...
...
Senja dan Lia memutuskan untuk mengikuti esktrakulikuler basket dan OSIS. Mereka memilih eskul itu karena memang basket adalah olahraga yang digemari keduanya dan OSIS, itu sudah pasti usulan Senja. Gadis itu menyarankan agar ikut Organisasi Siswa karena Arkan.
Tapi bukan hanya OSIS dan basket, Senja juga mengikuti seleksi untuk menjadi wartawan mading. Dan kemarin adalah hari pengumumannya. Hasil potret dan info yang dibuat Senja sangat menarik hingga ia diterima menjadi anggota dari wartawan mading. Sungguh ekstrakuliler yang sangat diminati banyak orang. Tak mudah untuk masuk ke dalam eskul yang satu itu.
"Eh iya. Lo kan terpilih jadi wartawan mading, gimana perasaan lo?" tanya Lia pada Senja.
"Ya gak gimana-gimana. Soal memotret kan gue emang jago dan untuk mengarang pun gue bisa," ucap Senja sambil meminum segelas teh hangat.
Lia mengangguk paham, sungguh sombong teman sebangkunya itu. Memang Senja pintar memotret dan mengarang cerita. Namun apakah ia bisa membuat berita penting dan mengedukasi untuk konsumsi mading?
"Hm enak ya jadi lo. Punya otak lumayan, cantik pula," puji Lia.
"Cantik? Apa hubungannya sama jadi wartawan mading?"
"Ih gue kan lagi muji lo. Bukan tentang wartawan mading." Lia jengkel sebab Senja tak paham akan apa yang ia maksud.
"Ya, kan lo juga cantik, cantikan lo malah. Buktinya si Arif-Arif itu suka sama lo," ujar Senja. Kali ini gantian ia yang memuji Lia.
Setelah mendengar itu Lia berdesir malu. Melihat itu Senja hanya tersenyum. Sangat lucu saat Lia tersipu begitu pipinya berwarna merah delima. Semenjak di dekati Arif, Lia memang berubah menjadi gadis cerewet yang bicaranya hanya tentang Arif. Ia tak henti-hentinya berbicara tentang lelaki itu.
Saat sedang asik-asiknya memakan pesanan mereka, tiba-tiba seseorang datang menimbrung.
"Heh! Bisa out gak?" tanya Oppi yang langsung duduk di sebelah Senja.
Ya, dia Oppi. Oppi Herlina, preman sekolah yang didaulat menjadi ratu bully sekolah tersebut. Sangat disayangkan, sekolah bagus seperti ini ada pengusik di dalamnya.
"Senja, udah aja yuk?" tanya Lia mulai ketakutan.
"Apaan sih. Gak usah Lia. Kita kan belum selesai makan," kata Senja yang sukses membuat Oppi marah besar.
Oppi menggeprakkan meja dan bangkit dari duduknya, seketika mereka menjadi pusat perhatian seisi kantin. Pas sekali kantin sedang ramai-ramainya. Beberapa anak mulai berbisik soal julukan ratu bully sang Oppi Herlina.
"Lo berani sama gue?!" sentak Oppi kepada Senja.
"Iya. Gue berani!" ucap Senja tak mau kalah, ia bangkit dan menatap Oppi tajam.
"Senja.. udah!" Lia mencoba melerai tatapan maut antara Senja dan Oppi.
"Ayo Pi, lawan aja tuh anak songong!" ujar temannya, Teny.
Langit dan teman-temannya pun ikut menonton kejadian itu. Mereka tak menyangka gadis yang melawan Oppi sangatlah berani, ia sepertinya tak tahu apapun soal posisi Oppi saat ini.
Arif dan Langit hanya diam tak berkutik, mereka malah tertarik untuk melihat kelanjutan nasib Senja. Arif, itu Lia di deket Oppi, loh!
"Gila tuh cewek. Punya nyali juga lawan si Oppi," kata Falah. Ia berbicara tanpa mengucap kata kakak di depan nama Oppi. Baginya, itu tak terlalu penting.
"Eh! Kak Oppi." Akhirnya Eri 'kan yang membenarkan.
"Suka-suka gue lah," ucap Falah dengan nada kesalnya.
"Dia berani, itu artinya dia bukan Sesey," batin Langit meyakinkan dirinya sendiri.
Oppi menarik lengan Senja dan menghempaskannya ke lantai. Tak sampai disitu, ia pun mengambil teh hangat milik Senja dan menumpahkannya ke wajah mulus gadis itu. Lia yang melihat begitu kaget dan menutup mulutnya rapat-rapat.
"Itu buat lo yang berani melawan gue!" teriak Oppi sembari menaikkan satu sudut bibirnya.
Kenapa semua orang diam? Apa tak ada diantara mereka yang ingin melawan gadis jahat itu? Senja tak habis pikir, semuanya membisu dan hanya diam di tempatnya masing-masing. Waktu seperti berhenti dan hanya Senja yang bisa bergerak.
Senja pun menatap tajam Oppi. Gadis itu sebenarnya takut, tapi kali ini ia memberanikan diri. Oppi yang ditatap tajam itu pun tak terima dan langsung berjongkok di hadapan Senja.
