...
...
"Kak Sesey bangun! Bangun!" Risa mengguncangkan tubuh Senja yang kini tertutupi selimut.
"Eum.. kamu mandi sana!" titah Senja dengan tubuh yang masih sangat lemas.
"Eh Kak, udah jam setengah tujuh, aku berangkat duluan, ya Kak?" Tanpa ingin mendengar balasan Senja, Risa lansung berlari keluar kamar.
"Apa?!" Senja terkejut. "Risa, kenapa gak bangunin?" gerutunya pada diri sendiri. Senja langsung menuju kamar mandi dan mandi sealakadarnya.
Risa memang begitu, dia selalu saja mencari masalah dengan Senja. Namun tetap saja rasa sayang Senja tak berkurang sedikitpun dan malah bertambah banyak. Untung saja Risa segera pergi tadi, jika masih ada di penglihatan Senja, maka anak imut itu pasti sudah habis tertelan omongan pedas Senja.
Ia kini sudah berada tepat di halte bus. Senja memang berangkat menggunakan transportasi umum itu. Beberapa menit berlalu, akhirnya bus datang dan membawa seluruh penumpangnya, termasuk Senja. Beruntungnya masih ada beberapa menit lagi untuk masuk.
Senja turun di halte bus sekolah, kemudian berlari menuju gerbang yang sudah ditutup.
"Pak, Pak! Buka!" teriak Senja sambil mengguncang-guncangkan pintu gerbang.
Satpam itu pun datang, "Ini udah jam berapa Neng? Kok baru dateng?"
"Iya nih Pak. Pak, tolong buka gerbangnya, ya?" pinta Senja dengan nafas terengah.
"Nengnya udah telat banget, gak bisa Neng."
"Pak? Saya kan cuma telat..." Melirik arlojinya.
Ya, Senja telat dua puluh lima menit. Itu artinya ia benar-benar telat. Senja sedikit pasrah, tapi kalau ia balik ke rumah itu sama saja membuang-buang ongkos. Ia pun mencari cara agar bisa masuk ke dalam. Ia nampak berpikir seraya mengetuk-ngetuk dagunya. Nah, itu! Lampu terang berderang seakan ada diatas kepalanya. Ia pun langsung menghubungi seseorang untuk dapat masuk ke dalam.
Dengan percaya diri ia pun mengetikkan kalimat itu sembari tersenyum.
"Oke kita tunggu," ucapnya.
Tak lama, orang yang mendapat pesan dari Senja pun datang untuk menyelamatkan.
"Pak, tolong buka gerbangnya!" titahnya pada satpam yang tadi bersikukuh tak ingin membukakan gerbang untuk Senja.
Mendengar itu, Senja pun menengok ke belakang dan tersenyum penuh kemenangan. Arkan, dia sukses membuat satpam itu luluh.
Satpam itupun membuka gerbang. "Terima kasih Pak."
Senja buru-buru masuk dan menjumpai Arkan. Lalu mereka pergi ke arah lapangan. Senja tak henti-hentinya tersenyum bahagia. Yang sedang berjalan di sampingnya itu adalah ketua OSIS sekaligus most wanted.
"Kak, makasih banyak, ya? Kalau gak ada lo gue gak tau lagi harus gimana," katanya sambil nyegir manis.
"Iya sama-sama. Tapi maaf, gue harus perlakuin lo sama kaya yang lain, karena gue takut disangka pilih kasih sebagai ketua OSIS." Arkan menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
Senja meringis manis. "Iya Kak, gak apa-apa."
Gadis itu pun berkumpul bersama keempat lelaki yang biasa dihukum karena telat. Baginya mereka itu adalah generasi tak peduli masa depan, Senja saja bersusah payah untuk masuk tadi. Namun mengapa mereka sengaja datang telat?
"Mereka kenapa sih? Seperti kecanduan telat," batin Senja.
"Kami sudah peringatkan kepada kalian! Ini sudah kali keberapa? Apa kalian tidak jera diberi hukuman sebelum-sebelumnya?" bentak Arkan, tapi tak ada jawaban.
"Saya tanya kalian!" Kali ini Arkan menaikkan oktafnya.
Senja tertegun. Ia kaget dengan Arkan yang sebegitu marahnya. Matanya berkaca-kaca, ia pun menunduk karena ketakutan.
"Senja, lo kenapa?" tanya Arkan sedikit berbisik.
Senja hanya menggeleng. Ia tak berani menatap manik mata Arkan sekarang ini.
"Rizky! Lo urus mereka dulu!" Arkan mengalihkan pekerjaannya kepada Irfan dan membawa Senja ke tepi lapangan, mendudukannya ke bangku samping lapangan. Ia takut karena gadis itu tak ingin berbicara dan hampir menangis.
"Senja? Tadi itu gue bukan marah ke lo, gue marah ke mereka," ucap Arkan menenangkan membuat Senja melirik sedikit kepada Arkan.
Senja masih tak ingin membalas setiap ucapan Arkan dan memilih diam karena takut.
Arkan kebingungan. "Oke, kalau gitu gue minta maaf sama lo. Maaf kalo gue buat lo sedih."
"Ehm. Gak apa-apa Kak. Lo gak salah kok, gue aja yang terlalu sensitif sama bentakan," terang Senja kepada Arkan.
