"Oke kalau itu yang kamu mau, sekarang juga kita putus, makasih kenangannya bye." ucap Bian dengan meninggikan nada bicaranya.
air mata Renata berjatuhan, mengingat kenangan indah nya bersama bian.
"Padahal kita sedekat itu loh, kok bisa ya jadi seasing ini." ucap Renata sambil menghapus air mata di pipinya.
"Terserahmu Ren, aku tak peduli." ucap Bian menggerutu setelah bicara dengan Renata.
"Lebih baik kau pergilah ... ." sambung bian kesal ke Renata
"Aku akan pergi dari hidupmu ... Bian." ucap Renata dengan wajah kecewa.
Renata menutup telfon, air mata yang tak bisa lagi Renata bendung jatuh dan membasahi pipinya. Sekecewa itu Renata pada Bian.
"Sekarang apalagi!!! aku lelah dengan semua ini." teriak Renata.
"Masalah satu persatu muncul dan seakan tak ada habisnya."
"Padahal ini pagi yang harus ku jalani dengan semangat, tak kusangka kau semudah itu mengancurkan perasaan ku Bi, aku sudah percaya sepenuhnya padamu, kau tau itu!!" teriak Renata sambil menggenggam erat ponsel ditangannya.
"Kemana bian yang ku kenal dulu ... hilang?"
"Bagaimana caraku melupakannya, dialah orang yang selalu membuat ku tertawa dan menemani ku saat aku sedih dan sekarang aku kehilangannya." ucap Renata yang mengingat segalannya.
Renata bersiap pergi ke swalayan berharap bisa melupakan kejadian tadi pagi dengan menyibukkan dirinya sendiri.
"Akhirnya sampai juga, oh iya daftar belanjaannya sudahku bawa bukan." ucap Renata sambil mencari catatannya
"Baikalah mari kita berbelanja." sambung Renata dan menuju ke swalayan
1 jam berlalu......
Renata keluar dari swalayan sambil membawa dua kardus penuh ditanganya. Ia menaruh kardusnya dan mengambil hp nya.
"Sekarang mari kita pulang." gumam Renata sambil menatap hp nya.
"Ren ... Renata" panggil Bian dari kejauhan dan berlari menuju Renata.
"hah!? Bian? dia nenuju kearahku?"
"Ren soal yang kemarin ... aku bisa jelasin semua." pinta bian agar di dengarkan.
"Bahas apa lagi? aku sibuk mau pulang." ucap Renata meninggalkan Bian.
"Yang kemarin, aku minta maaf sebenarnya yang mau bukan aku tapi bella, dia maksa aku." Seru bian agar permintaan maaf nya diterima.
Renata menghentikan langkahnya dan berpaling ke arah Bian, "terus kamu mau?" ucap Renata tersenyum kecil.
"Iya ... kan aku dah bilang klo bella maksa aku."
"Halah bulshit ... ."
"sekarang kita cuman sekedar mantan kekasih ya Bi, lupain aku dan urus aja si Bella." sambung Renata.
"Ta–tapi Ren ... ."
"Apa!? mau apa lagi ... denger ya udah cukup kamu nyakitin aku lagian aku udah lupain semua itu." Renata membalas.
"Maaf Renn … maaf." pinta Bian
"Berhenti ngejar aku dan kejarlah yang kamu mau, karena aku tau yang kamu mau itu bukan aku." seru Renata.
"Dan aku ga mau sia - sia in cinta ku buat orang yang sama sekali ga peduli sama aku maupun perasaanku." sambung Renata meyakinkan bian
"Oke kalo itu mau mu ... "
"Satu lagi ... aku jg udah bosen sama kamu." ucap Bian meninggalkan Renata.
"Iya bi aku paham sifat kamu kaya apa ... kalo udah nemu yang baru yang lama ya dilupain." gumam Renata melihat bian yang mulai menjauh dari nya.
30 menit kemudian....
Renata turun dari taksi membuka pintu rumahnya merapikan sepatu nya dan meletakan belanjaannya di meja dapur, lalu duduk di sofa.
"Hah ... hari ini hari yang panjang ya ... ."
"Banyak hal yang kulewati."
Renata bangkit menuju ke kamar mandi dan mulai membersihkan dirinya.
"Hari ini aku akan tidur cepat ... aku tak mau memikirkan orang yang tak memikirkanku."
"Selamat tidur … ."
Lampu kamar mati, jam dinding terus berdetak mengiringi ruangan. Bintang - bintang bertebaran di langit. Renata terlelap tidur.
Pagi hari tiba ... burung berkicau cahaya matahari pagi menembus jendela kamar Renata. Renata berada di dapur hari ini ia bangun lebih awal. Ia bersarapan dan menuju ke kantor.
"Ahh cuacanya sangat cerah ya tapi tidak dengan hati ku." ucap Renata mengawali paginya.
"Nahh sekarang ayo bekerja." sambung Renata dengan penuh semangat.
Ia sampai dikantor 20 menit kemudian melihat sepasang kekasih baru yang melewati nya. Ya itu Bian dengan Bella.
"Pemandangan macam apa ini ... ." gumam Renata dengan wajah kesal
"Beraninya mereka merusak pagiku." sambung Renata.
"Ren ... ." ucap Vin menepuk pundak Renata.
"Aaahh ... ." Renata terkejut.
"Ternyata itu anda pak, membuat saya terkejut." ucap Renata.
"Kamu sedang apa?" tanya Vin yang sedari tadi memperhatikan Renata dari kejauhan.
