Chapter 2

...

...

Senja dan keluarganya pindah kembali setelah sepuluh tahun berada di Bandung. Meski rumah sederhana dan unik itu membuat mereka kembali mengingat masa lalu yang suram, itu tak membuat Bunda dan adiknya terusik lagi. Mereka bertekad menyesuaikan diri dan kembali beradaptasi. Senja suka rumah itu, apalagi kamarnya yang unik. Ruang dindingnya yang dihias lukisan tangannya sendiri, semakin membuat ruangan itu cantik dan nyaman.

Di meja belajarnya terdapat benda yang terbuat dari kayu, ya itu boneka kayu pemberian sahabat kecilnya dulu.

Ia meraih boneka kayu itu. "Gue kangen lo, Elang."

Flashback ON

Terdengar suara tangisan dari balik pohon beringin yang terpampang jelas di taman. Kala itu sepi hanya terdapat Senja yang menangis sesegukan. Tak lama ada seorang anak yang melempar bola ke arahnya.

"Aw." Bola itu tepat mengenai pucuk kepala Senja.

Dia Arlan, tetangga Senja. "Dasar cengeng, haha."

Teman-temannya yang lain datang dan menghardiknya beramai-ramai.

"Eh lihat! Dia nangis tuh!" ejeknya.

Semua tertawa terbahak bahak sambil menunjuk ke arah senja. Sampai akhirnya, seorang anak datang layaknya pahlawan.

"Sesey? Ayo kita pergi!" Ia menyambar tangan Senja dan menerobos kerumunan.

Mereka berdua duduk di taman, Senja menceritakan pada anak laki-laki itu alasan ia menangis.

"Ayah bilang, kalau Ayah gak mau ketemu Sesey sama Bunda lagi," ucap Senja sembari sesegukan. Sesey menatap Elang serius. "Elang gak akan ninggalin Sesey 'kan?" tanyanya menunjukkan wajah memelas kepada Elang.

Elang mengangguk. "Elang janji, Elang gak akan ninggalin Sesey," ujar Elang sambil memeluk gadis kecil itu erat.

Hujan turun deras. Karena Sesey tak ingin pulang, Elang mengajaknya ke rumah megah milik orang tua Elang.

"Ini." Elang memberi boneka kayu sederhana untuk Sesey.

"Ini apa?" tanyanya lugu.

"Ini boneka kayu. Kalau Elang ingat Papa, Elang selalu peluk boneka itu. Sekarang Sesey boleh ambil."

Flashback OFF

****

Sementara itu di kamar Langit, cowok itu sedang memikirkan wallpaper yang dipasang gadis galak di ponselnya tadi. Mengapa sangat mirip? Apa mungkin itu benar-benar dia? Langit menggeleng-gelengkan kepala guna menghilangkan pemikiran gila itu. Sahabat kecilnya kan sudah hilang dan di telan bumi, mana mungkin ia hadir dalam bentuk gadis galak seperti tadi.

"Ah. Boneka itu kan bukan cuma satu," kata Langit.

Flashback ON

"Besok Sesey juga mau kasih Elang sesuatu," katanya semangat.

"Beneran?" tanggapan Elang tentu semringah.

"Iya. Sesey janji," ucapnya seraya mengacungkan kelilingnya dan yang diajak membalas acungan kelingking Sesey sambil tersenyum.

Elang menunggu Sesey di taman, tapi Sesey tak kunjung datang. Ia sangat kecewa, malah hari-hari selanjutnya mereka tak pernah bertemu lagi.

Flashback OFF

Hari ini Langit dan sahabat-sahabatnya tidak lagi telat. Justru keempatnya datang lebih awal sebab Langit menyuruh ketiga sahabatnya untuk ke rooftop sekolah. Dan sepertinya ada hal penting yang harus dibahas oleh Langit.

"Eh tuh Langit!" seru Arif sambil menepuk bahu Eri, refleks Eri dan Falah menoleh ke belakang.

"Tumben." Falah menyapa Langit sambil bersalaman dengan Langit ala cowok macho.

Langit hanya berdeham.

"Ada apa Lang?" tanya Arif setelah selesai bersalaman dengan Langit.

Langit pun merogoh saku dan mengambil ponsel miliknya, setelahnya ia menunjukkan isi percakapan dengan seseorang.

Pesan dari +628193267**

Hidup lo dan sahabat-sahabat lo gak akan tenang!

siapa?

"Dia gak jawab, Lang?" tanya Falah.

Langit menggeleng. "Tolong lacak!" Langit menitah Falah.

"Iya Lang," ujar Falah mengangguk patuh.

Setelah beberapa menit lamanya, akhirnya Falah menemukan keberadaan orang itu. Anak itu masih sekolah? Sebab ia menemukan titik orang itu di suatu sekolah.

