"Anna. Layani pelanggan dengan benar!" Teriakan ayah mulai menggangguku. Tapi di depan pelanggan toko roti, aku tidak diperbolehkan bersikap sembarangan.
"Selamat Siang. Karena Anda telah membeli roti dengan harga melebihi seratus lima puluh ribu, maka Anda berhak mendapatkan roti kacang merah kebanggaan kami. Silahkan datang kembali"
Aku mengatakan semua itu lebih dari seratus kali hari ini. Dan wajahku rasanya sangat tersiksa diharuskan tersenyum sepanjang hari.
"Apa yang kaulakukan?" Ini dia atasan yang paling galak.
"Aku makan" aku menjawab sembarangan.
"Kau harus bersikap sopan terhadap pemilik toko roti ini kalau tidak mau dipecat" teriak Ayah.
"Baik Pak" aku mulai bekerja lagi.
"Hanya sebulan bekerja kau selalu mengeluh ketika pulang" Ayah pasti menjelek-jelekkan aku di depan ibu lagi.
"Ayah harus menaikkan gaji pegawai saat ini. Mereka menerima teriakan dan tekanan dari atasan yang galak" sindirku.
Ayah memukul bagian belakangku dengan laporan keuangan. Aku merasa kesakitan dan mengeluh pada Ibu.
"Periksa ini" pinta Ayah. Aku melakukan permintaannya. Sebenarnya aku memiliki latar belakang pendidikan yang sangat baik dan dapat bekerja di perusahaan manapun yang kumau karena kemampuan yang kumiliki.
Tapi dua bulan ini aku sangat malas bekerja. Menjalani rutinitas setiap hari dengan bekerja membuatku muak.
"Ayah benar-benar harus mempertimbangkan kenaikan gaji pegawai. Mereka terlalu baik pada Ayah" aku mengembalikan laporan keuangan itu dan memberi tanda oke.
"Gaji mereka memang besar. Kau saja yang tidak tahu" Ibuku menambah minyak pada api.
"Lalu kenapa gajiku kecil sekali? Aku bahkan tidak bisa membeli makanan dari gajiku dan harus memakan roti kacang merah setiap hari" rengekku.
"Kau pegawai baru. Kalau ingin gaji besar, bekerjalah di perusahan besar!" ejek ayah.
Aku tidak peduli dengan semua kata-kata yang keluar dari mulut Ayah. Karena aku tahu orang tuaku berharap aku kembali bekerja di daerah perkantoran.
Setengah gaji yang kuperoleh dari perusaahn tempat aku bekerja sebelumnya, terpakai untuk biaya pernikahan. Orang tuaku juga mengeluarkan uang banyak untuk membiayai pernikahanku yang gagal.
Sekarang aku memang sangat membutuhkan uang. Tapi aku bersikeras membantu Ayah di tokonya dan berakhir tersiksa.
"Aku akan pergi dengan Manda ke Mall" aku pergi ke kamar dan mulai bersiap. Malam ini aku akan bersenang-senang dengan sahabatku yang paling cantik.
Aku meminjam mobil Ayah dan meluncur ke rumah Manda. Sayangnya Manda harus bekerja lembur hari ini dan aku menunggu dengan sia-sia.
Menjadi pengangguran sepertiku memang menyedihkan. Aku bahkan tidak bisa menemui sahabatku seenaknya.
.
.
.
Esok harinya aku tidak bekerja di Bakery ayah karena malas. Aku menonton tv dan makan makanan tidak sehat.
"Tolong antarkan Ibu ke rumah teman ibu!" Akhirnya Ibu mengajakku keluar rumah. "Siapa teman ibu kali ini? Bibi yang suka bicara itu?" ibuku menggeleng.
"Itu Bibi Lia. Ibu akan bertemu teman yang sangat spesial. Mereka mengalami kesedihan akhir-akhir ini. Karena masalah pernikahanmu, ibu belum sempat menjenguknya" lagi-lagi pernikahanku disebut.
Memasuki gerbang besar itu membuatku sangat kagum. Apalagi pemandangan yang terpampang di depan mataku, membuatku sangat takjub.
"Dari mana Ibu mengenal teman Ibu yang satu ini?" Ibuku hanya tersenyum tanpa menjawab.
Kami mendekati rumah utama yang bergaya Eropa. Taman mereka sangatlah besar seperti lapangan sepak bola dan hutan hujan tropis digabung menjadi satu. Aku merasa kagum dengan jalinan pertemanan ibuku.
"Cepat keluar dari mobil! Aku akan mengenalkanmu kepada pemilik rumah" Aku keluar dan masih merasa ibu sangat hebat.
Perhatianku beralih pada koleksi mobil yang berada di dekat rumah utama. Aku melihat mobil yang tidak asing. Pria pantai itu juga menggunakan mobil sport buatan Jerman berwana sama.
"Selamat pagi Mia. Masuklah" Seorang bibi yang usianya hampir sama dengan ibu tapi gayanya sangat anggun.
"Ini pasti Camelia. Kau cantik sekali sayang" Bibi ini pasti keturunan luar negeri karena cantik sekali dan tinggi.
Aku memberi salam dan hormat dengan baik. Kuharap aku tidak membuat ibu malu. "Bagaimana ibu mengenal orang sekaya ini?" aku berbisik pada ibu tapi tidak dibalas. Sedangkan aku sibuk melihat-lihat rumah yang mewah ini.
"Maafkan aku karena tidak sempat menjenguk di kala kau sedih" Teman Ibu membuka obrolan ketika kami dijamu di taman yang sangat indah. Aku tidak berhenti kagum dengan semuanya.
"Aku juga tidak bisa menghadiri pernikahan Harold. Maafkan aku" ibu berbicara dengan temannya.
"Maaf, Saya ingin pergi ke kamar mandi" memalukan memang, tapi aku tidak mungkin menahan keinginan buang air kecil sampai rumah.
Bibi Diana, teman ibu, menunjukkan jalan ke kamar mandi dan aku pergi dengan cepat. Wah rumah ini sangat besar dan mewah. Banyak sekali barang berharga di dalamnya. Aku keluar dari kamar mandi dengan kagum melihat dekorasi ruang keluarga mereka.
"Apakah Anda tersesat?" Suara pria besar dan menyeramkan ini mengejutkanku. "Tidak. Saya hanya kagum dengan kemewahan rumah ini" aku tersenyum kaku dan kembali ke tempat Ibu dan bibi Diana berbicara.
"Itu Graham. Kepercayaan suami dan anakku. Jangan takut Camelia, Graham sangat baik" aku mengangguk setuju karena Pak Graham mendekat.
Ibu tidak menghabiskan waktu yang lama untuk berbicara dengan temannya. Dengan alasan menyiapkan makan malam, Ibu berpamitan pada temannya. Aku juga melakukan hal yang sama.
Kami pulang dan aku masih bertanya-tanya, bagaimana Ibuku mengenal keluaraga dengan rumah mewah seperti itu.
"Dia pelanggan di toko ayahmu" Aku mulai mengerti awal mereka mengenal dan menjadi sahabat baik.
Di dalam kamar, aku mulai mencari sesuatu di laptop. "Apa yang sedang kau lakukan?" Ibu membawa teh hangat dan diletakkan di mejaku.
"Aku ingin bekerja lagi. Sekarang sedang mencari lowongan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuanku" jawabku.
Ibuku tersenyum mendengar aku ingin bekerja lagi. Mungkin itu tujuan mengajakku ke rumah temannya. Membuat aku menginginkan sesuatu.
Aku ingin menjadi orang yang bisa membahagiakan orang tuaku saat ini. Sudah terlalu banyak kesedihan yang disebabkan olehku.
Akhirnya aku menemukan lowongan yang cocok untukku. Menjadi sekretaris di perusahaan properti terbesar di Indonesia, pasti Ayah dan Ibu akan bangga.
Aku mengirim lamaran pekerjaan ke pihak HRD mereka dan yang dapat kulakukan hanya menunggu.
Aku keluar kamar setelah menyelesaikan mengirim beberapa lamaran pekerjaan lain. Aku harus bahagia dan membuat orang tuaku bahagia.
Aku menghampiri ibu di dapur dan memeluknya erat. "Terima kasih" Hanya itu yang bisa kukatakan saat ini.
"Ayah. Aku mengundurkan diri dari toko ayah" Ayahku melihatku dengan ragu. "Aku akan bekerja di tempat lain" aku mengatakannya dengan sungguh-sungguh.
"Tidak ada pesangon untuk pegawai baru yang mengundurkan diri!" Aku kecewa dengan keputusan ayah. Padahal sekarang aku butuh uang untuk membeli baju kerja baru.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Baca Buku
alurnya cepat dan ga bertele-tele
love it ❤️❤️
2022-11-10
0
Tiwi Rahayu
sadis parah ayahnya Camelia.... sama anak sendiri Lo ini tidak diketahui kasih pesangon 🤔🤔
2022-09-28
0
White Lily
🤣🤣🤣🤣🤣 sorry....
2021-06-23
0