...
...
Senja tak sadar jika yang dipeluknya sekarang adalah orang yang ia kenal sekedar nama, tapi ia merasa hatinya terlampau akrab, ia merasa jika dirinya lekat dengan lelaki itu. Sungguh hangat dan nyaman, dadanya membuat semua rasa sakit runtuh dan hilang. Bagi Senja, lelaki itu bisa menenangkannya walau dengan diam.
"Hiks.. makasih," kata Senja sembari melepas pelukannya.
"Hm," balas langit singkat.
"Maaf, udah lancang meluk lo," ujarnya sambil menghapus air matanya.
Langit hanya menghembuskan nafas kasar, ia pun menarik lengan Senja dan hendak mengantarnya ke kelas. Tak sadar jika masih terdapat ketiga temannya, Langit dan Senja terkejut dan agak malu. Itu artinya mereka menyaksikan semuanya?
"Mau kemana lo Lang?" tanya Arif.
"Sebentar!"
Setelah sampai di teras kelas X IPA empat, Langit tak beranjak begitu saja, melainkan ia berbicara panjang dengan gadis itu. Ia bermaksud ingin menasehati Senja, bahwa tidak baik berurusan dengan perempuan tadi.
"Makasih banyak Langit," kata Senja sedikit canggung mengucap nama cowok itu.
Langit mengangguk. "Jangan so jagoan mau lawan cewek itu. Lo gak bisa sendirian."
Senja terlonjak kaget. "Eh gue gak nyangka, lo bisa juga ya bicara panjang?" Bagi Langit, itu respon yang lebai.
Lalu Langit mencoba bertanya alasannya. "Gak boleh?" katanya dengan wajah dingin khasnya.
"Ya boleh-boleh aja sih."
Langit tak percaya, baginya Senja sangat unik. Saat sedih, ia bungkam dan saat tenang, ia cerewet. Tapi itu wajar-wajar saja bagi gadis yang baru saja dipeluk.
Senja memilih masuk ke kelas, ya karena lelaki dingin itu sudah kembali kepada teman-temannya. "Yaampun, Senja. Lo gak apa-apa, kan?" tanya Lia sambil mengecek apakah ada bagian tubuh Senja yang terluka.
"I.. iya gue gak apa-apa Lia."
"Beneran? Maaf kalau misalnya gue diem aja tadi. Soalnya gue gak bisa lawan Kak Oppi," kata Lia, ia hanya tak ingin berurusan dengan gadis macam Oppi.
"Hm, beneran."
Seketika ada sesuatu yang janggal. Senja pun merogoh saku dan tasnya, bahkan meraih kolong meja terdalam, tapi benda itu masih tak ada. Ia mencari benda yang harusnya ada di sakunya.
"Lo nyari apaan sih?" tanya Lia kebingungan.
"Hp gue Li, kok gak ada ya?" tanya Senja menatap sendu Lia.
"Gue inget! Tadi kayanya lo bawa ke kantin deh." Nah, ada kemungkinan ponselnya tertinggal di sana.
"Eh yaudah deh, gue cari dulu."
Kring
Saat hendak mencari, ternyata bel berbunyi. Jadi, terpaksa Senja mencari sendiri keberadaan ponselnya.
"Udah bel, gimana dong?"
"Gak apa-apa. Gue sendiri aja. Lo bilang ke Bu Ida kalau gue lagi ke toilet."
"Iya deh. Hati-hati lo." Lia sangat takut jika Senja bertemu dengan Oppi di saat kantin sepi dan mereka bertengkar lagi.
Senja pun berlari ke arah kantin. Namun benda itu masih tak ada, ia kelabakan mencari di setiap jalan yang dilewati. Ia pun mencari ke toilet dan akhirnya benda itu ada.
"Ini hp gue kenapa ada di sini?" gumamnya sambil mengambil ponselnya yang basah di wastafel.
Senja mencoba menyalakan ponselnya. Namun nihil tak ada tanda-tanda hidup. Ia pun murung dan hanya mampu memandangi ponselnya yang kini rusak. Gadis itu hanya pasrah dan buru-buru membawa mayat ponselnya itu ke kelas.
Tapi di jalan, ia bertemu dengan kakak kelas favoritnya. "Senja? Ini kan udah masuk, kok lo masih diluar?" tanya kakak kelas itu.
"Eh iya Kak, ini hp gue rusak," katanya memperlihatkan ponselnya. Ya, kakak kelas yang menyapanya adalah Arkan.
"Pantes aja gue hubungin lo tapi gak bisa." Jadi dia menghubungi Senja?
"Oh ya? Hm, maaf Kak. Gue gak pegang hp gue tadi."
"Gue bisa bantu."
"Beneran?" tanya Senja memperlihatkan wajahnya yang tidak lagi murung.
Senja dan Arkan sudah saling mengenal beberapa minggu lalu. Sehingga sudah cukup akrab dan dekat. Dilihat dari penglihatan orang-orang, Arkan menyukai Senja. Senja juga sepertinya begitu. Tapi karena Arkan adalah seorang most wanted, maka tak ada dari mereka yang setuju jika cowok yang satu itu ada hubungan spesial dengan Senja.
"Iya, beneran. Sini hp lo."
Senja memberikan ponselnya. "Kalo udah bener, gue kasih ke lo," kata Arkan yang langsung memasukkan ponsel Senja di saku almamaternya.
"Makasih banyak Kak."
Arkan hanya mengangguk dan tersenyum. Ia bahagia melihat Senja yang kini kembali tertawa. Gadis itu memang cepat berubah moodnya. Hanya perlu sentuhan, maka ia akan kembali ke mode semula. Anak yang periang. Namun ternyata banyak sekali masalah yang menderanya, tapi itu tak menjadikan ia mundur dan memilih tidak takut pada apapun.
Dari kejauhan ternyata sudah ada Oppi yang melihat kebersamaan Arkan dan Senja. Ia menatap dengan tatapan murka dan kepalan tangan kesal. "Awas aja lo! Gue bakal kasih lo pelajaran!"
****
Sepulang sekolah, Senja harus berpisah dengan temannya, Lia. Gadis itu sudah dijemput ayahnya menggunakan mobil. Seketika Senja teringat akan sosok ayah. Namun segera ia tepis, karena ia tak membutuhkan sosok itu. Mungkin orang lain akan menganggap seorang ayah memiliki jiwa penyayang, tapi bagi Senja ayah itu adalah manusia terkejam.
Lia melambaikan tangannya kepada Senja.
"Dah." Senja membalas lambaikan tangan Lia.
Saat mobil Lia keluar gerbang, tiba-tiba pundak Senja dirangkul oleh seseorang.
"Duh kasian nih cewek, gak ada yang jemput ya?" tanya Oppi meledek.
"Eh cewek songong, beli mobil makanya, jangan bisanya nawar omongan kita yang mahal." Yang bicara ini adalah temannya, Teny.
"Kalian apaan-apaan sih? Lepas!" Senja pun menghempas tangan Oppi dari pundaknya.
"Eh! Biasa aja dong!" pekik Oppi sambil mendorong tubuh Senja sampai jatuh.
"Aw."
"Heh! Lo itu cuma cewek cupu yang punya gaya selangit tau gak?" Seraya menoyor kepala Senja.
Senja yang tak terima itu pun bangkit dan menjenggut rambut Oppi. Namun antek-antek dari Oppi membantunya, hingga Senja terjatuh kembali.
"Eh lo gila ya? Lo berani banget sama gue?" tanya Oppi menaikkan oktafnya.
Hingga orang-orang beramai-ramai mendatangi mereka yang berada didepan gerbang.
"Iya, gue berani. Gue bukan penakut kaya dulu, emangnya lo siapa?" Senja berteriak seperti itu di depan Oppi.
"Lo tanya gue siapa? Gue anak kepala sekolah ini, gue gak akan segan-segan buat lo keluar dari sekolah ini, ngerti?!"
Setelah mendengar pengakuan itu, Senja kaget bukan main. Karena ia tak ingin berdebat dengan Oppi lagi, ia pun berlari menuju halte. Gadis itu menangis dan menutup rapat-rapat wajahnya menggunakan tangannya.
Bukan suara bus yang datang, namun suara motor besar.
"Ehem."
Senja mendongak dan melihat siapa yang berdehem itu. "Langit?"
Lagi-lagi Langit hanya mengulurkan tangannya dan yang diulurkan kebingungan.
"Gue anter," ucap Langit.
"Eh gila, si Langit bisa ngomong." Itu Lailla teman sekelas Langit.
"Cowok ganteng itu ngapain sama si cengeng?"
"Cowok dingin vs cewek cengeng."
Bisikan itu membuat telinga Senja dan Langit memanas. Ia pun menyambar tangan langit dan buru-buru pergi untuk menghentikan ocehan netizen secara langsung ini.
...****...
...🔱...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Aprilliana Eka Sari
Ceritanya bagussssssss😭
2020-10-06
4
Kinan Kevin
seandainya cerita kek gini ini dibikin komik 🥰
2020-09-27
4