Kembar Tak Serupa
Di sebuah ruang tembak pribadi, seorang pemuda sedang fokus mengarah ke titik merah sebagai sasaran, dan...
DORRRR!!!
Pemuda berusia 18 tahun itu tersenyum puas karena tepat sasaran.
Ting...
Pemuda itu menatap ponselnya dan tersenyum lagi,
"Yosh, sudah tiba saatnya," Ujar Pemuda itu bahagia
Pemuda itu menelepon seseorang,
"Hallo, sudah lama tidak berjumpa, Kakak,".
.
.
.
HACHIIIIIIII....
"Aduhhh siapa yang ngomongin aku yak,"
Seorang gadis gendut berusia 18 tahun itu mendengus dan melanjutkan masaknya, hingga seorang pria tua datang,
"Ayah akan keliling jual telur dulu ya, Sera,"
Ujaran Sang Ayah yang bernama Suta itu di balas oleh Sang Gadis yang dipanggil Sera itu,
"EHH?? Ayah gak makan dulu?? Udah matang nih," Sera
"Nanti aja," Balas Suta
"Jangan lama-lama ya, nanti keburu hujan," Sera
Suta hanya membalas "Ya", lalu pergi menggunakan motor bututnya,
"Ahhhh selalu aja, nanti dingin kan gak enak," Keluh Sera
Sera melanjutkan kegiatan sambil tetap mengomel.
.
.
.
Tengah malam, di sebuah club, seorang Pemuda tampan menjadi dj dan tambah memeriahkan suasana bersama teman-temannya.
Saat giliran yang lain tiba, Pemuda itu istirahat sambil berkumpul dengan teman-temannya,
"Wahhh gila lu, cewek-cewek menggila semuanya cuy," Ujar Dion sambil menuang alkohol ke gelasnya
"Oi Dion, lo awas sampai mabuk berat, besok kita masih harus remedial njim," Sarkas Vino
"Tapi emang hebat kan, temen kita ini, dia juara 1 umum di sekolah dan se-Jakarta walau dia sama-sama suka hangout," Dion
"Ahhh gue gak bisa debat anjir, tapi emang bener sih. Oi, gue iri sama lo," Vino
"Lah, lo iri sama orang yang salah, si ganteng kita ini kan emang terlatih untuk jadi number 1," Ujar Reina
Semua teman-temannya menatap Pemuda tampan itu yang hanya diam sedaritadi,
"Kenapa lo diem aja?? Ada apa, Julian?" Tanya Mona
Pemuda tampan bernama Julian itu menatap teman-temannya,
"Guys, gue udah putuskan, ini adalah terakhir kalinya gue bisa nge-dj," Lirih Julian
Krik...
Diam satu club walau alunan musik tetap ada, semua menatap Julian,
"EH? EHH?? EHHH???" Sontak semua
"Why Lian??? Lo itu hampir mirip paru-paru buat club ini anjim," Reina
"Emang kenapa Lian?? Lo emang mau kemana??" Vino
"Gue mau pindah ke Bali dan menetap disana, gue mau ketemu sama Kakak Kembar gue," Jawab Julian
"Lo jadi mau bersatu dengan Keluarga Kandung lo??" Reina
Julian mengangguk,
"Lian, are you crazy?? Mereka bahkan gak peduli sama lo, mereka gak pernah hubungi lo atau mengkhawatirkan lo, untuk apa lo peduli sama mereka. Dan Bali? Keluarga lo itu pasti didaerah terpencil, lo gak mungkin hidup di gubuk kan," Mona
"Mona, tutup mulut lo. Keluarga tetaplah Keluarga, Ayah kandung gue pasti punya alasan kenapa gue di titipkan ke Keluarga Ginanjar, gue gak bisa selamanya hidup terpisah dari Keluarga Kandung gue dan berpangku tangan di Keluarga Ginanjar," Julian
"Tapi-" Mona
"Mona sssttt," Isyarat Vino
"Gue ngerti, lo jangan marah Lian, lo kalau ada yang menjelekkan Keluarga Kandung lo, pasti lo langsung ngamuk, jadi calm down bro," Dion menengahi
"Jadi kapan lo akan pindah??" Reina
"Setelah semua urusan Sekolah di Jakarta selesai, gue juga udah daftar di Kampus dan Jurusan yang sama dengan Kakak kembar gue," Julian
"Kakak kembar, hmmm gue lebih penasaran dengan Kakak kembar lo daripada kehidupan lo nanti di Bali," Dion.
.
.
.
Keesokan paginya, di Bali...
