"Hai Nak ... . " ucap seseorang.
"Siapa?" Renata kebingungan melihat sebuah cahaya menghampiri nya.
"Eh ... masa lupa." seru seseorang.
Perlahan cahaya itu meredup, wajah orang tua Renata terlihat jelas dihadapan Renata. air mata mulai berhamburan jatuh dari kelopak mata Renata.
"Ibu ... ayah ... Renata merindukan kalian. Apa ibu dan ayah tau bagaimana kehidupan Renata setelah kalian berdua tiada?" Renata memeluk keduanya sambil menangis.
"Iya … ayah ibu tau kok gimana perjuangan Renata, Renata hebat banget ya bisa lewatin semua itu." ucap ibu Renata sambil mengusap air mata putrinya.
Pertemuan yang singkat namun meninggalkan kata - kata yang melekat. Sebelum meninggalkan putrinya ayah Renata berpesan, "Jangan terlalu berharap lebih kepada seseorang, yang kamu anggap dekat sedekat desember ke januari karena pada akhirnya akan sejauh januari ke desember." ucap ayah Renata.
"Baik ayah." Renata yang masih mengeluarkan air mata nya.
"Kalau begitu ayah ibu pamit dulu ya ... kamu hebat, kamu kuat akan ada waktu dimana kau bahagia seperti orang lain." ucap ayah Renata meninggalkan Renata.
"Tapi ... Renata gak mau sendiri lagi."
"Ayah ibu jangan tinggalin Renata sendirian!!!"
"ayahh ibu!!!!!" teriak Renata yang sadar kalau semua itu hanya mimpi, alarm terus berbunyi jam menunjukan pukul 6.30.
"Gawat ... aku bisa terlambat." Renata yang ke bergegas bangun dari tempat tidurnya dan menuju kamar mandi.
Renata berdandan apa adanya ia tak sempat untuk bersarapan karena jam sudah menunjukan pukul 7.00.
"Kalau begini aku bisa tertinggal bus." ucap Renata terburu buru mengunci pintu rumah dan langsung berlari menuju halte.
"Huhh ... huh ... syukurlah masih sempat." ucap Renata yang terengah - engah karena berlari dari rumah.
Renata menaiki bus, di dalam bus ia tak bisa berhenti berpikir apa maksud dari mimpinya itu. Tak lama kemudian ia sampai di kantor tepat waktu dan bergegas menaiki lift, saat menutup pintu lift matanya tertuju pada seorang Bian yang menggandeng seorang wanita.
"Tunggu apa aku salah lihat, itu Bian bukan, ahh tidak aku pasti salah lihat sudahlah ... ." suara hati Renata yang penuh tanda tanya.
Sesampainya diruangannya Renata kembali memikirkan maksud dari mimpi yang dialaminya pagi tadi, suara ketokan pintu membuat Renata sadar dari lamunan nya.
tok ... tok ... tok ...
"Permisi, apakah saya boleh masuk?"
"Masuklah." jawab Renata
"Baik bu terimakasih." ucap karyawan yang masuk keruangan Renata.
"Ada apa?" tanya Renata.
"Kau membawa banyak berkas, untuk apa?" tanya Renata sekali lagi.
"Anu... saya di suruh oleh pak boss untuk mengirimkan berkas ini untuk disusun oleh anda." ucap karyawan itu.
"sial apakah aku tidak bisa pulang lebih cepat." batin Renata kesal.
"dan ini harus diselesaikan dalam waktu dekat." sambung karyawan itu.
"baik terimakasih kau boleh pergi." ucap Renata.
"baik saya permisi." jawab karyawan itu meninggalkan ruangan Renata.
"Haduh ... dasar pak Hendra, kenapa selalu memberi aku pekerjaan sebanyak ini." ucap Renata menggerutu.
Pak Hendra Buana, atasan Renata bukan boss tapi bisa saja di sebut bos bagi Renata. sifatnya angkuh, sombong dan selalu merepotkan Renata, karenanya Renata harus sering lembur dikantor.
"Ada apa Ren?" tanya Bian memasuki ruangan Renata.
"Biasa … pak Hendra... " jawab Renata sambil menata berkas - berkas tersebut
"Ohh ... ."
"Ehh kamu udah sarapan belum? ini aku bawakan sarapan ya walau sederhana."
Renata tersenyum dan menghentikan menata berkas. Tatapan nya tertuju pada Bian, melihat Bian dari ujung rambut hingga ujung kaki.
"Hei ... kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya Bian kebingungan
"Tak apa, terimakasih makanannya." jawab Renata
"Bian ... apa kau bisa membantuku untuk menyelesaikan berkas - berkas ini?" tanya Renata sambil memasang wajah bahagia
"Emm ... anu ... aku– "
"Jadi mau kan, ayolah hanya setengahnya saja lagi pula kau sedang tak ada pekerjaan kan." pinta Renata nemotong ucapan Bian.
"Ba–baiklah ... ." ucap Bian pasrah.
"Oke akan ku berikan berkas mana saja yang harus kau susun." ucap Renata menata berkas yang hendak diberikan ke Bian.
"Apa - apaan Renata itu." ucap Bella dari luar ruangan yang menguping pembicaraan mereka berdua.
"Nah ini berkas yang harus kau susun, kumohon selesaikan hari ini agar aku bisa mendapat hari libur." ucap Renata
"Baiklah akan ku usahakan demi kau." seru Bian meninggalkan ruangan membawa berkas yang sangat banyak ditangannya.
"Baik ... sekarang mari kita bekerja, sebelum itu makan dulu." ucap Renata senang karena bebannya berkurang setengah.
"Bian... ." panggil Bella
"Ya ada apa?" tanya Bian kesulitan membawa berkas ditanganya.
"Kenapa kau membantu nya, apa jangan - jangan kau masih memiliki rasa terhadapnya." ucap Bella kesal
"Bukan begitu … ta–tapi." ucap Bian yang terbata - bata.
"Sudahlah aku tak butuh alasan darimu, pokoknya aku tidak suka kamu dekat - dekat Renata." ucap Bella memasang wajah cemberut.
"Iya, nanti pulang bekerja aku bakal ajak kamu ke cafe ya, jangan sedih gitu." bujuk Bian
"Baiklah." jawab Bella mengganti ekspresi wajahnya dalam sekejap.
Pembicaraan mereka berdua terus berlanjut sampai di ruangan Bian, jam makan siang tiba, Renata keluar ruangan untuk membeli makan siang. lagi - lagi ia memikirkan kejadian pagi tadi dan tak sengaja menabrak seseorang.
"Aduh ... maaf saya tidak sengaja" ucap Renata yang jatuh duduk.
"Ahh ... tak apa." ucap Vin
Vin, teman Sma Renata, berparas tampan, pemain voli, pintar. Dialah yang membantu Renata dalam bidang olahraga, sampai orang - orang mengira kalau mereka berdua adalah sepasang kekasih. Karena kedekatan mereka, Renata sempat dilabrak teman seangkatannya karena tak menyetujui kedekatan mereka namun Vin bertindak cepat dan berhasil menolong Renata kala itu.
"Loh Vin? itu kamu?" tanya Renata sedikit pangling dengan wajah Vin
"Wah Renata ... sudah lama tak bertemu, apa kabar mu?" jawab Vin mengulurkan tangan nya untuk membantu Renata berdiri.
"Baik, kudengar jabatan mu direktur ya? wah hebat sekali." tanya Renata.
"I–itu bukan apa - apa." jawab Vin tersipu
"Oh iya ren … aku butuh seorang sekretaris, apa kau bisa mengisinya?" sambung Vin
Vin menawarkan jabatan sekretaris karena ia di perintahkan direktur utama untuk menyampaikan kepada Renata.
"Loh ... loh a–apa tu–tunggu ini serius!?" ucap Renata terkejut sampai tak lancar dalam berbicara.
"kenapa kau meminta ku untuk menjadi sekretaris?" tanya Renata
"Kudengar kau terus di tekan oleh pak hendra." jawab Vin sambil mengejek Renata.
"bagaimana kau bisa tahu." tanya Renata kebingungan dan malu.
"ada ... jadi apa kau menerima jabatan mu yang baru?" tanya Vin.
"Ahh... akan kubuatkan surat pergantian jabatan secepatnya, itu jika kau mau." Ajak Vin.
"Ba–baiklah, aku menerimanya" ucap Renata senang
"Sekarang kau seruangan denganku, akan ku minta seseorang untuk membantu memindahkan barang - barang mu." ucap Vin.
"Aku permisi dulu ya." sambung Vin yang terburu - buru
"Baiklah, terimakasih." ucap Renata pada Vin walau sosoknya sudah tak terlihat lagi.
"Lalu bagaimana soal pekerjaan ku menyusun skripsinya?" Bisik Renata.
"Ahh sudahlah, lebih baik aku mengisi perutku dulu." Renata bergegas membeli makanan.
"Ohh jadi Renata naik jabatan, tak akan ku biarkan, apapun caranya aku harus membuatnya meninggalkan tempat ini." bisik Bella dengan raut wajah kesal di sudut ruangan, yang sedari tadi menguping.
Sekembalinya Renata dari membeli makanan, ia menuju ke ruangan nya dan terkejut karena ruangan nya berubah.
"Tunggu, Bella apa yang kau lakukan di ruangan ku." ucap Renata terkejut.
"Hmphh ... kau pikir aku mau menggantikan mu di ruangan ini, dengar ya sekarang ini ruanganku, jadi kau pergilah ke ruangan pak direktur." ucap Bella kesal melihat Renata yang naik jabatan.
"Bagaimana kau mengetahuinya?" tanya Renata.
"A–aku diberitahu oleh seorang karyawan tadi" jawab Bella.
Renata bergegas menuju keruangan direktur, ia sempat tersesat karena tak mengetahui di lantai berapa ruangan direktur, akhirnya Renata berhasil sampai di ruangan direktur karena diantarkan oleh seorang karyawan.
tok ... tok ... tok ... suara ketokan pintu
"Masuklah Ren." sahut Vin
"Maaf Pak … maaff saya terlambat karena mencari ruangan direktur, saya sempat tersesat karena luas sekali tempat ini." ucap Renata gugup karena terlambat 5 menit
"Hahaha … tak apa, biasanya kau hanya mengunjungi lantai 1 dan 2 kan." ucap Vin sambil tertawa kecil.
"Jadi apa pekerjaan saya Pak?" tanya Renata senang.
"Duduklah … ." ucap Vin
"Jadi pekerjaan kamu .... ."
----------------
Bersambung................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments