Secret Time?

Secret Time?

[Bab 1] Kepalsuan!

"Renata!!!, apa yang kau lakukan." teriakan seseorang yang menarik perhatian.

"Ini sama sekali tidak bagus, lihatlah." ucapnya.

"Tapi pak saya sudah berusaha sebaik mungkin untuk menyusun skripsi tersebut." ucap Renata lirih.

Ini dia, Renata putri seorang pegawai kantor berumur 21 tahun yang selalu diperlakukan kasar oleh atasan dan teman kantornya. Karena sifat ceroboh dan pemalu nya ia sulit mendapat seorang teman. Pekerjaan lah yang membuat Renata bertahan sampai saat ini. Ia memiliki seorang kekasih bernama Bian arsenio, sikapnya yang baik membuat Renata tertarik dengannya.

"Bapak tidak mau tau kau harus menysun ulang skripsi ini." ucap bos Renata sambil melempar lembaran - lembaran kertas ke wajah Renata.

Renata memunguti kertas sambil memasang wajah sedih karena, usaha nya tidak pernah dihargai.

"Upsss ... aduh ada yang dimarahi pak bos ya wkwkwkwkwk." sahut Bella mengejek Renata.

"lain kali skripsi nya dikerjain yang bener ya mbak." bisik bella ke Renata.

Ini bella kirania, teman kantor Renata, lebih tepatnya musuh Renata. Dialah yang membuat Renata selalu terjerumus dalam masalah, bagaimana tidak, tahun lalu saat sedang meeting di kantor ia mengganti flashdisk Renata yang berisi foto yang tidak pantas untuk dilihat, mempermalukan Renata di depan orang banyak karenanya, Renata diskors dua minggu dan gaji nya dipotong 1/4. Tak ada yang membela Renata saat itu.

"Diamlah Bella, kau harus membantu ku menyusun nya bukankah kita sekelompok?" jawab Renata dengan tegas.

"Hah ... apa yang kau bilang, sekelompok? kau kerjakan saja sendiri, aku tak peduli." ucap Bella lalu meninggalkan ruangan.

"Bella, Bella, Bella aku sudah muak dengan nama itu kuharap kau segera dipecat!" renata bergumam dengan amarah yang selalu ia tahan.

Renata mengambil kertas - kertas baru dan bersiap menyusun skripsi lagi. Ia mengabaikan jam makan siang demi menyelesaikan skripsi tersebut. Seseorang memasuki ruangan, Renata kenal dengan suara itu.

tok.. tok... tok

"Permisi apakah aku boleh masuk?" ucap Bian dengan suara berat.

"Masuklah Bian." sahut Renata yang mengenali suara Bian.

ceklek...

"Ahhh kenapa kau tau kalau itu aku ... ." ucap Bian dengan ekspresi cemberut.

"Hahaha." tawa Renata lirih.

"Kau kan kekasihku, aku pasti bisa mengenali mu." sambung Renata dengan senyuman diwajahnya.

"Taraa ... aku menbawakan makan siang untuk mu, oh iya kau sedang apa? " tanya Bian menengok komputer Renata.

"Aaaa trimakasiihh, ini aku sedang menyusun skripsi lagi." jawab Renata sambil mengetik di komputernya

"Bukannya kemarin kamu sudah mengerjakannya pasti ini disuruh oleh orang tua berjanggut itu ... akan ku beri pelajaran dia" sahut Bian kesal sambil menggulung lengan bajunya

"Sudah,sudah. Nanti kau malah dimarahin oleh pak bos." ucap Renata sambil tertawa

"kau mengembalikan suasana hatiku bian" batin Renata sambil menahan Bian, yang tersulut emosi.

"Ohh iya janji kita nanti sore — "

"Aa — ahh itu ... se – sepertinya aku tidak bisa aku maaf ya." ucap Bian langsung memotong ucapan Renata.

"Iya tak apa, tapi kenapa kamu sampai terkejut seperti itu? " tanya Renata kebingungan

"Ti – tidak apa, aku permisi dulu ada pekerjaan yang harus kulakukan." sahut Bian langsung meninggalkan ruangan.

"Dia aneh tapi, sudahlah" ucap Renata lirih

"Aku lupa! nanti sore aku dan Renata pergi ke cafe" batin Bian panik.

"Bian … apa yang sedang kau lakukan di depan ruangan Renata?" tanya bella

"Wajahmu juga terlihat seperti orang panik, apa yang terjadi? " tanya bella lagi

"shutt ... kecilkan suaramu, kemari ikut aku." jawab Bian lirih.

Bian membawa Bella ke belakang kantor dan menjelaskan apa yang terjadi tadi diruangan Renata.

"Wah - wah jadi seperti itu, sudahlah bi lupakan Renata itu." ucap Bella sambil memeluk Bian.

"Apa kau gila ... bagaimana kalau ada yang melihat kita!" tegas Bian yang melepas pelukan bella.

"Tak apa ... bukan kah aku milikmu." bella yang terus menggoda Bian.

"Ngomomg - ngomong, nanti jadi pergi kan." ucap bella.

"Iya." jawab Bian singkat, karena tak suka melihat tingkah bella.

"Kok responnya singkat, kamu marah?" tanya bella memasang wajah manis.

"Sudahlah aku mau masuk dulu." tegas Bian kesal dan meninggalkan bella.

"Renata putri ... maaf ya bian itu milikku dan akan terus menjadi miliku." ucap bella lirih.

Sore hari dikantor WORD brightlight, kantor Renata. Para pegawai mulai meninggalkan kantor dan hanya beberapa pegawai yang tersisa salah satunya Renata.

