Part 3

Rara masih belum percaya dengan apa yang ia dengar dari mulut Ferdi, mantannya satu menit yang lalu. Dari mulai penyakit kulit, nanah, sampai putus ia sebutkan. Ia mengecek kakinya kembali, melihat apakah Ferdi memang benar. Namun, yang didapat hanyalah luka biasa, tak ada nanah sama sekali. Ia juga meminta pada Mulan untuk melihatnya, dan jawaban Mulan juga sama seperti dirinya.

Tapi, dari semua yang dikatakan oleh Ferdi, Rara paling kesal dengan kalimat putus yang terangkai dari mulut Ferdi. Pasalnya, ini kali pertama Rara diputuskan oleh cowok. Turun sudah ratingnya satu angka setelah insiden tadi.

"Awas aja tuh si Ferdi. Dia kira, cuma dia cowok yang paling tampan di sekolah ini." Rara memaki-maki Ferdi.

Mulan tidak menyahuti ucapan Rara, dia memilih untuk tidur dengan lipatan tangan sebagai bantalnya. Mulan sudah sangat sering melihat temannya itu melakukan hal demikian jika ia baru putus dari pacarnya.

"Lan, dia berani banget ya sama gue. Dia nggak tau apa ya kalau gue pasti cepat dapatin cowok yang lebih dari dia." Rara mendengus kesal.

"Lan, kayaknya gue bakal dekatin cowok yang kemarin kasih buket bunga gede banget itu ke gue." Sahut Rara kegirangan. Ia masih ingat sekali siapa cowok itu. Namanya Eric Clapton, siswa kelas XI IPA 3. Salah satu cowok tampan populer di sekolahnya. Dan kabar baiknya, ia belum punya pacar saat ini. Kesempatan bagus untuk Rara mendekatinya.

Merasa tak ada sahutan sedikit pun, Rara menoleh ke samping, melihat keberadaan Mulan. Rupanya, Mulan sedari tadi sudah terlelap, mengabaikan Rara yang mengoceh tanpa titik koma.

Belum redam kekesalan Rara pada Ferdi, kini temannya juga ikut membuatnya kesal. Akhirnya, Rara beranjak dari bangku, mencari mangsa. Ia melenggang tangan, pergi ke suatu tempat yang dirasa dapat mengubah emosinya.

Bukan Rara namanya kalau ia tidak dapat menemukan mangsa terbaik. Ia bagai mendapat emas setelah menghilangkan perak. Tepat di radius lima meter, ia melihat Eric duduk di halaman sekolah, sambil memetik gitar dan bersenandung.

Rara menghampiri Eric, lalu duduk di sampingnya.

"Rara?" Eric spontan berhenti dengan kegiatannya setelah menyadari cewek yang ada di sisinya.

"Eh Eric." Rara mengedipkan mata genit, lalu melempar senyuman mautnya yang mampu membuat cowok luluh sekejap.

Eric terpana dengan kecantikan Rara, ia menarik napas kemudian membuangnya. "Ada apa lo kesini?"

"Gini loh ric, sebenarnya, gue udah suka sama lo dari dulu." Rara berkata sangat manis, melebihi gula yang dilarutkan dalam air teh.

Eric terdiam sejenak. Ia sudah tahu bahwa Rara cewek playgirl di sekolahnya. Tapi, tidak menutup kemungkinan juga kalau dia senang Rara menyukainya.

"Lo mau jadi pacar gue?" Ucap mereka bersamaan.

"Haha, lo lucu juga ternyata. Tahu aja apa yang mau gue omongin." Kata Rara di sela tawanya.

"Jadi, kita pacaran mulai detik ini?" Tanya Eric yang disambut anggukan dari Rara.

Ingin rasanya Rara menjerit saat ini juga, bukan karena pacar baru yang ia miliki, tapi keberhasilannya dalam mendapatkan pacar baru dalam waktu satu jam.