"Apa lo? Lo mau tambah atau mau hukuman yang lain?" tanya Oppi.
Senja yang sedari tadi menahan emosi itu pun langsung berlari ke arah toilet. Tak peduli pada pada seantero kantin yang menatapnya. Bahkan orang yang membuatnya jatuh cinta pun tak ia hiraukan demi fokus sampai toilet.
"Senja?" panggil Arkan.
"Ada apa? Siapa yang buat Senja basah kayak gitu?" batin Arkan bertanya-tanya.
Setelah membersihkan wajahnya, Senja pun berjalan ke arah rooftop untuk menenangkan dirinya dari kejadian tadi. Lagi pula seragamnya sedikit basah dan lengket karena teh yang ditumpahkan ke wajahnya tadi.
Senja merasa aneh pada murid-murid itu, mengapa mereka malah menyalahkan orang yang benar dan membenarkan tindakan Oppi?
"Eh lihat! Masih berani dia berkeliaran."
"Masih punya muka dia. Jelas-jelas dipermaluin sama ratu bully tadi."
Padahal sudah jelas Senja adalah korban dan Oppi pelaku. Namun tetap saja yang memiliki wewenang tinggi akan selalu benar.
****
Sementara itu, ponselnya tertinggal di kantin. Oppi yang melihat ponsel Senja itu pun langsung kegirangan. Namun setelah itu ia malah kesal karena notifikasi yang muncul di layar ponsel Senja.
Kak Arkan Calling
Panggilan tak terjawab dari Kak Arkan (5)
Kak Arkan
Kenapa gak diangkat?
Lo kenapa?
Oppi langsung mematikan ponsel Senja dan membawanya ke toilet untuk kemudian direndam di wastafel. Bisa-bisanya Senja berhubungan dengan Arkan, sang most wanted yang juga incaran Oppi. Ini baru perkara yang sebenarnya!
"Lo target gue selanjutnya," batin Oppi.
****
Di rooftop, Senja menikmati angin yang berhembus. Dilihatnya mendung yang kian pekat, mengingatnya pada kejadian kelam. Dimana teman-temannya tak menyukainya, bahkan membullynya. Seketika ia menangis sesegukan memeluk erat lututnya.
"Kenapa mereka jahat? Apa salah gue? Apa itu tujuan gue hidup, hanya untuk dibully? Apa mereka gak tau kalau orang yang mereka bully itu punya banyak masalah? Hiks," batin Senja menangis mengingat itu.
Memang benar, kan? Kenapa harus orang yang tidak mampu atau orang yang punya kekurangan yang selalu di bully? Apalagi Senja adalah mantan anak broken home. Yang memiliki masalah di rumahnya.
Senja semakin menangis.
Tak lama Langit dan tiga temannya datang, karena memang rooftop adalah tempat kedua setelah lapangan belakang yang dijadikan tempat berkumpulnya Langit dan teman-temannya. Jujur Langit sangat mengapresiasi dan bangga pada sikap berani gadis itu. Tapi pasti nyalinya akan menciut juga jika melawan perempuan itu. Sebab Oppi adalah gadis paling ambisius yang pernah ada. Jika dia ingin, maka ia harus mendapatkannya.
"Dia pasti lagi ketakutan sekarang," ucap Arif.
"Ya itu akibat melawan Oppi."
"Ralat! Kak Oppi!" Eri lagi-lagi membenarkan.
"BODO!" bentak Falah dan Arif yang melayangkan jitakan kepada Eri.
Eri hal kecil saja harus dibahas, tidak bisakah diam dan tak perlu menyahut. Karena tidak ada dari mereka yang ingin mendengar ocehanmu.
Langit langsung menghampiri Senja yang sedang menangis sesegukan. Senja mendongak, mengingat Elang yang juga pernah menolongnya dan langsung membawanya. Senja meraih tangan Langit dan langsung memeluk Langit erat. Ketiga orang yang melihat kejadian itu kaget dan menganga tak percaya.
"Walah anget tuh si Langit," ucap Arif.
"Pasti," timpal Falah.
"Gue juga pengen," tambah Eri sambil berjalan pelan, tapi dicegah oleh Arif dan Falah.
Eri adalah jomblo sejak lahir. Ia selalu menginginkan pasangan dalam hidupnya. Namun nampaknya masih belum ada yang cocok dengannya. Atau memang tak ada yang mau dengannya? Mungkin saja.
Terfokus pada lelaki dan seorang gadis yang ada di hadapannya lagi. Jiwa kejombloan Falah dan Eri tengah di uji, sedangkan Arif dia kan sudah memiliki banyak gebetan.
Langit membalas pelukan Senja yang menurutnya sedang menangis ketakutan. Gadis itu sangat mengingatkan sosok sahabatnya yang pernah ia tolong juga.
"Lo sangat mengingatkan gue sama dia," batin Langit.
...****...
...🔱...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Jans🍒
like back ye thorr
2021-08-17
0
🌞nuiinur
🥺🥺🥺🥺🥺
2021-01-11
1
Apriliana Eka Sari
😭😭😭
2020-11-18
1