Bab 5

Setelah beberapa menit memikirkan cara . Akhirnya Angga melihat lipstik merah yang ada di kamar istrinya. Di raihnya lipstik merah tersebut.

"Aneh, masih sekolah, tapi sudah punya barang seperti ini. Anak jaman sekarang, memang aneh! Tapi, tak apalah. Aku bisa ukir lehernya dengan lipstik ini!" lirih Angga lalu membuat coretan sedikit demi sedikit di leher Indah.

Beberapa menit, Angga menggambar di leher Indah. Kini, Angga sudah bisa melihat hasil gambarnya.

"Perfect! Aku tidak percaya, bocah ini sama sekali tidak terganggu dengan coretan yang aku buat. Sekarang, waktunya tidur dan lihat ke esokkan harinya." ucap Angga meletakkan lipstik merah istrinya ke tempat semula dan mulai mencari posisi ternyamannya untuk tidur.

Ke esokkan hari.

Indah terbangun, dia merasakan tubuhnya yang terasa berat.

Matanya membulat sempurna saat melihat tangan yang melingkar di pinggangnya.

"Aaaaa!!! Setan!" pekik Indah bangkit dari tidurnya membuat Angga yang tengah tertidur nyenyak seketika terbangun juga.

"Setan! Ibu .... ibu ada setan di kamarku!" pekik Indah.

"Hei, diamlah!" ketus Angga.

"Siapa kamu! Kenapa kamu ada di kamarku! Pergi!" pekik Indah.

"Aku? Rupanya, nyawamu belum kembali seutuhnya, atau kau sengaja pura-pura lupa?" sindir Angga.

"Apa maksudmu?" tanya Indah sambil mengingat serangkaian kejadian demi kejadian semalam. 'Astaga, aku lupa. Semalam kan aku dan pria tua ini sudah menikah! Tapi, bukankah aku tidur di sofa? Kenapa tiba-tiba, aku ada di kamar? Sebenarnya, apa yang terjadi denganku?' batin Indah turun dari ranjang dan masuk ke dalam kamar mandi.

Di satu sisi. Angga terkikik geli saat melihat ekspresi wajah istrinya yang shok. 'Kali ini, kau akan berteriak lagi. Tapi aku pastikan, teriakanmu ini lebih kencang, hahaha! Rasakan pembalasanku!' batin Angga memejamkan matanya lagi.

Setelah masuk ke dalam kamar mandi. Indah membasuh wajahnya. Tak sengaja ekor matanya menatap bekas merah di lehernya.

"Apa ini? Kenapa banyak bekas merah? Apa ini gigitan nyamuk? Ish, nyamuk! Baru semalam aku tidur di sofa, bekasnya sudah seperti ini. Bagaimana kalau setahun, aku tidur di sofa. Apa seluruh tubuhku akan memerah." gerutu Indah.

Di ranjang, Angga menautkan ke dua alisnya saat tak mendengar suara teriakan lagi dari istrinya. 'Kenapa bocah itu diam? Apa dia buta? Seharusnya, sekarang ... bocah itu melihat coretan yang aku buat? Apa bocah itu sudah gila? Atau memang, dia sengaja diam lalu merencanakan sesuatu untuk membalas dendamnya. Aneh, tanganku yang tak sengaja melingkar di perutnya, teriakannya sudah menggelegar seisi rumah, tapi kenapa coretan itu, dia diam seperti orang bisu?' batin Angga merubah posisi tidurnya menjadi duduk.

Indah membersihkan tubuhnya seperti biasa. Dia menyanyikan syair lagu dengan penuh penghayatan.

Mendengar suara istrinya yang menyayangi. Angga semakin di buat tidak percaya. Dia menurunkan kakinya dan berjalan menuju kamar mandi.

Setelah sampai di depan pintu kamar mandi. Angga menajamkan pendengarannya. 'Apa otak bocah itu sudah tidak waras. Kenapa dia nyanyi tidak jelas. Apa jangan-jangan coretan itu sudah hilang? Jika benar, sudah hilang ... maka tidak ada cara lain, selain harus menyusun rencana baru lagi.' batin Angga berpikir sejenak. Dia berjalan mondar-mandir demi memikirkan cara lain untuk membalas istrinya. 'Aku harus mengecek ponselku terlebih dahulu!'

Di dalam kamar mandi. Setelah selesai membersihkan tubuhnya. Indah segera mencari handuknya. Tapi, saat dia mencari handuknya, dia sama sekali tidak menemukan handuk yang seharusnya bergelantung di gantungan tembok.

'Di mana handuknya? Seperti biasa, aku taruh handuk itu di sini? Kenapa bisa hilang?' gumam Indah dalam hati. 'Apa jangan-jangan aku lupa? Oh, iya. Aku ingat, kemarin handukku aku letakkan di keranjang pakaian yang kotor. Dan aku lupa mengambil handuk yang baru. Bagiamana ini? Apa yang harus aku lakukan? Sedangkan di kamarku ada pria tua itu!' batinnya lagi sambil berpikir sejenak.

Setelah berpikir, akhirnya mau tak mau Indah membuka pintu kamar mandinya sedikit, lalu di sembulkan kepalanya. Begitu juga dengan Angga. Saat melihat jam di dinding yang menunjukkan pukul 6 pagi, Angga mencoba mengetuk pintu kamar mandi. Karena terlalu fokus dengan pikiran dan ponselnya. Tak sengaja Angga mengetuk kening Indah membuat Indah mendengus kesal.

"Aw! Pak! Hati-hati kalau mau ketuk pintu. Ini kening, bukan pintu, loh!" kesal Indah mengusap keningnya.

Angga menatap gadis di depannya. Dia melihat wajah gadis itu yang meringis kesakitan.

"Keluar! Aku mau mandi!" titah Angga.

"Tidak bisa, Pak! Aku tidak bisa keluar!"

"Sudahlah, Indah. Hari ini, aku ada meeting penting. Jadi, keluarlah. Aku harus pergi ke kantor!" ketus Angga yang mendapat gelengan kecil dari istrinya.

"Tidak bisa, Pak! Aku tidak mau keluar!" ucap Indah tak kalah ketus membuat Angga yang mendengarnya menggeram kesal.

"Cepat keluar!"

"Tidak bisa, Pak! Aku tidak mau keluar!" titah Indah.

"Jangan membuat emosiku muncul di pagi hari ini! Cepat keluar!"

"Siapa juga yang mau buat emosi. Tapi beneran Pak, aku tidak bisa keluar dari kamar mandi. Sumpah, Pak! Tapi, kalau Bapak ini keluar dari kamarku, aku yakin ... aku akan keluar dari kamar mandi ini!" bujuk Indah, "Bapak keluar, ya! Please! Nanti, Bapak baik, deh! Kebetulan, aku juga sudah telat! Aku harus datang lebih pagi!"

"Cepat keluar!"

"Tidak bisa, Pak!" pekik Indah.

"Kenapa tidak bisa, ha! Aku sudah telat! Bisa-bisa aku tidak mandi ke kantor! Apalagi, jarak kantor dan rumahmu ini sedikit jauh!" ketus Angga.

'Aku tidak bisa bilang ke pria ini, kalau aku lupa membawa handuk. Bisa besar kepala pria ini. Dan pasti, aku akan dapat ejekan. Pasti dia kira, aku mau menggodanya!' batin Indah.

"Hei, kenapa melamun, ha! Aku sedang bertanya! Jawab pertanyaanku saja!" ketus Angga.

"Aku tidak bisa menjawab semua pertanyaan bapak. Tapi, kalau Bapak mau menuruti semua permintaanku, aku janji ... aku akan keluar dari kamar mandi ini dan Bapak bisa pakai kamar mandi ini sampai sore atau pun malam! Aku janji, deh!" rayu Indah.

"Baiklah, jika kau tak mau keluar, maka aku sendiri yang akan menerobos masuk ke dalam kamar mandi ini!" ancam Angga berusaha membuka lebar pintu kamar mandi.

"Jangan, Pak! Aku tidak mau keluar, jangan paksa aku!" ketus Indah mencoba menghalangi Angga masuk.

Di saat Angga berusaha membuka pintu lebar-lebar, tak sengaja kaki Indah terjepit bawah pintu, membuat Indah membiarkan pintu itu terbuka.

"Aaww ... sakit!" rintih Indah.

Sedangkan di satu sisi, mata Angga membulat sempurna saat melihat tubuh polooos gadis kecil yang berstatus istrinya.

Melihat tatapan Angga yang aneh, Indah segera menutupi bagian-bagian tertentunya menggunakan ke dua tangannya.

"Aku tusuk mata Bapak yang jelalaatan itu!" ketus Indah merintih kesakitan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!