Rara menggandeng tangan Eric, berjalan menuju kelasnya. Koridor cukup sepi mengingat ini jam pelajaran. Sudah bukan hal lazim bagi cewek dan cowok populer di sekolah bolos kelas. Di tengah asyik perbincangan keduanya, seseorang datang menghalangi jalan mereka.

Orang itu melipat tangan di depan dada, siap memaki cewek di depannya. "Eh Ra. Lo rendah banget sih jadi cewek. Baru aja sejam yang lalu lo putus sama Ferdi. Sekarang lo udah gandeng yang baru aja. Gatel banget sih jadi cewek."

Dia Jasmine Emerald, sepupu David sekaligus cewek populer kedua di sekolah. Kecantikannya berada di bawah Rara, namun ia tidak memiliki sifat playgirl. Ia disanjung oleh para cowok, banyak juga yang menyukainya, tapi hanya ada satu orang yang memikat hatinya, yaitu Edward.

Rara mengabaikan cewek di depannya, menganggap bahwa dia tidak nyata.

Melihat reaksi Rara, Jasmine gemas sehingga refleks mendorong Rara. Perlakuan Jasmine sukses membuat dahi Rara terbentur dinding.

"Jasmine!" Eric angkat suara setelah mengetahui niat jahat Jasmine.

"Apa? Lo nggak suka lihat pacar lo yang kegatelan itu kesakitan? Eric, Eric. Gue kasih tahu ya. Lo itu cuma jadi mainannya dia aja. Dia nggak pernah sepenuhnya suka sama lo. Harusnya lo sadar, kalau lo udah pacaran sama dia lo harus siap diputusin sama dia. Lihat aja seminggu ke depan."

Eric hendak menampar wajah Jasmine karena bicaranya yang asal, sebelum seseorang datang menahan tangannya.

"Jangan pernah lo tampar cewek. Mereka bukan saingan lo, kalau lo mau, lawan gue." Itu David, cowok berhati dingin yang Rara kenal.

Eric geram dengan situasi, ia langsung memukul cowok di depannya, namun sayangnya David bisa menghindarinya. Sekarang, David yang gantian melempar pukulan dan tepat mendarat di pipi mulus Eric.

Eric menyerah setelah sekian lama bertarung dan cuma ia yang babak belur. "Oke, hari ini lo menang. Tapi tunggu pembalasan gue nanti." Eric membantu Rara berdiri, lalu memapahnya pergi dari tempat itu.

David menatap kepergian Rara bersama cowok itu. Padahal, baru tadi ia melihat Rara digendong oleh Ferdi. Sekarang, ia sudah jalan dengan cowok lain lagi. Ia bersumpah, bahwa ia tidak akan tertarik dengan cewek seperti Rara.

"Thank's ya. Lo emang sepupu gue yang paling terbaik." Jasmine menyenggol lengan David, sementara David membalas hanya dengan anggukan.

Anehnya, penyakit itu tidak pernah kambuh jika ia disentuh oleh Jasmine dan semua cewek yang ada di keluarganya. Ia juga tak mengerti mengapa penyakit itu memiliki reaksi berbeda pada setiap wanita. David sempat menanyakan penyakit apa yang dideritanya pada dokter, namun dokter malah menyangkal bahwa tidak ada penyakit apapun dalam dirinya setelah diagnosa. Dari sana David mulai menyimpulkan kalau itu adalah penyakit kutukan.

***

"Ra, nanti malam jangan lupa ya datang ke pesta adik gue. Sekalian gue mau kenalin sama mama papa." Ucap Eric sebelum Rara keluar dari mobilnya.

"Lo jemput kan?" Jawab Rara yang terkesan seperti pertanyaan.

"Ya nggak lah. Gue kan mesti prepare. Jadi lo pergi sendiri, bisa kan?"

Rara mengerucutkan bibir, tidak setuju dengan ucapan Eric.

"Ayolah, lo jangan kayak gini dong. Gue janji, weekend nanti kita liburan deh." Bujuk Eric, berharap cewek di sebelahnya tidak marah.

Perlahan, Rara melengkungkan senyuman, membuat Eric senang karena berhasil membujuk pacarnya itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!