Bab 4

'Kewajiban seorang suami?' batin Indah menggelengkan kepalanya. "Ih, geli. Aku tidak mau, aku masih kecil!" ketus Indah berjalan keluar kamar rumahnya.

Melihat kepergian wanita yang baru saja menjadi istrinya, Angga terkekeh. Dia kembali memejamkan matanya.

Sedangkan di satu sisi. Indah menggeram kesal. Dia mengetuk pintu kamar ibunya yang berada di samping kamarnya.

Tok ...

Tok ....

"Ibu! Ibu!" panggil Indah membuat Iis yang baru saja merebahkan tubuhnya terkejut.

"Tunggu sebentar, sayang!" titah Iis beranjak dari tempat tidurnya dan berjalan membukakan pintu kamarnya.

Krek ...

Pintu terbuka, "Indah! Kenapa kamu di sini?" tanya Iis.

"Aku tidur sama ibu! Di kamarku ada hantu, Bu. Aku tidak mau tidur dengan hantu, bukankah itu terlalu menyeramkan!" ujar Indah yang mendapat gelengan kepala dari Iis.

"Ingat, kamu wanita bersuami. Temani suamimu. Masuk ke kamar, dan layani suamimu. Bukankah, ini malam pertamamu dengan suamimu, itu?" ucap Iis dengan senyum jahilnya.

"Ibu!" pekik Indah kesal. "Ibu apa-apaan. Kenapa ibu mendukung pria itu. Aku ini anak kandung ibu. Seharusnya, ibu mendukungku, bukan pria itu. Pria yang tidak kita kenal!" sambungnya lagi.

"Sudahlah. Dia suamimu. Jangan bersikap seperti anak kecil lagi. Cepat masuk ke kamarmu!" titah Iis.

"Hem!" dengus Indah berjalan masuk menuju kamar ibunya. "Aku tidak mau, tidur sekamar dengan dia. Aku mau tidur di sini. Aku mau tidur sama ibu!" Ujar Indah lagi.

"Sayang! Kamu tidak boleh egois, dong! Kasihan suamimu. Pasti, suamimu sedang menunggu moment-moment ini!" goda Iis.

"Aku tidak tertarik dengan moment-moment itu, Bu. Aku lebih tertarik di tidur di kasur empuk ibu. Ingat, besok pagi, aku ada gladi bersih acara wisudaku!"

"Tidak bisa, sayang. Pergilah! Bukannya, ibu tidak mau tidur denganmu. Tapi, sekarang ... kondisinya sudah berbeda. Kamu tidak bisa satu kamar lagi dengan ibu!" ucap Iis menghampiri putrinya. "Pergi, Indah! Kamu temani suamimu dulu!"

"Aku geli, Bu! Aku tidak punya suami pria tua sepertinya!" ucap Indah sambil menutup telinganya.

"Sayang!"

"Tidak mau, Bu! Aku mau tidur di sini!" kesal Indah menarik selimutnya erat.

"Okeh. Biar ibu tidur di kamarmu. Ibu akan suruh suamimu untuk tidur di kamar ibu!" ancam Iis membuat Indah mengibaskan selimutnya.

"Apa! Aku tidak salah dengar, Bu? Ibu meminta pria itu untuk tidur di sini? Jangan gila, Bu!"

"Yang gila itu kamu, Indah! Kamu sudah--"

"Okeh! Kalau ibu tidak mau sekamar denganku. Maka, aku akan pergi dari kamar ibu!" kesal Indah menurunkan kakinya dan berjalan menuju pintu kamar.

"Aku marah sama ibu!" titah Indah lagi.

Melihat putrinya pergi dari kamarnya. Iis menggelengkan kepalanya lirih. 'Semoga saja, nak Angga pria yang tepat dan bertanggung jawab, Ndah. Ibu hanya ingin kamu bahagia.' batin Iis menjatuhkan pantatnya di tepi ranjang.

Setelah menutup pintu kamar ibunya. Indah menghentakkan ke dua kakinya bergantian. "Ibu! Ibu menyebalkan! Aku marah ke ibu! Bisa-bisanya, Ibu menyerahkan putrinya yang paling cantik ke pria tua seperti dia! Kalau murah senyum, masih bisa di tawar. Nah ini, tidak ada senyum-senyum nya sama sekali. Wajahnya juga menyeramkan. Ucapannya juga mengerikan! Kalau begini, aku mau tidur di mana! Malas sekali, tidur satu ranjang dengan pria tua itu! Terpaksa deh, aku tidur di sofa ruang tamu. Maafkan aku, para kulit-kulit cantikku. Sepertinya, malam ini ... kamu akan bertarung dengan nyamuk. Dan keesokan harinya, kulitku yang mulus ini akan berubah merah dan gatal-gatal!" ujar Indah mengusap tangannya dan berjalan menuju sofa.

