Cinta si Anak Pembantu

Cinta si Anak Pembantu

Awal mula

"Kamu pikir Aku nggak bisa, mendapatkan Aira? Tinggal menjentikan jari. Ya kali, dia itu anak yang penurut dan nggak pernah membantah. Bukan cewek barbar yang suka berontak dan suka semaunya sendiri."

"....."

"Hahahaha.... Ya jelas dong kamu di tolak. Nah, kamu nggak modal sih. Biar pun kata si Ira anaknya pembantu di rumahku, tapi dia mungkin punya selera. Aku paham kamu orang kaya, tapi mungkin kamu kurang manis dalam memperlakukan wanita."

"....."

"Kalau aku sih oke-oke aja. Aku pastiin, kalau nggak ada yang bisa menolak cintaku, apalagi sekelas Ira. Aku percaya itu. Kamu nggak percaya, ya bukan urusanku."

"....."

"Ya ya ya, aku paham. Ya udah, udah sore. aku mau mandi dan rebahan sebentar. Papa emang nggak tanggung-tanggung kalau ngasih pekerjaan."

"....."

"Oke, see you, bye."

Panggilan di matikan sepihak oleh Arjuna Sastra Suseno. Lelaki matang berusia awal tiga puluhan itu terkekeh pelan di balkon kamarnya, tak menyadari kehadiran ibunya yang berdiri terpaku di pintu kamar-balkon.

Sesaat setelah membalikkan badan, Arjuna demikian terkejut. Mamanya berdiri canggung dengan bola mata yang menatap kesana kemari tak karuan.

"Mama?" Arjuna berusaha tenang, meski ia sendiri khawatir kalau-kalau sang mama, Tri Ningsih, mendengar percakapannya bersama kedua sahabatnya. Lihat saja, bahkan tatapan mata Ningsih mencurigakan.

"Ngomong sama siapa, Juna?" tanya Ningsih pelan.

"Sama Aryo dan Rehan, ma. Mama sejak kapan disana? Kok nggak permisi? Maaf, Juna nggak mendengar tadi kalau mama datang." Juna melangkah masuk, mengecup pipi mamanya sekilas sebelum ia menuntun mamanya menuju balkon.

Sore hari begini, senja datang dengan begitu indahnya. Langit Merah keemasan tampak memukau dengan nilai yang sempurna di mata Alfan. Kicau burung, disertai kelebat bayangannya yang terbang kesana kemari, semakin menambah kesan sempurna akan panorama sore hari.

Ningsih memerhatikan putranya, tatapan matanya intens memandang Juna dari atas ke bawah. Juna memang lelaki sempurna, dengan tingkat ketampanan paling tinggi diantara teman-temannya.

Kulitnya putih bersih, dengan mata tajam dan alisnya yang tegas. Rahangnya kokoh dengan tulang pipi tinggi bak pria aristokrat, hidungnya yang mancung, serta dagu belah yang tampak semakin membuat Juna tampan berkali-kali Lipat. Jangan lupakan rambutnya yang hitam legam, disertai dengan tubuh sixpack, membuat banyak gadis memimpikan ingin menyentuhnya.

"Berapa tahun usiamu, Juna?" Tanya Ningsih yang kemudian membuat Juna memutar bola matanya jengah. Tak bisa dibayangkan, Juna sangat membenci percakapan yang membahas tentang usianya, kapan ia menikah, dan siapa kandidat yang Juna miliki.

"Nggak usah memulai, ma. Juna nggak mau mama bahas usia lagi. Mama sendiri sudah tahu kalau Juna baru masuk kepala tiga."

"Baru? Baru kamu bilang? Usia kepala tiga itu kamu bilang baru, padahal harusnya kamu udah punya istri dan anak. Lihat teman-teman kamu, Juna. Mereka rata-rata sudah menggendong anak. Sampai kapan kamu akan melajang terus? Mama dan papamu ini makin hari makin tua. Bagaimana kalau mama dan papa mati tanpa merasakan senangnya menggendong cucu?"

Ningsih tak bisa menahan kekesalannya kali ini. Tapi Juna cuek saja, seolah ia tak terbebani atau pun merasa tertekan. Kalimat demikian bukanlah kalimat pertama kali yang Juna terima. Jadi, ya sudahlah, Juna tak akan terprovokasi sedikit pun.

"Sampai Juna menemukan Gadis yang pantas untuk bersanding dengan Juna. Catat, ma. Yang gadis. Bukan janda, atau bekas orang. Jaman sekarang mencari gadis yang murni gadis itu sulit, jadi Juna nggak mau kalau sampai asal milih pasangan."

Juna menantang mamanya. Dengan meminta hal itu, Juna yakin mamanya akan kesulitan mencari gadis.

"Ya sudah, kalau begitu temui papa dan mama nanti setelah makan malam. Mama nggak mau dibantah, juga nggak mau menerima penolakan." Ningsih berlalu pergi, meninggalkan Juna yang memanggilnya hingga setengah berteriak.

"Ma, mama..... tunggu Juna, ma. Astaga, celaka aku." Ucap Juna kesal setengah mati, sesaat setelah pintu kamarnya berdentum keras.

--

Aroma khas bumbu masakan yang diracik oleh Mbok Asih dan putrinya, Ira, cukup menyeruak dan membuat lapar seisi rumah. Mbok Asih adalah pembantu rumah Sastra Suseno, sebagai juru masak karena keahlian yang ia miliki, mbok Asih tak melakukan pekerjaan lain atas perintah Ningsih, sang majikan.

Aira Marlina, Gadis yang berusia delapan belas tahun itu, baru siang tadi terakhir menjalani ujian akhir. Namun ia memiliki keahlian memasak yang diturunkan oleh sang ibu. Gadis itu sangat pintar, dan juga memiliki bakat memasak. Selain itu, Ira juga adalah gadis yang cekatan dan penurut, santun, ramah dan baik terhadap semua orang.

Dan ketika makan malam nyaris siap, majikannya, Iskandar Suseno datang menemuinya bersama sang istri.

"Ira, bisa ikut saya sebentar? Sekalian sama bik Asih, ya?" Tanya ningsih.

Aira yang memang sangat patuh, tentu saja ia mengangguk dan tidak menolak sama sekali. "Baik, Bu."

Kini, Aira duduk dengan gelisah, menunggu Iskandar dan Ningsih memulai bicara padanya lebih dulu. Begitu juga dengan bik Asih yang tak kalah khawatir, takut-takut jika nanti dirinya melakukan kesalahan yang tak disengaja.

"Bik Asih, Ira, maaf jika membuat kalian harus datang ke ruangan ini. Ini tentang Juna. Bibi tahu, bukan, kalau Juna sekarang sudah menginjak usia kepala tiga?"

Iskan, membuka pembicaraan tanpa berbasa-basi.

"Iya, pak. Saya mengerti."

"Saya ingin Juna segera memiliki istri. Baru saja, saya bicarakan ini dengan istri saya, kalau saya ingin Ira menjadi istri Juna, selamanya hingga maut memisahkan."

Duuarrrr.....

Bak petir yang menggelegar kencang di siang hari, Ira refleks mendongak dan melebarkan matanya, menatap Iskan dan juga Ningsih secara bergantian.

Apa Ira tadi tidak salah dengar?

"Apa, pak? Ira?" Ira bertanya sekali lagi untuk memastikan. Tapi anggukan Ningsih dan Iskan secara bersamaan, cukup menjelaskan.

"Ya. Kamu bersedia, kan? Saya harap kamu bersedia, dan bik Asih setuju akan rencana saya. Saya tak akan menekan Ira harus bagaimana, pikirkan saja ini baik-baik. Besok malam, saya tunggu jawaban dari Ira." Ningsih menimpali. Tak ada lagi kesempatan Ira untuk berkata iya, atau tidak.

"Tap... tapi, tapi den Juna, bagaimana?" Tanya asih.

Asih hanya tidak mau, putrinya akan menjalani rumah tangga berat sebelah. Sedikit bahagia, Asih tidak menampik bahwa ia bahagia sekali bisa bermenantu, berbesan dengan orang kaya. Hanya saja, kebahagiaan Ira juga penting baginya. Ira anak satu-satunya yang ia miliki.

"Juna urusan saya. Dia juga, saya pikir dia tak akan keberatan."

Jawab Iskan singkat. Dirinya sudah membicarakan hal ini dengan sang istri. Setelah makan malam nanti, tinggal Juna yang harus ditekan dan diinterogasi seputar pernyataan dirinya senja tadi, ketika ningsih tak sengaja mendengarnya bercakap dengan Temannya.

"Biar Ira pikirkan dulu, pak. Menikah bukan hanya sehari dua hari, seminggu dua Minggu, tapi untuk selamanya. Ira juga nggak mau andai nanti, den Juna..... keberatan."

"Jangan khawatir, Ira. Selama kamu bersedia dan mau membuka diri, Juna tak akan mungkin mengecewakan saya, suami saya, juga kamu dan ibu kamu." Dengan keyakinan dan percaya diri yang tinggi, Ningsih merayu dan berusaha memengaruhi Ira.

"Saya akan membebaskan kamu meminta apa pun, Ira. Katakan saja, saya akan berusaha memenuhinya." Iskan mulai menebar rayuan mautnya.

Ira hanya mengerjapkan matanya untuk berpikir. Agaknya, gadis itu tengah menggunakan kesempatan ini untuk mendapatkan apa yang ia ingin.

"Bagaimana kalau Ira meminta..........."

**

Selamat datang di cerita baru Istia. Jangan lupa dukungannya, ya. Vote, komen dan like biar makin semangat nulisnya.🥰

Terpopuler

Comments

Lady_MerMaD

Lady_MerMaD

aku mampir best

2022-10-25

1

mis samia

mis samia

mampir juga neng

2022-09-18

1

ARYA AKHTAR

ARYA AKHTAR

semangat lanjut

2022-09-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!