"Anna, makan dulu, Nak" suara ibu putus asa memanggilku keluar kamar. Setelah beberapa menit, aku membuka pintu. Ibuku menangis karena senang dan memelukku erat.
"Pergilah ke gunung atau pantai untuk menjernihkan pikiranmu. Jangan membuat ibumu terus khawatir!" Baru kali ini ayah marah padaku.
"Iya Sayang. Berliburlah ke Bali atau Lombok. Ibu bisa membiayai kemanapun kamu ingin pergi" Aku tidak menjawab kata-kata ibu dan tetap memeluknya.
Ayahku adalah pemilik toko roti yang besar di kota ini. Tiap hari kami memproduksi jenis dan jumlah roti cukup banyak untuk memenuhi permintaan pelanggan. Yang paling terkenal di toko roti kami adalah roti isi kacang merah. Rasanya sangat enak bila dimakan saat panas.
Karyawan Ayah yang menjalankan toko roti sekarang, karena Ayah sering sekali sakit. Aku tidak akan setega itu menggunakan uang mereka untuk berlibur ke tempat yang jauh. "Tidak perlu. Aku hanya ingin berjalan-jalan di pantai sendiri"
"Ibu akan ikut, atau Manda saja yang ikut" Aku melepas pelukan ibuku. "Aku tidak akan melakukan hal yang ibu takutkan" Aku meyakinkan ibu agar tidak pernah mengira aku akan melakukan hal yang nekat.
"Pergilah naik mobil Ayah!" Ayah memberikan kunci mobilnya padaku dan aku memeluknya. "Terima kasih. Terima kasih karena Ayah selalu menemaniku melewati semua ini" Aku benar-benar berterima kasih atas segala yang dilakukan orang tuaku.
Aku berangkat ke pantai di saat matahari mulai tenggelam. Menikmati angin senja yang meniup rambutku adalah salah satu cara menikmati kesendirianku. Setelah berkendara selama 30 menit, sampailah aku di pantai dengan pasir putihnya yang bersih.
Pemandangan matahari tenggelam terlihat di ujung horizon. Langit jingga membawa ketenangan dalam hati dan pikiranku. Kalau kembali sekarang, aku pasti akan sedih lagi. Kuputuskan untuk berbaring di pasir putih yang hangat.
Tak disangka aku tertidur selama beberapa jam dan bangun saat mendengar teriakan seseorang di dekatku.
"FREYAAAAAA"
Berisik sekali pria ini. Menganggu ketenangan malamku saja.
"WHY???"
Wajah pria yang terus berteriak ini tidak terlihat karena gelapnya malam. Tapi dari bentuk tubuh yang terlihat, sepertinya dia memiliki tubuh yang bagus.
"FREYAAAA"
Kenapa dia menyebut nama yang sama berulang-ulang dari tadi.
"Hei, bisa tidak kau berteriak di tempat lain?" jeritku tidak tahan lagi mendengar teriakannya.
"ASTAGA. Siapa kau?" aku duduk agar dia bisa melihatku. "Aku orang yang menginginkan ketenangan di pantai ini. Kau teriak saja di sebelah sana!" aku menunjuk karang yang terlihat mengerikan.
Dia mendekat ke arahku. "Kalau kau ingin ketenangan, berdiam dirilah di rumah. Kenapa kau pergi ke pantai?" Rupanya pria ini ingin bertengkar denganku.
Aku berdiri dan melihat perbedaan tinggi kami yang cukup jauh. Wajah pria ini tampan bila dilihat dari dekat. "Terserah aku, mau ke gunung atau pantai. Tidak ada urusannya denganmu" balasku.
Evan sangat terkejut mendengar suara perempuan yang muncul tiba-tiba. Yang lebih mengejutkan, perempuan ini cantik sekali. Tingginya sekitar 160 cm, rambutnya panjang dan memiliki wajah yang mungil dan cantik.
Tapi dia memiliki masalah dengan temperamennya. Evan berkata "Pantai ini milikku. Kau yang pergi!"
Huh pria ini percaya diri sekali menyebutkan dia yang memiliki pantai sebesar ini. Aku akan membuatnya pergi kali ini. "Aku baru saja bercerai dari suami yang berselingkuh. Aku berhak untuk menjernihkan pikiranku di pantai ini" teriakku.
"Pernikahanku batal karena calon istriku kabur kemarin" Evan berteriak tidak mau kalah.
Ternyata kami sama-sama ke pantai untuk menjernihkan pikiran dan melepas kesedihan. Aku dan pria ini sekarang sama-sama terdiam. Kami duduk berdampingan menatap ombak yang menggulung.
"Mantan suamiku bercinta dengan karyawan baru di perusahaan" aku mengutarakan rahasiaku pada orang yang tidak kukenal. Kemuadian pria itu membalas "Calon istriku pergi ke Paris untuk menjadi model majalah dewasa"
Saat ini aku merasa lebih baik karena ada pria yang memiliki nasib yang sama. Tersakiti oleh orang yang paling kami cintai. "Mantan suamiku mengatakan aku orang yang terlalu suci dan itu membebaninya"
Pria itu diam sesaat sebelum membalas perkataanku. "Kau ingin memberikan padanya sesuatu yang berharga. Dia tidak menyadari hal itu. Bodohnya" Kata-katanya membuatku senang.
"Kau hebat membiarkan wanita yang kau cintai pergi begitu saja" Aku juga ingin membalas kata-kata baiknya. Dia melihat wajahku dan tersenyum. "Aku seperti orang bodoh menunggunya selama lima tahun"
Ternyata ada orang yang lebih bodoh dariku. Pria ini sangat menyedihkan karena menghabiskan waktu lima tahun dan tetap tidak mendapat orang yang dicintainya.
"Aku benci sekali saat dia mengataiku di depan wanita yang dicintainya. Rasanya seperti diriku tidak berharga untuk dicintai" aku benar-benar mencurahkan semua isi hatiku padanya.
"Lebih sakit ketika dikhianati atau ditinggalkan?" Pria ini juga tidak segan menceritakan masalahnya padaku. "Aku tidak tahu" jawabku
Aku tersenyum membayangkan manakah dari situasi tersebut yang lebih buruk. "Kau sangat cantik. Mantan suamimu sangat tidak beruntung" Aku tertawa keras mendengar leluconnya.
"Dan kalau kau memiliki seluruh pantai ini, kenapa kekasihmu meninggalkanmu?" Dia menunduk dan menyembunyikan kepalanya di antara lutut.
Sepertinya pria ini sangat mencintai kekasihnya dan aku salah menanyakan hal yang pribadi untuknya. "Kau bisa menunggu kalau kau mau. Tapi kau juga bisa mencari cinta lain" aku mencoba memberi kenyamanan pada pria ini.
Kami terdiam cukup lama dan menikmati suasana pantai di malam hari. Tangan laki-laki itu mulai memelukku dan membawa tubuhku duduk di pangkuannya. Dia mulai menciumku dan aku membalasnya.
Napas kami bersautan dan dia mulai memasukkan tangannya di dalam kemejaku. Bunyi dering telepon mengganggu apa yang kami lakukan.
Ketika tahu yang menghubungiku adalah ayah, aku mendorong laki-laki itu dan terjatuh ke belakang.
Aku melihat jam di tanganku dan sekarang hampir tengah malam. "Sebaiknya aku pergi" Aku berdiri dan membersihkan pasir yang menempel di bajuku.
Pria itu ikut berdiri dan membantu membawa sepatuku yang tertutup pasir. Kami berjalan di sepanjang pantai ke tempat parkir mobil.
Di dekat tempat parkir terdapat lampu yang cukup terang untuk menyinari kami. Aku melihat pria yang sangat tampan membawa sepatuku. "Ini mobilku" aku menunjuk mobil audi hitam milik Ayah.
Di samping mobilku, mobil sport berwarna abu-abu milik pria itu. Mungkin dia benar-benar memiliki pantai ini, karena harga mobil itu sangat fantastis.
"Sepatuku" aku meminta sepatuku yang dibawa olehnya. Dia teringat dan memberikannya padaku.
Perlahan pria itu mendekat dan berada tepat di depanku. Dia mencium lembut bibirku dan memberikan kehangatan yang tidak pernah kurasakan.
"Kau akan menemukan pria yang lebih baik dari mantan suamimu" katanya.
"Kau juga pasti bisa bersama dengan orang yang kau cintai" aku memberikan semangat untuknya juga.
Sepertinya kami harus berpisah disini. Pria yang aku tidak tahu namanya. Pria yang membuatku kembali nyaman dengan diriku sendiri. Dan pria yang memberiku kehangatan dari bibirdan tubuhnya.
Aku memacu mobil keluar dari kawasan pantai. Sedangkan pria itu berhenti di depan mobil lain yang berada di pintu keluar. Semoga kami bisa bertemu lagi suatu hari nanti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Tiwi Rahayu
kaget pol aku nya baru ketemu tanpa tau namanya kok mau dicium sama lelaki meskipun dalam kondisi patah hati dan stess 🤔🤔🤔🤔
2022-09-28
0
Putri Pink
piiihhhh....waaauuww.....
baru knal langsung curhat & ciuman...
wiiiihhhh tancap gas kali nih novell...
padahal nama aja gk ngrti krn blom knalan..
tp malah lngsung tancap gaass....
wiiihhhh Mantap Mantap
2022-01-16
0
Maya AL Fadl
terbawa suasana
2021-09-23
0