"Sedang melihat pemandangan yang tidak mengenakan." ucap Renata yang masih fokus melihat Bian.
"Siapa itu? kamu mengenalnya?" tanya Vin yang bingung padahal sudah tahu.
"Itu Bian, mantan kekasih saya." ucap Renata.
"Ohh Bian ... hah Bian!? mantan kekasih mu!?" Vin yang terkejut.
"Iya, memang ada apa pak sampai terkejut begitu?" tanya Renata
"Tidak apa mari masuk."
"Iya Pak mari." ucap Renata sambil tersenyum
Bian yang sedang duduk di cafe melihat Renata yang masuk bersama direktur.
"Hah apa!? itu Renata kan?" ucap bian terkejut.
"Bagaimana bisa ia bersama pak direktur?"
"Bi kau tidak tahu? Renata baru saja naik jabatan." ucap Bella yang tak suka membahas tentang Renata.
"Ahh sial kenapa aku memutuskan hubunganku dengannya, padahal aku bisa memanfaatkannya." gumam Bian.
"Sudahlah ayo kita masuk ke kantor … ." ajak bella
Hari itu ia lewati dengan senyuman yang terukir di wajahnya. Ia tak menyangka bahwa Vin begitu peduli dengan nya bahkan Vin sempat menghibur Renata saat tau Renata sedang tidak baik baik saja.
Hari mulai sore waktunya ia pulang. Sekarang tak ada kata lembur, ia menuju ke luar lagi - lagi ia melihat Bian dan Bella yang sedang bersiap untuk pulang.
"Wahh Renata pulang sendiri ya? kasian." ejek bella
"Iya nih … soalnya mandiri." jawab Renata.
suara klakson mobil berbunyi, Renata menengok kebelakang dan melihat mobil Vin yang menghampirinya.
"Ren ayo pulang bareng." ajak Vin dari dalam mobil.
"Ahh tidak usah … ." Tolak Renata karena canggung.
"Tak apa ayo masuk." ucap Vin.
"Baiklah."
Bian yang tak sengaja melihat Renata masuk ke mobil Vin wajahnya berubah kesal.
"Ihh apaan si Renata itu." ucap Bella kesal
"Bel." panggil bian yang sudah duduk diatas motornya.
"iya? ayo pulang." jawab bella yang bersiap menaiki motor Bian.
"Kau pulang sendiri saja akan ku pesankan taksi untukmu." ucap Bian langsung menarik gasnya tanpa pikir panjang
"Tunggu bi!!" seru bella yang ditinggalkan sendirian.
"Apa ini sekarang aku harus pulang sendiri." gerutu bella menuju halte
Bian mengejar mobil Vin dengan kecepatan penuh, membuntuti mobil Vin.
"Apa ini dia sampai mengikuti ku." gumam Vin melihat spion.
"Apa yang kau katakan?" tanya Renata
"Tak ada ... oh iya Ren rumahmu masih jauh?"
"Tidak diperempatan itu belok kanan."
"Ohh ... apakah kau bisa mampir kerumah ku sebentar ada tugas yang harus selesai besok." ajak Vin langsung membelokkan mobilnya ke arah yang berlawanan.
"Tunggu apa?" sahut Renata yang bingung.
"Ayolah … aku tak akan melakukan hal aneh padamu. Setelah jam 8 malam akanku antar kau pulang." pinta Vin dengan mata yang penuh harapan.
"Ohh baiklah." ucap Renata yang tak bisa menolak.
"Sekarang kau akan berbuat apa Bian?" gumam Vin melihat lagi ke arah spion.
"Mobil Vin berbelok ke kiri bukankah rumah Renata belok ke kanan? kemana mereka akan pergi." ucap bian terkejut
"Vin … ini beneran rumah mu?"
"Iya … memang nya kenapa?"
"Kau tinggal sendiri?"
"Iya" jawab Vin memberhentikan mobilnya menunggu pintu gerbangnya terbuka.
Renata turun dari mobil Vin memandang luas rumah Vin "sebelumnya aku tak pernah berkujung ke rumah mu saat kita masih sma." gumam Renata.
"Ayo masuklah." ajak Vin.
"Iya" jawab Renata mengikuti Vin dari belakang.
satpam rumah Vin mendekati Vin dan mengatakan, "Pak tadi saya melihat motor yang mencurigakan sepertinya motor itu mengikuti anda."
"Biarkan saja ia hanya penasaran." ucap Vin
"Baik pak."
Pintu rumah Vin terbuka, pandangan Renata tak bisa lepas dari rumah itu.
"Keren sekali, rumah sebesar ini hanya kau yang menempati?" tanya Renata sambil kagum.
"Iya, duduklah disini aku mau ke kamar sebentar, membersihkan diri lalu mengambil berkas yang harus kita selesaikan." ucap Vin menjelaskan semuanya.
"Baik." ucap Renata
Renata bangkit menuju sebuah foto yang membuat Renata penasaran. Anehnya Vin tak ada di foto itu hanya ada 2 kakak nya dan kedua orang tuanya. Membuat Renata bertanya - tanya
"Aneh dimana Vin?"
"Apakah foto ini diambil saat Vin belum lahir?"
"Tidak mungkin."
"Wahh … ternyata Vin mempunyai 2 saudara"
"Apa yang kau lihat?" seru Vin yang sedang menuruni tangga.
"itu anu–"
"Cepat sekali mandinya." ucap Renata didalam hati.
Bersambung.......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments