MASA LALU DAN TAKDIRKU
...
...
Pagi ini cuaca di Jakarta cukup mendung. Namun aktifivitas yang dilakukan diluar kelas harus tetap berjalan. Biarpun Langit mendung, itu tak menghapuskan sedikitpun semangat para murid Di SMA TIRTA BANGSA. Sekolah yang cukup terkenal ini rupanya tengah menampilkan ketiga calon ketua OSIS yang sudah membacakan visi dan misi.
"Inilah ketiga calon ketua OSIS kita! Beri tepuk tangan yang gemuruh untuk mereka," ucap Pak Bambang.
"Yeay! Arkan! Arkan!" teriak sebagian besar siswi. "Kak Arkan!!!"
"Irfan! Irfan!"
"Qila! Qila!"
Ya, ketiga calon itu adalah Arkan, Irfan dan Aqila. Mereka ditunjuk untuk menjadi calon yang akan memimpin nantinya. Meski begitu tetap saja Arkan pasti memiliki banyak suara dari para penggemarnya. Belum lagi Arkan, Irfan dan Aqila adalah most wanted yang selalunya memenangkan olimpiade. Mereka dijuluki most wanted karena memang ketiganya memiliki wajah yang menawan.
"Senja, lo milih siapa?" tanya Liani, salah satu murid baru.
"Eum.. gue ...." Senja terlihat gugup.
"Pasti lo milih kak Arkan, kan?" tanya Lia menelisik wajah Senja.
"Enggak Li, gue.." Senja masih gugup dan salah tingkah.
"Udah deh jujur aja sama gue," ujarnya sembari menggoda dan menabrakan sikunya ke lengan gadis itu.
"Ih Lia, enggak!" Namun Senja masih tak mengakuinya.
Setelah itu mereka yang sedang bertugas di depan mulai menghitung perolehan suara yang di dapat ketiganya. Arkan dan Irfan mendapat skor yang sama. Sementara Aqila tertinggal jauh di belakang cowok-cowok itu. Pak Bambang membuka satu kertas yang menentukan siapa ketua OSIS tersebut. "Wah, saya sudah tau siapa yang akan menjadi ketua OSIS!" ucap pak Bambang membuat semua murid semakin kesal.
"Pak ayo dong, cepet kasih tau. Bentar lagi hujan nih!" teriak satu dari mereka yang menunggu hasil.
"Iya iya. Ketua OSIS tahun ini adalah..." Pak Bambang, ayolah! Ini bukan kompetisi pencarian bakat!
Semua terdiam dan mulai menyiapkan diri.
"Ar.. kan ..!"
"Yey, Kak Arkan!!!"
Semuanya teriak kegirangan. Pasalnya Arkan memang memiliki wajah tampan dan cerdas, sudah pasti dia bisa membantu mengharumkan nama sekolah. Sementara yang lain bersorak kegirangan, pak Surya menggiring siswa yang telat ke depan.
"Senja lihat! Mereka lagi. Apa mereka gak bosen ya di hukum terus?" tanya Lia kepada Senja.
"Udah ah, biarin. Yang penting kan kak Ar.. ups," ucap Senja sembari menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
"Nah kan bener lo suka kan sama kak Arkan?" goda Lia sembari menunjuk-nunjuk wajah Senja.
"Enggak gitu Lia, gue tuh.. " ucap Senja salah tingkah, lagi.
"Sekalipun lo tutupin, bakalan ketahuan juga Senja. Keliatan banget dari cara lo ngomong gugup salah tingkah gitu," ucap Liani sambil tertawa.
"Iya deh iya. Siapa sih yang gak suka sama Kak Arkan? Ganteng, pinter, baik," celetuk Senja tak sadar.
"Gue enggak tuh. Soalnya kalau gue suka, nikung dong namanya," jelas Lia.
Senja tertawa. Sahabat yang baik. "Hm, tapi suka itu wajar kok, Li."
"Iya, tapi gak sama gebetan sahabat sendiri lah."
Senja hanya terkekeh. "Iya, iya."
