umurku sudah dewasa. Dan aku tidak bisa menunda kehamilan. Dan anak ibu sudah menjadi milikku seutuhnya."

"Baiklah. Maafkan ibu, nak Angga. Kalau begitu, ibu masuk kamar dulu!" ucap Iis kemudian berjalan masuk ke dalam kamarnya.

Setelah melihat kepergian ibu mertuanya. Angga membuka pintu kamar istrinya.

Matanya membulat sempurna saat melihat kamar istrinya yang berantakan seperti kapal pecah.

"Kamarku berantakan. Lebih baik, Bapak tidur di luar! Atau tidur di kamar ibuku. Biar ibuku tidur di kamarku yang berantakan ini!" ucap indah yang baru saja keluar dari kamar mandi. 'Harusnya, cara ini berhasil untuk mengusirnya.' batin Indah terkikik.

Tak ingin emosinya kembali muncul. Angga berjalan sambil mengambil pakaian yang berceceran di lantai.

"Wanita jorok!" ketus Angga memberikan pakaian milik istrinya, lalu merebahkan tubuhnya di kasur kecil milik istrinya, membuat Indah menganga.

"Hei, Pak! Kenapa tidur di kasurku! Aku mau tidur di mana! Sudah aku bilang, kamarku berantakan! Pergilah dan tidur di sofa atau ruang tamu atau depan rumah!" kesal Indah menjatuhkan pakaiannya yang diberikan Angga. "Pergi! Jangan di sini! Spreiku bau, Pak! Sudah sebulan aku belum ganti sprei!" teriak indah mendorong tubuh Angga yang lelah.

"Kau lebih memilih, membiarkan aku tidur di sini, atau kau ... ingin aku melakukan kewajibanku sebagai seorang suami, sekarang!" ketus Angga membuat Indah mematung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!