"Aaarrggghhh ... kenapa skripsi ini belum siap juga, aku sudah tiga kali mengirim nya ke pak bos tapi masih saja ada yang salah." ucap Renata kesal.

Renata bangkit dari tempat duduknya dan melihat keluar jendela, matahari yang mulai tenggelam dan perlahan cahaya hangat menghilang, Mata nya terarahkan kepada seseorang yang dia kira bian karena, ruangannya berada di lantai 2.

"Hah? dia mirip Bian, dan ... membonceng seorang wanita ... tidak itu tidak mungkin Bian, akan kutanyakan setelah menyelesaikan semua ini." ucap Renata lirih dan menuju ke kursi bekerjanya.

Malam mulai larut, Renata yang masih sibuk mengerjakan pekerjaan nya akhirnya selesai juga ia bergegas untuk pulang ke rumah.

Jam Renata menunjukkan pukul 21.30 jalanan mulai sepi, aktivitas didepan kantor Renata seperti terhenti, kedinginan angin malam yang menyelimuti tubuh Renata.

"Brrr ... malam ini sepertinya lebih dingin dari biasanya." ucap Renata yang kedinginan dan mengambil ponselnya.

'tut ... tut ... nomor yang anda tuju sedang tidak aktif, silahkan menco– ' bunyi ponsel Renata yang berusaha menelepon Bian.

"Aaahh ... kenapa Bian tidak mengangkat telfon ku, apa ia sedang sibuk?" ucap Renata cemberut

"Hufff ... dingin sekali sebaiknya aku bergegas pulang." ucap Renata sambil meniup tangan nya.

"Baiklah, aku akan menunggu taksi saja." Renata berlari mencari halte terdekat.

30 menit kemudian.....

"Bagaimana ini hari mulai larut." ucap Renata gelisah dan melihat jam tangannya yang menunjukan pukul 22.00

"Sudah setengah jam aku menunggu tapi tidak ada taksi yang lewat, Bian pun tidak menjawab pesan ku." ucap Renata yang semakin gelisah.

Cahaya muncul dari ujung jalan, lalu menepi di tempat Renata berdiri. Itu Bian yang datang untuk menjemput Renata

"Maaf ... aku tak membalas pesan mu tadi aku sedang sibuk dan bergegas untuk menjemputmu." ucap Bian

"Sebelumnya dia tak pernah mengabaikan telfonku, mengapa tiba - tiba berubah?" batin Renata yang melamun melihat ke arah Bian

"Hey ... hey kau sedang melamunkan apa? cepat naiklah hari sudah larut." tegas Bian sambil melambai ke depan wajah Renata.

"Ii–iya." jawab Renata gugup

Mereka berdua menuju ke rumah Renata, Bian melaju dengan kecepatan tinggi dan menyusuri jalan. Sesampai nya dirumah Renata, Bian pamit namun Renata menghentikannya.

"Bian ... apakah kau pulang bekerja dengan seseorang?" tanya Renata

"Gawat apakah Renata melihat ku diparkiran sambil membonceng bella" batin Bian dengan ekspresi panik

"Bian aku bertanya kepada mu" tegas Renata

"Ti–tidak aku pulang sendirian" jawab Bian terbata - bata

"Hah? kau yakin? " Renata yang mencurigai Bian

"Tentu saja, atas dasar apa aku berbohong" jawab Bian panik.

"Sudah ya ... aku pamit dulu hari mulai larut, sampai jumpa besok." Bian yang bergegas menaiki motornya dan menarik gas

"Iyaa." sahut Renata yang melambai kebingungan

"Bodoh ... bodoh ... bodoh ... bagaimana kalau Renata menyadarinya aaargghhh." batin Bian dengan melaju kecepatan tinggi.

ceklek....

Suara pintu rumah terbuka, suara keluarga Renata yang menghilang bersama kehangatan nya, ruangan yang terlihat sunyi dan berantakan karena Renata tidak sempat membersihkannya.

"Sial ... sial ... biasanya rumah ku tak sekotor ini, tak seberantakan ini" Renata yang memasuki rumah sambil berdecak kesal

"Dunia tak pernah adil bukan?" tanya Renata pada dirinya sendiri.

"kehangatan, senyuman, canda tawa, kapan aku bisa merasakan semua itu!!!" teriak Renata

"Tuhan ... bukankah terlalu cepat kau mengambil semua itu dariku, kumohon kembalikan, kembalikan!!!"

Renata duduk di sudut pintu melihat betapa berantakan rumahnya, air mata terus membasahi pipinya, ia selalu berharap agar bisa hidup bahagia seperti orang lain.

"Sudahlah ... tidak ada gunanya aku terus menangis."

Renata bangkit dari duduknya dan mengelap air mata di pipinya, melihat foto keluarga yang mulai bedebu karena jarang dibersihkan

"Ibu ... ayah ... kenapa kalian meninggalkan Renata? apa salah Renata sama kalian, sekarang Renata hidup sebatang kara." air mata kembali membasahi pipi Renata tangannya mengusap foto mendiang orang tuanya.

"Renata masih butuh kalian, Renata cape ngehadapin semua ini sendirian, Renata butuh orang lain yang ngebatu Renata buat bangkit, tapi tak ada yang mau, apakah ayah dan ibu tau rasanya?"

 

BERSAMBUNG.......

Terpopuler

Comments

IndraAsya

IndraAsya

👣👣👣 Jejak 💪💪💪😘😘😘

2023-02-09

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!