Di rebahkan tubuhnya di sofa. "Ah, Siaal! Apa seterusnya, aku akan tidur di sofa seperti ini? Punggungku bisa sakit semua. Hidupku memang siaal! Sebaiknya, besok aku menginap di rumah Ria atau Lili. Setidaknya, di sana ... aku bisa tidur di kasur empuknya!" gumam Indah sambil mencari posisi tidurnya agar nyaman.

Sedangkan di dalam kamar. Angga merasakan panas di tubuhnya. Tangannya mulai meraba dan mencari remot AC nya.

"Di mana remot AC nya! Kenapa tidak ada!" gumam Angga dengan mata terpejam.

Semakin kesal tak menemukan remot AC, Angga membuka mata dan melihat kamar yang berbeda.

"Siaal, aku lupa. Kalau aku ada di rumah kecil yang sama sekali tidak ada AC. Pantas saja, tubuhku kepanasan!" gumam Angga mencari gelas yang berisi air putih di atas meja. "Apa wanita itu tidak menyediakan minum di kamarnya? Bagaimana, kalau aku kehausan? Kesabaranku benar-benar habis. Bisa-bisanya aku menikah dengan gadis menyebalkan sepertinya!" ujarnya lagi sambil menurunkan kakinya dan berjalan keluar kamar.

Krek ...

Angga membuka pintu. Matanya seketika tertuju pada wanita yang sedang tidur kedinginan di sofa.

"Dasar bodoh! Lanjutkan saja kebodohanmu sampai kau merasa tidak betah tinggal di rumahmu sendiri." lirih Angga kemudian melanjutkan langkahnya ke dapur.

"Ish, nyamuk!" lirih Indah menggaruk tangannya membuat Angga yang mendengar tersenyum sinis.

"Rupanya, aku harus buat sarang nyamuk di sini. Lebih tepatnya di sofa itu." ujar Angga menuangkan air dingin ke dalam gelas kecil.

Glek!

Glek!

"Nak Angga, nak Angga belum tidur?" ucap Iis lirih, membuat Angga yang sedang meminum sambil mengumpat istrinya tersedak.

Uhuk ...

Uhuk ....

"Maaf, nak Angga. Ibu tidak bermaksud membuatmu tersedak!" ucap Iis merasa bersalah.

Uhuk ...

Uhuk .....

"Tidak apa-apa. Ibu tenang saja!" jawab Angga. 'Tak apalah, sedari tadi aku memanggilnya dengan sebutan ibu. Aku harus menghormati orang tua ini!' batin Angga.

"Kenapa nak Angga belum tidur? Atau nak Angga menunggu Indah?" tanya Iis.

'Menunggu? Untuk apa menunggu bocah tengil seperti itu! Aku sama sekali tidak tertarik dengan tubuhnya.' batin Angga.

"Biar ibu bangunkan Indah!" ucap Iis membuat Angga menggelengkan kepalanya.

"Tidak perlu. Biarkan dia istirahat. Bukankah, Indah bilang, jika esok akan ada acara di sekolahnya?"

"Iya. sekedar gladi bersih saja!" ucap Iis.

"Biar aku yang gendong ke kamar! Ibu tidak perlu membangunkannya!" ucap Angga kemudian berjalan menuju istrinya. 'Kali ini, aku akan membalas dendamku. Aku akan buat, seolah-olah kita melakukan hal yang seharusnya kita lakukan di malam pertama. Agar besok pagi, kau berteriak terkejut karena permainanku ini, Nona! Hahaha!' batin Angga.

Iis tersenyum saat melihat sikap menantunya yang begitu perhatian pada putrinya.

'Semoga semua ini tidak manis di awalnya saja.' batin Iis melihat menantunya menggendong putri kecilnya.

Setelah sampai di dalam kamar. Angga merebahkan tubuh istrinya di ranjang. Dia menatap sinis istrinya.

'Percaya tidak percaya, aku sudah menikah dengan gadis tengil ini.' batin Angga melepas kemejanya dan merangkak naik ke atas kasur samping Indah.

"Aku harus bumbui dengan pakaian yang acak-acakan. Tapi bagaimana caranya, agar drama ini seperti sempurna?" gumamnya lagi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!