"Ketemu!" seru Falah.

"Serius?" teriak Arif dan Eri, mereka langsung berkumpul.

"Dimana?" tanya Langit datar.

"Di SMA negeri Jakarta."

Langit berpikir keras, apa yang akan dilakukannya setelah ini? Namun sepertinya ia harus menunda kegiatan pikir-berpikirnya karena seseorang datang menegur. "Eh kalian ngapain di sini? Udah mau bel," tegur Aqila, sang bendahara OSIS yang sedang berpatroli sebelum masuk.

"Iya Kakak."

"Iya Kakak cantik," timpal Eri sembari menunjukkan deretan giginya.

"Lanjut nanti!" suruh Langit.

Ketiganya berdeham dan buru-buru meninggalkan rooftop dan berjalan menuju kelas. Di perjalanan Arif melihat seseorang yang pernah membuatnya terpesona.

"Eh, kalian duluan aja!" kata Arif yang kemudian berjalan menghampiri Lia.

Ketiganya berhenti sejenak, lalu menengok Arif yang tengah berbincang dengan Liani. Langit memutar bola matanya malas, masalah perempuan? Menjenuhkan.

"Hai," sapa Arif.

"Hai," balas Lia.

"Boleh kenalan? Nama gue Arif," ucapnya sambil menjulurkan tangan.

"Hm, gue Lia," balas Lia seraya membalas jabat tangan Arif.

"Eh gimana kaki lo? Udah baikan?" Arif bertanya seperti itu karena kaki Lia sempat luka dalam.

"Eh iya, udah kok."

"Bagus deh, lo mau kemana? Ini kan udah bel."

"Ehm, iya. Ini gue abis dari toilet."

****

Senja berlarian menuju toilet wanita. Karena temannya tak kunjung datang ke kelas, sedangkan gurunya sudah datang sedari tadi. Mengapa pagi-pagi begini gadis itu membuatnya susah?

"Lia mana sih? Ih bikin ribet aja," gumamnya sambil berlari.

Brugh.

Senja menabrak seseorang, karena sedang melihat kanan dan kiri tanpa melirik depan.

"Aduh!" seru Senja meringis kaget.

Ia menatap lekat mata lelaki itu, hitam pekatnya menemui mata hazel milik Senja. Sampai-sampai tatapannya membuat Senja lupa, bahwa ia tengah terdekap di dada bidang lelaki itu.

"Waduh, masih pagi hey!" Falah menggoda Langit.

Langit menyingkirkan tubuh Senja darinya.

"Gak usah kasar!" tegas Senja sambil menatap Langit dengan tatapan sinis.

"Cewek cantik gak boleh marah-marah, nanti cepet tua loh," goda Eri.

"Gue gak ngomong sama lo!" bentak Senja kepada Eri.

Tak ambil pusing, Langit pun mengintrupsi teman-temannya untuk segera pergi. Dengan Senja yang masih menatapnya sinis, ia melewati dan menabrak bahu gadis itu.

"Dasar kulkas!" teriak Senja. Namun tak dihiraukan.

"Senja, Eh lo kenapa?" tanya Lia yang berlari kecil dengan Arif.

"Nggak tau, males gue. Yuk ah? Ada bu Nuva," ucap Senja seraya menarik lengan Lia.

Lia tak enak hati pada Arif yang menatapnya aneh. "Senja, duh Rif! Nanti ngobrol lagi, ya? Dah!" ujar Lia dengan lambaian tangannya untuk Arif.

****

Di kelas X IPS 4, Langit risih mendengarkan ocehan Arif tentang perempuan. Ia pun mengambil earphone dan menyumpal telinganya, pasalnya ia tak suka dengan perempuan, alasannya karena perempuan itu terlalu cerewet untuk ukuran lelaki seperti Langit.

"Kemaren malem sih iya gue jalan sama Oliv, tapi gue bosen sama dia." Arif, laki-laki yang tak cukup dengan satu perempuan.

"Wah, kalo gitu Oliv buat gue, ya?" tanya Eri santai.

"Eh gak gitu juga Tukul! Gue kan masih jadian sama dia!" kesal Arif sambil menjitak kepala Eri.

"Aw, lo serakah Rif! Kasian kan Oliv. Dia gimana dong?" tanya Eri.

"Jadi bini tua." Kali ini Falah yang terkena jitakan Arif.

Seketika Eri tertawa terbahak-bahak.

Sedangkan Langit menenggelamkan wajahnya dengan kedua tangan yang dilipat. Ia tengah memikirkan strategi apa yang akan ia buat untuk memberi pelajaran pada seseorang yang telah berani menerornya.

"Oi Lang! Ayo kita ke kantin!" Arif membangunkan Langit.

"Hm."

Mereka pun pergi ke kantin. Dijumpainya Senja dan Lia yang duduk berduaan, membuat Arif berinisiatif untuk mengajak yang lainnya bergabung bersama Senja dan Lia.

"Hai Lia, boleh gabung?" tanya Arif sambil mengedipkan satu matanya.

"Bo ... boleh." Lia gugup sebab diberi kedipan maut.

Senja memutar malas kedua matanya, mengapa temannya ini mengizinkan keempat lelaki itu bergabung bersama? Terlebih lagi, yang duduk dihadapan Senja adalah Langit.

"Kalian udah pesen?" tanya Arif.

"Belum," jawab Lia.

"Gue pesenin, ya?" Arif menawarkan.

"Iya, pesenin gue bakso sama es teh manis, ya? Sekalian bawa pulang cewek." Anak itu, mengapa pikirannya selalu tentang perempuan?

Spontan Arif dan Falah menjitak kepala Eri, membuat siempunya meringis kesakitan. "Huh, cewek mulu loh!" Falah menunjukkan kekesalan.

"Eh, Lang? Lo pesen apaan?" tanya Arif pada Langit.

Langit hanya menggeleng, pertanda tidak ingin memesan.

Lagi, itu membuat Senja kaget. Sudah dua kali ia mendengar kata itu. Seketika ia ingat, bahwa setiap murid diwajibkan untuk menggunakan name tag, ia melihat ke dada sebelah kanan Langit, namun sayangnya ia tak menemukan apa yang dicari.

Refleks Senja bertanya. "Mana name tag lo?"

Langit yang sedari tadi memainkan ponsel itupun melirik ke depan, memastikan apa gadis itu benar benar berbicara kepadanya? Namun lagi-lagi tak dihiraukan.

"Gue tanya sama lo, mana name tag lo?" tanya Senja sekali lagi.

"Langit Prasetya Prawiradinata."

Seketika saja senja merasa malu dan sedikit lega. Ternyata dia Langit bukan Elang. Namun karena tak ingin merasakan malu berkepanjangan. Ia pun kembali mengajak debat cowok di depannya.

"Eh yang gue tanya itu name tag, bukan nama lo!" bentak Senja.

"Tapi itu tujuan lo!" Laki-laki itu menjawab dingin.

"Ya.. b-bukan.. ih lo geer. Semua siswa kan wajib pakai name tag, tapi lo enggak!"

"Bukan urusan lo!" serunya sambil beranjak dan sejenak menatap name tag Senja.

"Senja?" batin Langit bertanya-tanya.

...****...

...🔱...

Terpopuler

Comments

Rasya Fay

Rasya Fay

kasihan ka Langit 😔

2022-11-28

1

Ai 𝕷𝖎𝖔𝖓🦁💙

Ai 𝕷𝖎𝖔𝖓🦁💙

cerewet" entar lo klu sdh kenal cewek, malah bucin lgi dasar kulkas.

2022-11-28

1

🌞nuiinur

🌞nuiinur

elang yang di maksud senja langit bukan ya?? jangan-jangan mereka emang teman kecil..