Seperti biasa, Sera melakukan kegiatan seperti biasanya, setelah semuanya selesai, Sera pun memberi makan pada kedua anjingnya, sedangkan Ayahnya sedang duduk di bale bengong,
"Ayah, tanggal 1 nanti anterin ke pasar ya, stok bulanan udah mau habis," Ujar Sera
"Hm ya," Jawab Suta sekenannya
Setelah para anjing Sera selesai makan, Sera berdiri dan merenggangkan badan sedikit,
"Ahhh seandainya aku punya saudara kembar, aku pasti seneng banget karena ada yang bantuin keuangan rumah ini, kita jadi gak perlu terlalu susah," Keluh Sera
Sera pergi ke dapur, dan Ayah Sera, Suta mendengar itu,
"Saudara kembar?? Sera lupa dengan Saudara Kembarnya ya," Bathin Suta.
.
.
.
Beberapa hari kemudian...
Di SMA paling Ternama di Jakarta, Julian sudah mengambil semua yang ia butuhkan setelah dinyatakan lulus.
Julian pergi ke rooftop untuk mengenang masa sekolahnya,
"Setelah ini aku akan kembali ke Keluarga Kandungku setelah sekian lama, dan mungkin aku harus mengajak Keluarga di Bali ke Jakarta, kita bisa hidup bersama di Jakarta," Julian
Julian tersenyum melihat map berisi ijazah dan rapotnya dari paud sampai sekarang,
"Untung Bunda menyimpan semua dengan baik, aku bisa menunjukan ini nanti ke Ayah dan Saudara Kembarku, aku sudah tak sabar, semuanya sudah selesai, aku akan berangkat besok pagi," Julian.
Julian sudah turun dari rooftop, Julian berpapasan dengan seorang cowok Saat muda lainnya,
“Gue denger lo mau kembali ke Keluarga Kandung lo, bener??”
“Kenapa?? Masalah buat lo?? Masih kurang tangan lo yang gue patahin?? Gue peringatkan lo, lo jangan coba-coba menyentuh atau ganggu Keluarga gue lagi, atau gue gak akan diem, ngerti lo, Sean,” Julian
Pemuda bernama Sean itu tersenyum miring, “Cih, anak buangan kayak lo bisa ngancem juga ya, tapi gue gak akan menyerah, bagaimanapun caranya, gue pasti akan hancurin lo sehancur-hancurnya, dendam gue pasti terbalaskan,” Sean
“Ya, selama lo gak ganggu Keluarga gue, gue gak akan peduli apapun yang lo lakukan. Lagipula kita udah lulus, sebaiknya lo mulai belajar untuk dewasa, sikap kekanakan lo yang membuat masalah ini menjadi rumit,” Julian
Julian pergi meninggalkan Sean yang kesal dengan tangan terkepal erat,
“Sialan lo Julian,” Geram Sean.
.
.
.
Malamnya, Julian merapikan semua baju-bajunya ke dalam koper dan tas, lalu kedua orang tuanya datang,
"Julian sayang, kamu yakin ingin ke Bali??" Dyana
Julian mengangguk yakin,
"Iya Bunda, aku udah lulus SMA berarti aku udah dewasa, aku tak bisa terlalu lama menunggu Keluarga Kandungku," Julian
"Kamu memang keras kepala Julian," Hans
"Papa, Papa tau sendiri sifatku. Bunda jangan khawatir, jika Bunda merindukanku saat liburan semester, aku akan kembali ke Jakarta sebentar," Julian
Hans memberikan sebuah dompet kartu,
"Gunakan ini sebanyak kamu mau Julian, kamu sudah kami anggap sebagai anak kandung kami sendiri, Papa dengar jika Keluargamu di Bali cukup tidak punya, gunakan ini karena Papa gak mau melihatmu hidup susah," Hans
"Tidak, aku tidak mau merepotkan Papa lagi," Julian
"Jangan keras kepala, ambil ini, jika kamu tetap gak mau, maka anggap saja ini sebagai hadiah untuk Kakak kembarmu, anak usia 18 tahunan sepertimu membutuhkan banyak uang untuk banyak kegiatan kan," Hans
Julian nampak berpikir,
"Julian sayang, ambil saja, Bunda akan sedih jika kamu gak mau nerima," Dyana
"Baiklah, Julian akan menggunakan ini sebijak mungkin," Julian
Julian mengambil dompet kartu yang berisi banyak kartu tabungan serta buku tabungannya,
"Terima kasih Bunda, Papa," Julian
"Anak baik, sekarang selesai kan berkemasmu, dan istirahatlah," Hans
Julian mengangguk, kedua orang tua Julian pun pergi, dan Julian melanjutkan berkemas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments