My Boss Be Mine
Menjadi pengantin adalah impian wanita di seluruh dunia. Berdiri bersama seorang pria yang kaucintai dan mencintaimu. Menjalani hidup bersama penuh dengan kejutan-kejutan manis.
"Cantik sekali anak Ibu" aku yang sedang bersiap untuk menikah pagi ini sedang merias diri di kamar. "Apakah ini tidak terlalu berlebihan Bu?" Aku takut calon suamiku yang menjadi kekasihku selama tiga tahun merasa aku terlalu berlebihan.
"Kau sangat cantik Anna. Dimas pasti buta karena melihatmu yang terlalu berkilau" Candaan yang keluar dari Manda sahabat terbaikku membuat aku kesal.
Tapi dia adalah satu-satunya sahabat yang bisa kuandalkan selama 10 tahun, sejak kami berada di bangku sekolah menengah atas.
"Cepat, cepat. Pengantin pria sudah datang" dadaku berdetak kencang mendengar perkataan ayah. Akhirnya hari ini aku akan menikah dengan laki-laki yang kucintai.
Mas Dimas adalah pria baik yang kukenal sejak 3 tahun yang lalu. Kami bertemu di tempat kerja yang sama, lalu jatuh cinta karena merasa nyaman satu sama lain. Walaupun aku harus berhenti dari tempat kerja karena peraturan perusahaan, aku tidak keberatan.
Karena hari ini mas Dimas akan mengambil seluruh tanggung jawab akan diriku selamanya. Memikirkannya membuatku sangat senang dan sedikit takut.
Setelah mas Dimas mengucapkan kalimat ijab maka kami resmi menjadi suami istri. Ibu dan Manda menangis melihatku menikah. Aku sangat bahagia dan ingin segera mengecup tangan suamiku.
Tapi raut muka mas Dimas terlihat sangat berbeda dengan sebelumnya. Apakah dia juga berdebar dan takut di waktu yang sama? Kami mungkin menikah di usia yang sama-sama muda. Dia 27 tahun dan aku 25 tahun.
Aku bingung melihat Mas Dimas yang sepertinya tidak bahagia dengan pernikahan kami. Bahkan setelah pesta pernikahan usai, wajahnya masih menunjukkan dia tidak ingin berada di tempat ini.
"Mau kemana, Mas?" Ini malam pertama yang seharusnya kami lewati dengan bahagia dan mesra. Tapi tidak dengannya, mas Dimas berganti pakaian dan pergi membawa mobilnya keluar tepat di malam pertama kami.
"Lho ... Dimas mau kemana, An?" aku menggeleng bingung melihat pria yang berbeda dari sebelumnya. "Mungkin ada urusan di rumahnya"
Dimas mungkin lebih tua dariku. Tapi dia adalah anak tunggal kesayangan keluarganya yang kaya. Mungkin dia tidak nyaman dengan keadaan rumahku yang sederhana.
Tapi mas Dimas tidak kembali sampai keesokan harinya. Bahkan dia tidak kembali selama seminggu setelah kami menikah. Ayah yang merasa bingung dengan kelakuan menantu barunya pergi ke rumah orang tuanya.
Tapi mas Dimas tidak ada di rumah orang tua atau teman-temannya. Kemana sebenarnya dia pergi? Kenapa ponselnya selalu dimatikan dan tidak bisa dihubungi sama sekali?
Setelah dua minggu menunggu tanpa kejelasan, aku pergi ke perusahaan untuk mencarinya sekali lagi. Mungkin kalau aku datang ke perusahaan tepat sebelum semua pegawai pulang, aku bisa bertemu dengannya.
"Apa Mas Dimas ada di kantornya?" Teman-teman kerja yang sebelumnya juga teman kerjaku tidak menjawab dan hanya menundukkan kepala. "Sebaiknya kamu pergi ke hotel sebelah untuk mencarinya" Akhirnya ada petunjuk yang kutemukan dari teman kantor yang paling baik.
"Makasih Mba Prily" Mba Prily tersenyum walaupun hanya sebentar. Tapi kenapa Mas Dimas berada di hotel sebelah kantor? Apa dia terlalu gugup menikah lalu kabur kesini?
Banyak pertanyaan yang bermunculan di pikiranku. Lebih baik aku menemuinya dan bertanya perlahan agar dia tidak takut.
Setelah bertanya nomor kamar yang disewa mas Dimas. Aku bergegas untuk kesana bersama ayah dan Manda.
Ayah mengetuk pintu kamar dan keluarlah seorang wanita yang kukenal sedang mengenakan pakaian tidur yang seksi. Dina adalah anak baru yang diterima bekerja kurang lebih tiga bulan yang lalu di perusahaan.
Dina terlihat polos ketika kami pertama kali bertemu. Tapi tidak sekarang, dihadapanku Dina berubah menjadi wanita yang berbeda.
"Mba Anna. Gimana Mba tau kalau kami disini?" Kami??? Aku merasakan rasa sakit di leher belakangku dan penasaran apa yang Dina lakukan di kamar yang disewa mas Dimas.
"Siapa Sayang?" Mataku melotot mendengar suara mas Dimas. Ayah yang tidak sabar membuka pintu kamar dan terkejut.
Mas Dimas berbaring setengah telanjang di ranjang hotel dengan raut muka yang senang. "Apa yang Bapak lakukan? Kenapa kau ada disini Anna?" Mas Dimas terlihat sangat kesal karena kedatangan kami.
Aku hanya bisa terdiam di belakang Manda melihat Bapak yang melampiaskan kemarahannya pada mas Dimas. "Saya akan menceraikan Anna sekarang juga karena Saya tidak mencintainya lagi. Yang Saya cintai adalah Dina"
Ayah semakin marah dan menampar wajah Mas Dimas. "Ayah ... sudah" Aku takut situasi semakin tidak terkendali. Manda mencaci maki Dina karena merasakan kesedihanku. Tapi mereka berdua berpelukan dan semakin mesra. Melihatnya membuatku merasa aneh.
Sesampainya kami bertiga di rumah, ibu bertanya kenapa wajahku sangat pucat. Tidak ada yang berkata apapun tentang kejadian malam ini pada ibu, karena takut ibu tidak bisa menerimanya dengan baik. Tapi perlahan Ayah akan memberi tahu Ibu tentang masalah ini.
"Biarkan Anna sendiri dulu" Ayah pergi ke kamarnya dengan tenang. Aku berjalan tanpa tenaga ke dalam kamar yang masih terhias kata-kata KAMAR PENGANTIN BARU.
"Tante, Saya pulang dulu. Besok Saya akan kesini lagi untul menjenguk Anna saat pulang dari kantor" Ibuku hanya mengangguk mendengar Manda pamit.
Tepat sebulan setelah aku menikah, proses perceraian kami berjalan. Tidak ada kata maaf yang keluar dari mulut Mas Dimas dan Dina selalu menemaninya setiap kali kami bertemu.
Karena tidak ada niat dari kami berdua untuk tetap menjalani pernikahan, maka proses perceraian berjalan sangat cepat.
"Aku ceraikan kau Camelia Anna Hamid putri Bapak Anwar Hamid" Dengan kalimat itu maka kami resmi bercerai dari sisi agama dan negara.
Mas Dimas sama sekali tidak melihatku ketika pergi dari pengadilan. Manda memelukku dengan erat seakan dia merasakan kesedihan di hatiku.
Aku mengunci diri di kamar sejak bercerai. Impian pernikahan yang kuinginkan tidak terwujud dan berganti dengan surat cerai ditanganku.
"Anna terlalu suci untuk disentuh. Dia seperti malaikat yang membuat orang disekitarnya merasa buruk" Itu adalah alasan yang diberikan mas Dimas pada hakim saat proses pengadilan.
Aku menjaga kesucianku karena ingin memberikan padanya sesuatu yang sangat berharga pada diriku. Tapi semuanya sia-sia dan membuatku terlihat bodoh.
"Anna ... Anna ... " Walaupun ibu dan Manda terus memanggilku dari balik pintu tapi aku tidak ingin bertemu siapapun saat ini.
Aku resmi menyandang gelar janda sebulan setelah menikah. Tangisanku yang tertahan selama ini akhirnya tumpah. Aku menjerit karena kesal dengan diriku dan kejadian yang menimpaku saat ini.
Ibu dan Manda berusaha membuka pintu kamar tapi aku tidak bergeming. Mungkin mereka khawatir padaku tapi saat ini aku hanya ingin menangis sendirian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Irra Ajahh
jahat bbgt
2021-12-04
1
Okta Riansyah Riansya
kalo gk cinta mah, ngapain di nikahi ya??
2021-12-04
0
Comel
langsung favorite thor
2021-10-19
0