...
...
Senja dan keluarganya pindah kembali setelah sepuluh tahun berada di Bandung. Meski rumah sederhana dan unik itu membuat mereka kembali mengingat masa lalu yang suram, itu tak membuat Bunda dan adiknya terusik lagi. Mereka bertekad menyesuaikan diri dan kembali beradaptasi. Senja suka rumah itu, apalagi kamarnya yang unik. Ruang dindingnya yang dihias lukisan tangannya sendiri, semakin membuat ruangan itu cantik dan nyaman.
Di meja belajarnya terdapat benda yang terbuat dari kayu, ya itu boneka kayu pemberian sahabat kecilnya dulu.
Ia meraih boneka kayu itu. "Gue kangen lo, Elang."
Flashback ON
Terdengar suara tangisan dari balik pohon beringin yang terpampang jelas di taman. Kala itu sepi hanya terdapat Senja yang menangis sesegukan. Tak lama ada seorang anak yang melempar bola ke arahnya.
"Aw." Bola itu tepat mengenai pucuk kepala Senja.
Dia Arlan, tetangga Senja. "Dasar cengeng, haha."
Teman-temannya yang lain datang dan menghardiknya beramai-ramai.
"Eh lihat! Dia nangis tuh!" ejeknya.
Semua tertawa terbahak bahak sambil menunjuk ke arah senja. Sampai akhirnya, seorang anak datang layaknya pahlawan.
"Sesey? Ayo kita pergi!" Ia menyambar tangan Senja dan menerobos kerumunan.
Mereka berdua duduk di taman, Senja menceritakan pada anak laki-laki itu alasan ia menangis.
"Ayah bilang, kalau Ayah gak mau ketemu Sesey sama Bunda lagi," ucap Senja sembari sesegukan. Sesey menatap Elang serius. "Elang gak akan ninggalin Sesey 'kan?" tanyanya menunjukkan wajah memelas kepada Elang.
Elang mengangguk. "Elang janji, Elang gak akan ninggalin Sesey," ujar Elang sambil memeluk gadis kecil itu erat.
Hujan turun deras. Karena Sesey tak ingin pulang, Elang mengajaknya ke rumah megah milik orang tua Elang.
"Ini." Elang memberi boneka kayu sederhana untuk Sesey.
"Ini apa?" tanyanya lugu.
"Ini boneka kayu. Kalau Elang ingat Papa, Elang selalu peluk boneka itu. Sekarang Sesey boleh ambil."
Flashback OFF
****
Sementara itu di kamar Langit, cowok itu sedang memikirkan wallpaper yang dipasang gadis galak di ponselnya tadi. Mengapa sangat mirip? Apa mungkin itu benar-benar dia? Langit menggeleng-gelengkan kepala guna menghilangkan pemikiran gila itu. Sahabat kecilnya kan sudah hilang dan di telan bumi, mana mungkin ia hadir dalam bentuk gadis galak seperti tadi.
"Ah. Boneka itu kan bukan cuma satu," kata Langit.
Flashback ON
"Besok Sesey juga mau kasih Elang sesuatu," katanya semangat.
"Beneran?" tanggapan Elang tentu semringah.
"Iya. Sesey janji," ucapnya seraya mengacungkan kelilingnya dan yang diajak membalas acungan kelingking Sesey sambil tersenyum.
Elang menunggu Sesey di taman, tapi Sesey tak kunjung datang. Ia sangat kecewa, malah hari-hari selanjutnya mereka tak pernah bertemu lagi.
Flashback OFF
Hari ini Langit dan sahabat-sahabatnya tidak lagi telat. Justru keempatnya datang lebih awal sebab Langit menyuruh ketiga sahabatnya untuk ke rooftop sekolah. Dan sepertinya ada hal penting yang harus dibahas oleh Langit.
"Eh tuh Langit!" seru Arif sambil menepuk bahu Eri, refleks Eri dan Falah menoleh ke belakang.
"Tumben." Falah menyapa Langit sambil bersalaman dengan Langit ala cowok macho.
Langit hanya berdeham.
"Ada apa Lang?" tanya Arif setelah selesai bersalaman dengan Langit.
Langit pun merogoh saku dan mengambil ponsel miliknya, setelahnya ia menunjukkan isi percakapan dengan seseorang.
Pesan dari +628193267**
Hidup lo dan sahabat-sahabat lo gak akan tenang!
siapa?
"Dia gak jawab, Lang?" tanya Falah.
Langit menggeleng. "Tolong lacak!" Langit menitah Falah.
"Iya Lang," ujar Falah mengangguk patuh.
Setelah beberapa menit lamanya, akhirnya Falah menemukan keberadaan orang itu. Anak itu masih sekolah? Sebab ia menemukan titik orang itu di suatu sekolah.
"Ketemu!" seru Falah.
"Serius?" teriak Arif dan Eri, mereka langsung berkumpul.
"Dimana?" tanya Langit datar.
"Di SMA negeri Jakarta."
Langit berpikir keras, apa yang akan dilakukannya setelah ini? Namun sepertinya ia harus menunda kegiatan pikir-berpikirnya karena seseorang datang menegur. "Eh kalian ngapain di sini? Udah mau bel," tegur Aqila, sang bendahara OSIS yang sedang berpatroli sebelum masuk.
"Iya Kakak."
"Iya Kakak cantik," timpal Eri sembari menunjukkan deretan giginya.
"Lanjut nanti!" suruh Langit.
Ketiganya berdeham dan buru-buru meninggalkan rooftop dan berjalan menuju kelas. Di perjalanan Arif melihat seseorang yang pernah membuatnya terpesona.
"Eh, kalian duluan aja!" kata Arif yang kemudian berjalan menghampiri Lia.
Ketiganya berhenti sejenak, lalu menengok Arif yang tengah berbincang dengan Liani. Langit memutar bola matanya malas, masalah perempuan? Menjenuhkan.
"Hai," sapa Arif.
"Hai," balas Lia.
"Boleh kenalan? Nama gue Arif," ucapnya sambil menjulurkan tangan.
"Hm, gue Lia," balas Lia seraya membalas jabat tangan Arif.
"Eh gimana kaki lo? Udah baikan?" Arif bertanya seperti itu karena kaki Lia sempat luka dalam.
"Eh iya, udah kok."
"Bagus deh, lo mau kemana? Ini kan udah bel."
"Ehm, iya. Ini gue abis dari toilet."
****
Senja berlarian menuju toilet wanita. Karena temannya tak kunjung datang ke kelas, sedangkan gurunya sudah datang sedari tadi. Mengapa pagi-pagi begini gadis itu membuatnya susah?
"Lia mana sih? Ih bikin ribet aja," gumamnya sambil berlari.
Brugh.
Senja menabrak seseorang, karena sedang melihat kanan dan kiri tanpa melirik depan.
"Aduh!" seru Senja meringis kaget.
Ia menatap lekat mata lelaki itu, hitam pekatnya menemui mata hazel milik Senja. Sampai-sampai tatapannya membuat Senja lupa, bahwa ia tengah terdekap di dada bidang lelaki itu.
"Waduh, masih pagi hey!" Falah menggoda Langit.
Langit menyingkirkan tubuh Senja darinya.
"Gak usah kasar!" tegas Senja sambil menatap Langit dengan tatapan sinis.
"Cewek cantik gak boleh marah-marah, nanti cepet tua loh," goda Eri.
"Gue gak ngomong sama lo!" bentak Senja kepada Eri.
Tak ambil pusing, Langit pun mengintrupsi teman-temannya untuk segera pergi. Dengan Senja yang masih menatapnya sinis, ia melewati dan menabrak bahu gadis itu.
"Dasar kulkas!" teriak Senja. Namun tak dihiraukan.
"Senja, Eh lo kenapa?" tanya Lia yang berlari kecil dengan Arif.
"Nggak tau, males gue. Yuk ah? Ada bu Nuva," ucap Senja seraya menarik lengan Lia.
Lia tak enak hati pada Arif yang menatapnya aneh. "Senja, duh Rif! Nanti ngobrol lagi, ya? Dah!" ujar Lia dengan lambaian tangannya untuk Arif.
****
Di kelas X IPS 4, Langit risih mendengarkan ocehan Arif tentang perempuan. Ia pun mengambil earphone dan menyumpal telinganya, pasalnya ia tak suka dengan perempuan, alasannya karena perempuan itu terlalu cerewet untuk ukuran lelaki seperti Langit.
"Kemaren malem sih iya gue jalan sama Oliv, tapi gue bosen sama dia." Arif, laki-laki yang tak cukup dengan satu perempuan.
"Wah, kalo gitu Oliv buat gue, ya?" tanya Eri santai.
"Eh gak gitu juga Tukul! Gue kan masih jadian sama dia!" kesal Arif sambil menjitak kepala Eri.
"Aw, lo serakah Rif! Kasian kan Oliv. Dia gimana dong?" tanya Eri.
"Jadi bini tua." Kali ini Falah yang terkena jitakan Arif.
Seketika Eri tertawa terbahak-bahak.
Sedangkan Langit menenggelamkan wajahnya dengan kedua tangan yang dilipat. Ia tengah memikirkan strategi apa yang akan ia buat untuk memberi pelajaran pada seseorang yang telah berani menerornya.
"Oi Lang! Ayo kita ke kantin!" Arif membangunkan Langit.
"Hm."
Mereka pun pergi ke kantin. Dijumpainya Senja dan Lia yang duduk berduaan, membuat Arif berinisiatif untuk mengajak yang lainnya bergabung bersama Senja dan Lia.
"Hai Lia, boleh gabung?" tanya Arif sambil mengedipkan satu matanya.
"Bo ... boleh." Lia gugup sebab diberi kedipan maut.
Senja memutar malas kedua matanya, mengapa temannya ini mengizinkan keempat lelaki itu bergabung bersama? Terlebih lagi, yang duduk dihadapan Senja adalah Langit.
"Kalian udah pesen?" tanya Arif.
"Belum," jawab Lia.
"Gue pesenin, ya?" Arif menawarkan.
"Iya, pesenin gue bakso sama es teh manis, ya? Sekalian bawa pulang cewek." Anak itu, mengapa pikirannya selalu tentang perempuan?
Spontan Arif dan Falah menjitak kepala Eri, membuat siempunya meringis kesakitan. "Huh, cewek mulu loh!" Falah menunjukkan kekesalan.
"Eh, Lang? Lo pesen apaan?" tanya Arif pada Langit.
Langit hanya menggeleng, pertanda tidak ingin memesan.
Lagi, itu membuat Senja kaget. Sudah dua kali ia mendengar kata itu. Seketika ia ingat, bahwa setiap murid diwajibkan untuk menggunakan name tag, ia melihat ke dada sebelah kanan Langit, namun sayangnya ia tak menemukan apa yang dicari.
Refleks Senja bertanya. "Mana name tag lo?"
Langit yang sedari tadi memainkan ponsel itupun melirik ke depan, memastikan apa gadis itu benar benar berbicara kepadanya? Namun lagi-lagi tak dihiraukan.
"Gue tanya sama lo, mana name tag lo?" tanya Senja sekali lagi.
"Langit Prasetya Prawiradinata."
Seketika saja senja merasa malu dan sedikit lega. Ternyata dia Langit bukan Elang. Namun karena tak ingin merasakan malu berkepanjangan. Ia pun kembali mengajak debat cowok di depannya.
"Eh yang gue tanya itu name tag, bukan nama lo!" bentak Senja.
"Tapi itu tujuan lo!" Laki-laki itu menjawab dingin.
"Ya.. b-bukan.. ih lo geer. Semua siswa kan wajib pakai name tag, tapi lo enggak!"
"Bukan urusan lo!" serunya sambil beranjak dan sejenak menatap name tag Senja.
"Senja?" batin Langit bertanya-tanya.
...****...
...🔱...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Rasya Fay
kasihan ka Langit 😔
2022-11-28
1
Ai 𝕷𝖎𝖔𝖓🦁💙
cerewet" entar lo klu sdh kenal cewek, malah bucin lgi dasar kulkas.
2022-11-28
1
🌞nuiinur
elang yang di maksud senja langit bukan ya?? jangan-jangan mereka emang teman kecil..
RAINA mampir membawa like dan vote kakak😁
2021-01-11
1