Bab 2

"Pak, aku janji deh. Aku akan diam, bila perlu, aku akan menghilang dari pandangan bapak saat ini juga. Asalkan kita jangan menikah. Bapak tahu sendirikan, usiaku masih muda. Bahkan, aku mempunyai cita-cita menikah dengan pria yang aku cintai. Masa iya, bapak tega mematahkan semua itu. Bapak tega menjadikanku istri. Bagaimana, kalau bapak melakukan kekerasan dalam rumah tangga. Ish, aku takut! Aku belum siap nikah. Aku masih mau sekolah, melanjutkan kuliahku. Dan aku juga sudah berjanji, untuk melanjutkan kuliah bersama besti-besti ku, Pak! Jangan patahkan semua cita-citaku dengan Bapak menikahiku!" mohon Indah sambil mengedipkan salah satu matanya memelas.

"Aku tidak perduli dengan cita-citamu. Kau yang membuat masalah ini!" ketus Angga.

"Baiklah. Pihak laki sudah menyetujuinya. Sekarang, kita tinggal tunggu penghulu saja!" titah Pak RT membuat Indah menggelengkan kepalanya.

"Bu, apa ibu tega. Anak satu-satunya yang paling cantik dan baik hati ini menikah dengan pria tua yang sama sekali tidak di kenalnya. Bagaimana, kalau setelah menikah, aku di bunuh, Bu! Lalu, jasadku di pendam di pekarangan rumahnya. Nanti ibu sama siapa? Ayah sudah pergi. Masa ibu membiarkan aku menyusul Ayah?" gumam Indah di selingi isak tangisnya.

Rina dan Robert yang mendengar ketakutan Indah pun terkekeh.

"Indah, sayang. Semua itu tidak mungkin terjadi. Bapak ini mempunyai sikap yang baik. Indah saja yang belum mengenalnya!" ujar Rina.

"Tante, bagaimana aku bisa mengenalnya. Sedangkan, aku baru saja bertemu dengannya. Kita bahkan belum sempat berkenalan. Iya, kan, Pak!" ucap Indah meminta persetujuan dari Angga.

"Aku jahit mulutmu, jika terus memanggilku dengan sebutan Bapak! Dan ibu, kenapa ibu ikut-ikutan memanggilku dengan sebutan 'Bapak'. Aku masih muda, umurku masih di bawah 30 tahun!" kesal Angga lalu melihat pak penghulu datang.

Melihat pak penghulu datang, Indah segera meraih tas dan ponselnya. "Aku tidak mau menikah dengan pria tua ini! Aku mau pergi." gumam Indah membuat Angga mencegahnya.

"Mau kemana, bocah tengil! Duduklah, lalu kita nikah. Bapak tua ini, akan jadi suamimu, haha!" titah Angga dengan tawa iblisnya.

"Lepasin aku, Pak! Aku masih sekolah! Apa selera Bapak serendah ini? Memangsa anak sekolah dan memaksanya untuk menikah? Ish, ish ... Aku tebak, pasti Bapak ini, tidak pernah pacaran karena tidak laku, kan? Jadi, Bapak mencari mangsa sepertiku! Tapi sayangnya, aku wanita yang pintar. Aku tidak mau menikah dengan bapak! Sebagai imbalannya, aku traktir Bapak es krim deh. Kebetulan, aku punya uang,-- em ... sebentar, ya, Pak! Aku mau hitung sisa uang jajanku. Kira-kira, aku bisa traktir Bapak es krim di mini market atau di toko depan sana." titah Indah polos. Dia mengeluarkan uang receh seribuan koin yang dia simpan.

Melihat kelakuan wanita di sampingnya. Angga menggeram kesal. Dia mengambil semua uang koin yang sedang di hitung oleh Indah.

'Memangnya, dia bisa merayuku dengan es krim murahan!" batin Angga.

"Pak! Uangku kenapa di ambil! Ish, Bapak! Kembalikan uangku. Itu uang sisa jajanku tadi! Jangan jadi maling. Di sini banyak orang yang bisa aku jadikan saksi. Cepat kembalikan! Atau aku laporkan Bapak ke polisi!" titah Indah dengan tangan menengadah.

"Maafkan kelakuan anak saya, Mas Angga, ibu dan Bapak. Jujur saya malu mempunyai anak seperti Indah. Tapi, dia anak saya satu-satunya. Dan saya tidak bisa melihat Indah terluka. Apa sebaiknya, pernikahannya kita batalkan saja. Lagian, tidak terjadi sesuatu dengan anak saya!" ujar Iis membuat Rina menggelengkan kepalanya lirih.

"Jangan, Bu. Saya yakin, Indah jodoh yang tepat untuk Angga. Sebenarnya, Angga pribadi yang tertutup. Dan saya justru salut dengan sikap polos Indah yang mampu membuat Angga berbicara terus!" jawab Rina.

"Tapi, Bu. Bagaimana, kalau pernikahan mereka putus di tengah jalan. Dan bagaimana nasib Indah? Dia mempunyai cita-cita untuk kuliah!" ujar Iis menatap putrinya yang menangis.

"Urusan kuliah. Indah bisa kuliah di kampus milik Angga. Kebetulan, Angga mempunyai saham di kampus yang cukup terkenal." jawab Robert lembut. "Indah mau kan, menikah dengan anak Om?" tanya Robert yang mendapat gelengan kecil.

"Tidak mau, Om. Bapak ini tidak pantas menikah denganku. Aku masih kecil, Om! Walaupun teman-temanku sudah ada yang menikah. Tapi, aku tidak mau menikah muda. Kasihan ibu, sudah susah payah mencari uang untuk menyekolahkanku. Eh, aku malah nikah muda. Enak yang jadi suami aku, dong! Dia asal main rebut aku dari ibu!" gumam Indah.

"Apa sudah siap?" tanya Pak penghulu yang baru saja mendudukan pantatnya di kursi yang berhadapan dengan Angga. "Jika sudah siap, Mas bisa jabat tangan saya!" titahnya lagi.

'Apa aku yakin, mau menikahi wanita tengil ini? Bukankah, ini akan menjadi petaka yang merubah kehidupanku nanti?' batin Angga ragu.

"Ayo, Angga! Kamu harus bertanggung jawab. Kamu bisa, nak!" titah Rina meyakinkan putranya.

"Jangan Pak! Jangan jabat tangan Pak penghulu. Sekarang banyak virus. Kita tidak boleh bersentuhan dengan orang lain. Jangan jabat tangannya. Lebih baik, kita pulang ke rumah masing-masing. Kita bersihkan diri kita lalu tidur." pinta Indah sambil menghapus air matanya. "Aku masih punya pacar, Pak! Dan pacarku galak sekali. Dia bisa membunuh orang yang berusaha mendekati aku. Apa bapak mau menjadi korban pembunuhan pacarku?" bisik Indah di dekat Angga.

Mendengar ancaman dari wanita di sampingnya. Entah mengapa, Angga menjadi tertantang dan mantap menikahi gadis berseragam sekolah itu.

"Saya siap!" ucap Angga menjabat tangan Pak penghulu.

'Siaalan. Ini Pak tua harus aku beri pelajaran. Awas saja, sampai aku menikah dengan pria tua ini. Aku akan mewarnai hari-harinya dengan hal-hal yang tak terduga!' batin Indah.

"Bismillahirrahmanirrahim. Saya nikahkan dan kawinkan saudara Angga Pratama dengan saudari Indah Cantika binti Rusman dengan mahar uang sepuluh juta rupiah di bayar tunai!"

"Saya terima nikah dan kawinnya Indah Cantika binti Rusman dengan mahar tersebut di bayar tunai!" ucap Angga lantang.

'Jangan Sah! Jangan Sah! Aku tidak mau menjadi istri pria tua ini! Aku mohon!' batin Indah menutup kedua telinganya.

"Para saksi? Apa, Sah!" tanya Pak penghulu.

"Sah!"

"Sah!"

"Sah!"

"Alhamdulillah, kalian sudah resmi menjadi pasangan suami istri. Sekarang, Mas Angga boleh mencium kening istrinya dan memasangkan cincin pernikahannya!" titah pak penghulu.

"Angga, pakai cincin ibu dulu, kamu belum menyiapkan semuanya, kan?" ucap Rina memberikan cincinnya.

Angga menerima cincin pemberian ibunya. Dia menoleh ke arah wanita yang baru saja berganti status menjadi istri Sah nya.

"Jarimu!" titah Angga.

"Tidak mau!" ketus Indah.

"Cepat! Atau--"

"Atau kita cerai saja!" potong Indah dengan menaik turunkan alisnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!