RAINA mampir membawa like dan vote kakak😁

2021-01-11

1

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1
2 Chapter 2
3 Chapter 3
4 Chapter 4
5 Chapter 5
6 Chapter 6
7 Chapter 7
8 Chapter 8
9 Chapter 9
10 Chapter 10
11 Chapter 11
12 Chapter 12
13 Chapter 13
14 Chapter 14
15 Chapter 15
16 Chapter 16
17 Chapter 17
18 Chapter 18
19 Chapter 19
20 Chapter 20
21 Chapter 21
22 Chapter 22
23 Chapter 23
24 Chapter 24
25 Chapter 25
26 Chapter 26
27 Chapter 27
28 Chapter 28
29 Chapter 29
30 Chapter 30
31 Chapter 31
32 Chapter 32
33 Chapter 33
34 Chapter 34
35 Chapter 35
36 Chapter 36
37 Chapter 37
38 Chapter 38
39 Chapter 39
40 Chapter 40
41 Chapter 41
42 Chapter 42
43 Chapter 43
44 Chapter 44
45 Chapter 45
46 Chapter 46
47 Chapter 47
48 Chapter 48
49 Chapter 49
50 Chapter 50
51 Chapter 51
52 Chapter 52
53 Chapter 53
54 Chapter 54
55 MY PASTINY 2
56 Part 1 : Maba
57 Part 2 : Ada apa dengan Arkan?
58 Part 3 : Orang Tengah
59 Part 4 : Hampir Saja
60 Part 5 : Masih Berlangsung
61 Part 6 : 2 in 1
62 Part 7 : Sepercik Masa Lalu
63 Part 8 : Orang Baru
64 Part 9 : Simbiosis Mutualisme
65 Part 10 : Langit dan Sara
66 Part 11 : Kecewa
67 Part 12 : Sedikit Berubah
68 Part 13 : Langit tidak sama lagi
69 Part 14 : Bukan lagi Senja
70 Part 15 : Senja hilang
71 Part 16 : Senja juga Egois
72 Part 17 : Putus?
73 Part 18 : Senja atau Bulan?
74 CAST!
75 Part 19 : Masih Peduli
76 Part 20 : Risa Tahu Semuanya
77 Part 21 : Bagaimana dengan Senja?
78 Part 22 : Ciuman liar untuk Senja
79 Part 23 : Sekali Lagi
80 Part 24 : Arkan Menyerah?
81 Part 25 : Gue bisa Nikahin Senja Besok!
82 Part 25 : Gue bisa Nikahin Senja Besok!
83 Part 25 : Gue bisa Nikahin Senja Besok!
84 Part 25 : Arkan Kenapa?
85 Part 25 : Gue bisa Nikahin Senja Besok!
86 PENTING!
87 Part 26 : Berakhir
88 Part 27 : Tentang Kita
89 Part 28 : Sara, Pelakor!
90 Part 29 : Mulai Sejuk
91 Part 30 : Salah Paham
92 Part 31 : Tamat
93 Bagian Akhir : Spesial Falah & Luna
94 EXTRA PART
95 PROMOSI CERITA
96 TANYA AUTHOR
97 CERITA BARU
98 PENGUMUMAN
99 Rumah Tangga Senja dan Langit
100 Fitnah
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Chapter 1
2
Chapter 2
3
Chapter 3
4
Chapter 4
5
Chapter 5
6
Chapter 6
7
Chapter 7
8
Chapter 8
9
Chapter 9
10
Chapter 10
11
Chapter 11
12
Chapter 12
13
Chapter 13
14
Chapter 14
15
Chapter 15
16
Chapter 16
17
Chapter 17
18
Chapter 18
19
Chapter 19
20
Chapter 20
21
Chapter 21
22
Chapter 22
23
Chapter 23
24
Chapter 24
25
Chapter 25
26
Chapter 26
27
Chapter 27
28
Chapter 28
29
Chapter 29
30
Chapter 30
31
Chapter 31
32
Chapter 32
33
Chapter 33
34
Chapter 34
35
Chapter 35
36
Chapter 36
37
Chapter 37
38
Chapter 38
39
Chapter 39
40
Chapter 40
41
Chapter 41
42
Chapter 42
43
Chapter 43
44
Chapter 44
45
Chapter 45
46
Chapter 46
47
Chapter 47
48
Chapter 48
49
Chapter 49
50
Chapter 50
51
Chapter 51
52
Chapter 52
53
Chapter 53
54
Chapter 54
55
MY PASTINY 2
56
Part 1 : Maba
57
Part 2 : Ada apa dengan Arkan?
58
Part 3 : Orang Tengah
59
Part 4 : Hampir Saja
60
Part 5 : Masih Berlangsung
61
Part 6 : 2 in 1
62
Part 7 : Sepercik Masa Lalu
63
Part 8 : Orang Baru
64
Part 9 : Simbiosis Mutualisme
65
Part 10 : Langit dan Sara
66
Part 11 : Kecewa
67
Part 12 : Sedikit Berubah
68
Part 13 : Langit tidak sama lagi
69
Part 14 : Bukan lagi Senja
70
Part 15 : Senja hilang
71
Part 16 : Senja juga Egois
72
Part 17 : Putus?
73
Part 18 : Senja atau Bulan?
74
CAST!
75
Part 19 : Masih Peduli
76
Part 20 : Risa Tahu Semuanya
77
Part 21 : Bagaimana dengan Senja?
78
Part 22 : Ciuman liar untuk Senja
79
Part 23 : Sekali Lagi
80
Part 24 : Arkan Menyerah?
81
Part 25 : Gue bisa Nikahin Senja Besok!
82
Part 25 : Gue bisa Nikahin Senja Besok!
83
Part 25 : Gue bisa Nikahin Senja Besok!
84
Part 25 : Arkan Kenapa?
85
Part 25 : Gue bisa Nikahin Senja Besok!
86
PENTING!
87
Part 26 : Berakhir
88
Part 27 : Tentang Kita
89
Part 28 : Sara, Pelakor!
90
Part 29 : Mulai Sejuk
91
Part 30 : Salah Paham
92
Part 31 : Tamat
93
Bagian Akhir : Spesial Falah & Luna
94
EXTRA PART
95
PROMOSI CERITA
96
TANYA AUTHOR
97
CERITA BARU
98
PENGUMUMAN
99
Rumah Tangga Senja dan Langit
100
Fitnah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!