Dahi Arkan mengernyit heran, ia tak tahu jika Senja sensitif terhadap bentakan. Tapi setelah tahu, ia tak akan lagi membentak siapapun di hadapan Senja. Karena ia ingin membuat Senja nyaman berada di dekatnya.
"Woy Kak! Kok cewek itu gak dihukum?" tanya Falah pada Rizky.
"Heh! Lo urus aja urusan lo. Cepet lari lagi!" Rizky memarahi Falah.
Rizky kemudian menghampiri Arkan untuk menanyakan apakah adik kelas yang bersamanya akan dihukum seperti mereka juga?
"Ar.. Adek kelas ini gak dihukum?" tanya Rizky.
"Eum.." Arkan melirik ke arah Senja.
"Iya Kak, hukum aja." Senja membalas sambil tersenyum manis.
"Oke. Lo lari dua putaran aja," ujar Arkan.
"Hm, oke kalau gitu." Senja pun meletakkan tas nya dan berlari ke arah lapangan.
Senja kini berada di samping Langit yang berlari santai dengan earphone bertengger di kedua telinganya, dengan keringat yang bercucuran dari dahinya lelaki itu sedikit tampan dan manis.
"Kalau dipikir-pikir, dia lumayan," batin Senja.
Langit tak menghiraukan orang yang saat ini berlari di sampingnya, ia malah fokus berlari santai untuk mengakhiri hukumannya. Lelaki itu sangat dingin, tak adakah tanya untuk Senja? Senja malah sibuk memperhatikan sampai pada akhirnya batu membuatnya tersandung dan terjatuh.
"Aw." Senja meringis kesakitan. Sial!
Langit yang menyadari bahwa orang yang tengah berlari di sampingnya kini tak terlihat, ia pun berinisiatif untuk menengok ke belakang dan kemudian melepas earphonenya. Ia pun menghampiri Senja dan berniat untuk menolongnya.
Langit mengulurkan tangan.
Senja mendongak, ia tak menyangka seorang kulkas seperti Langit bisa sangat peduli.
Senja menerima uluran tangan Langit.
Langit yang melihat luka di tangan dan kaki Senja itupun dengan sigap memapahnya ke UKS dan mendudukannya ke salah satu brankar.
"Makasih," ucap Senja. Sebenarnya ia sedikit terpesona oleh kesigapan Langit. Lelaki itu ternyata hanya perlu sedikit dipancing sikap kepeduliannya.
Hanya dehaman yang diterima Senja.
Langit tak meneruskan mengobati Senja, ia hanya mengantarnya ke UKS dan kemudian berlalu keluar ruangan itu.
Tak lama seseorang datang untuk menemui Senja lagi. Ya, dia Langit. Ternyata dia keluar untuk mengambil earphonenya yang jatuh di lantai depan UKS.
"Eh, kok lo balik lagi?" tanya Senja kaget, kenapa lelaki kulkas itu kembali untuk menemuinya?
Langit tak menjawab dan hanya fokus mencari kotak P3K. Ia tahu PMR tak bertugas di kala jam pelajaran berlangsung. Maka dari itu, mana mungkin ia tega melihat Senja yang sedang terluka.
"Gue bisa sendiri kok," kata Senja, ia sedang salah tingkah saat ini.
Langit hanya menatap tajam manik mata senja yang teduh. Setelahnya Senja bungkam tak berkata apapun lagi. Langit menyentuh tangan Senja yang terluka dan itu membuat jantung Senja berdegub kencang.
"Manusia es ini ternyata bisa baik banget," batin Senja sembari memandangi wajah Langit yang hanya beberapa senti dari wajahnya.
Langit yang menyadari hal tersebut, langsung menegakkan wajahnya untuk menatap Senja kembali. Ia langsung terkekeh kecil, itu membuat Senja merasa aneh. Bedak gadis itu terlalu tebal? Apa jangan-jangan terdapat kotoran mata?
"Kenapa lo?" tanya Senja dengan nada ingin menerka-nerka.
Langit menggeleng dan menundukkan kepalanya lagi. Senja masih bingung kenapa lelaki itu tertawa? Jangankan tertawa, bukannya untuk senyum saja sulit terjadi?
"Kenapa? Ada sesuatu di muka gue, ya?" tanya Senja ingin memastikan.
"Enggak."
"Terus? Kenapa lo ketawa?"
"Pipi lo."
Senja spontan menyentuh pipinya menggunakan tangannya. Benar kan bedak yang digunakannya terlalu tebal, ini pasti gara-gara telat!
"Pipi gue.. kenapa?" Itu yang membuat Langit malas dengan perempuan. Mereka sangat cerewet.
"Merah."
Ah, benar saja. Merona karena tersipu.
Ternyata ada yang menangkap peristiwa itu. Ya, orang itu adalah Arkan, ia melihat dari pintu seraya mengepalkan tangan dan merasakan sesak di dadanya. Entah apa yang ia rasakan, ia hanya tak suka jika Senja di pegang lelaki lain.
...****...
...🔱...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Rasya Fay
Arkan ama ak ajalah 😊🤭
2022-11-28
1
Ai 𝕷𝖎𝖔𝖓🦁💙
cie,,,cie,,,senja da mulai memuji langit ni ye, walaupun dlm hati 😁😁🤭🤭
2022-11-28
1
🌞nuiinur
Aku pilih langit apa Arkan ya??🤭😊
2021-01-11
1