Sementara itu ke empat cowok itu kembali kena teguran pak Surya selaku guru Bimbingan Konseling. Karena bukan hanya dua atau tiga kali mereka telat, tetapi mereka sudah melakukan ini beberapa hari berturut-turut.
"Bagus ... bagus ya kalian!" tegur pak Surya.
"Pak ahamdulillah dong kalau kita bagus, padahal kita telat lagi lo Pak," jawab Eri.
"Eh Eri, saya itu belum selesai bicara!"
"Oh belum, kirain udah Pak."
"Eh Ri, lo apaan-apaan sih? Diem nggak!" kata Arif menahan malu, karena kelakuan temannya itu.
"Ehm.. iya deh iya." Eri pasrah sembari mempoutkan bibirnya kecewa.
"Saya tanya, ini sudah ke berapa kali kalian telat?" tanya Pak Surya lagi.
"Sudah 1, 2, 3, 4... ah 6 Pak.. eh bukan, bukan.. berapa ya?" Itu Eri. Kenapa ia tak lelah berbicara?
"Eri!!" bentak Arif dan Falah, karena Eri sudah sangat menyebalkan. "Diem aelah," lirih Arif.
"7 Pak." Akhirnya si wajah datar Langit yang menjawab.
"Bagus kalau kalian tahu, bersihkan toilet wanita sekarang juga!"
"Hah?!!" Arif, Eri dan Falah kaget, sedangkan Langit masih dengan wajah datarnya dan Pak Surya mengorek telinganya.
"Berisik! Gak usah sok kaget gitu, Bapak tahu itu pasti maunya kalian, kan?" tanya Pak Surya.
Semuanya tersenyum ingin. "Ya, kalau itu maulah Pak," canda Eri.
"Tidak ada, enak saja. Bapak cuma bercanda. Eri dan Falah, kalian toilet laki-laki. Arif dan Langit bersihkan taman."
"Loh Pak? Kenapa mereka kebagian enak?" potong Falah.
"Iya Pak, ini gak adil!" timpal Eri.
"Kalian berdua mau berganti posisi? Setelah taman, kalian bergegas membersihkan toilet guru," jelas Pak Bambang membuat Falah mengalah.
"Eh enggak deh Pak, gak jadi. Yuk ri?" ajak Falah.
"Tapi kan Lah..." Eri hendak protes, tapi segera Falah tepis. "Ck udahlah, Ri. Ayo!"
Falah dan Eri pun memilih pergi dan segera membersihkan toilet. Daripada ditambah hukuman lebih baik kabur dan tidur. Eh!
"Sudah sana!" usir pak Surya.
"Iya Pak," ucap Arif.
Langit dan Arif pun pergi ke taman yang ada di depan kelas X MIPA 4.
Langit menikmati hukumannya dengan cara menyumpal kedua telinganya dengan earphone. Sedangkan Arif menggerutu karena capek terus-terusan dihukum. Padahalkan temannya itu calon pemilik sekolah ini. Arif menggerutu karena taman itu sangat kotor dengan daun-daun yang jatuh.
"Parah banget Pak Bambang. Masa kita harus bersihin taman sekotor ini, sama toilet guru juga, apaan-apaan, Lang lo..." Arif menoleh ke belakang dan mendapati Langit yang memakai earphone.
Arif berdecak. "Gue lupa kalo lagi ngomong sama es."
****
Sementara itu, Senja dan Lia berbincang-bincang mengenai ekstrakulikuler. Lia memegang formulir dan Senja sibuk dengan ponselnya. Sambil senyum-senyum sendiri Senja sampai tak fokus pada Lia yang sedari tadi mengajaknya berdiskusi.
"Sen, lo mau pilih apa nih?" tanya Lia sembari menatap ke arah formulir. Karena tak ada jawaban, akhirnya Lia menoleh ke arah Senja.
Anak ini! "Senja!!!" Lia menaikkan oktaf suaranya karena Senja tak menanggapi.
Senja terpelonjat. "Eh iya, kenapa Li?" tanya Senja tanpa rasa bersalah.
"Nih lo mau eskul apa?" tanya Lia. "Eum.. "
Masih tak ada jawaban dan hanya ada suara kebingungan. Rupanya Senja lagi-lagi fokus pada ponselnya. Sangat menjengkelkan jika berbicara dengan orang yang sedang menatap ponsel. Itu sungguh membuat emosi Lia naik perlahan, ia pun ingin tahu apa yang sedang sahabat barunya itu lakukan.
"Lo lagi lihat apa sih?" tanya Lia sembari menyambar ponsel Senja.
Ponsel Senja sudah berada di genggaman Lia. Wah, gadis cantik itu rupanya tengah berbalas pesan dengan yang tadi memenangkan gelar ketua OSIS.
"Wah, ternyata lo lagi chat sama Bapak negara." Lia begitu semringah.
"Siniin Li, balikin!" Senja memohon sambil mencoba menggapai ponselnya yang dipegang Lia.
"Enggak!" sergah Lia seraya berlari keluar kelas.
Kelas X MIPA 4 sedang bebas, sebab Bu Nuva tidak masuk dan tengah rapat. Kedua gadis itu berlarian bebas di taman, mereka bahkan tak peduli pada Arif dan Langit yang sedang menyapu.
"Balikin! Ih Lia lo apa-apaan sih," kesal Senja dengan nafas terengah-engah.
Brugh.
"Aw." Lia meringis kesakitan karena terjatuh, sedangkan ponsel Senja yang dipegang Lia terpental dan mendarat ke ujung sepatu Langit yang tengah menyapu taman.
"Lia, lo gak apa-apa?" tanya Senja seraya menghampiri Lia yang terduduk di tanah.
"Kaki gue." Terdapat luka di lutut Lia.
Setelah memungut ponsel Senja, Langit melihat wallpaper dari ponsel gadis itu. Sangat tidak asing, wallpaper gadis itu, mengapa foto yang dia pasang sangat mirip dengan benda yang pernah ia berikan pada seseorang?
"Eh siniin!" tegur Senja seraya menyambar ponsel miliknya dari tangan Langit.
Langit tak peduli dan melanjutkan aktivitasnya kembali.
"Eh kalian gak lihat? Temen gue kesakitan di sana! Bantuin!" sentak Senja.
"Eh ada apa Nona?" tanya Arif genit-genit gemas.
Senja bergidik. "Ih lo apaan sih? Itu cepetan bantuin temen gue!" pinta Senja sembari mengarahkan matanya kepada Lia yang kala itu posisinya sedang terduduk di tanah.
"Eh yaudah ayo!" ujar Arif lalu mendatangi Lia.
Arif menggendong Lia ala bridal style. Senja berjalan mendahului, sedangkan Langit berjalan mengekori mereka. Seperti biasa, santai dan dengan dua tangan yang ditenggelamkan di saku celana.
Mereka pun sampai di UKS.
"Eum.. makasih ya?" ucap Lia pada Arif.
Arif membatu mendengar itu, ia hanya fokus pada wajah Lia yang menurutnya manis.
"Hello!" Senja membuyarkan Arif yang terpesona.
"Eh iya, lo bilang apa tadi?" tanya Arif kebingungan, sebab baru saja sadar dari terpesonanya.
"Dia bilang makasih. Udah sana!" usir Senja, galaknya gadis ini.
Tak mau kalah, akhirnya Arif yang bergantian memarahi Senja.
"Heh, gue juga mau pergi, yuk Lang?" ajak Arif kepada Langit yang berada diambang pintu UKS.
"Lang? Apa dia Elang? Ah gak mungkin," batin Senja bertanya-tanya.
...****...
...🔱...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Ꭿlina⃟💎
Subhanallah bagus sekali,sering telat 😇
Kasihan guru nya,pasti capek dan bosen lihat mereka telat Mulu
2022-11-28
0
Ꭿlina⃟💎
apa hayooo 🏃🏃🏃
2022-11-28
1
Ꭿlina⃟💎
Aqila itu perempuan kan?
2022-11-28
0