SAVIRA : Sang Pengejar Mimpi

SAVIRA : Sang Pengejar Mimpi

SATU

Ini hanya sebuah kisah biasa, bukan kisah percintaan, bukan juga kisah kebanyakan remaja pada umumnya. Tetapi, hanya semua kisah kehidupan seorang gadis biasa yang berjuang ditengah kemerosotan ekonomi keluarga, di lingkaran hutang yang melilit, dan di lingkungan masyarakat yang menjunjung tinggi kasta sosial.

Ini kisah seorang gadis yang mengejar impian yang dianggap terlalu tinggi, dan takkan mungkin bisa ia gapai. Kendati demikian, ia takkan pernah menyerah pada mimpinya.

Dialah SAVIRA yang bersumpah untuk terus berjuang mengejar impiannya demi kebahagiaan keluarganya.

...****...

Pagi ini, matahari bersinar terang seakan memberi semangat baru bagi mereka yang tak pernah letih untuk berjuang. Sama hal nya dengan Savira yang sudah siap untuk menempuh pendidikan tingkat akhirnya di sekolah yang tak terlalu jauh dari tempat tinggalnya.

Melangkahkan kakinya untuk menapakin jalan setapak menuju tempat ia menimba ilmu, berjalan dengan yakin meninggalkan gubuk tua yang menjadi saksi keberlangsungan hidupnya.

Savira menempuh pendidikan di sekolah yang bisa dibilang lumayan elit dengan berbasis beasiswa yang ia dapat sejak dulu, walaupun tak jarang ia sering dihina karena keterbatasan ekonomi, tapi Savira takkan pernah mengeluh, dan selalu berjanji untuk tidak akan mengeluh.

Sekolah dimulai dari jam 7 pagi, hingga jam 2 siang. Selepas dari sekolah biasanya Savira akan lanjut bekerja part time di cafe depan sekolahnya hingga jam 8 malam, gajinya mamang tak besar, tapi setidaknya cukup untuk membeli makanan dan mencicil sedikit hutang kedua orang tuanya, serta jajan sehari-hari kedua adik kecilnya.

Savira memang bekerja untuk membayar hutang dan kebutuhan rumah, tapi bukan berarti orang tua Savira hanya berongkang-ongkang kaki, mereka juga bekerja. Ayah Savira bekerja sebagai tukang becak, sedang kan ibunya hanya buruh cuci di rumah-rumah besar tak jauh dari tempat tinggal mereka.

"Vira!! " panggilan itu membuyarkan lamunannya.

"Kenapa Sar? " tanya Savira.

Sarah Ayuna, satu-satunya orang yang ingin berteman dengannya. Tenang, Sarah tulus berteman dengan Savira, tak pernah memandang kasta yang terbentang diantara mereka, bahkan tak jarang Sarah sering memberikan mainan untuk kedua adik Savira.

"Ini, kemarin gue baru pulang dari semarang, oleh-oleh untuk lo sama keluarga lo, semoga suka ya! " ujarnya dengan riang menyerahkan dua paper bag kepada Savira.

"Wah, makasih ya Sar, aku jadi ga enak sama kamu, "

"Sans aja kali Vir, lo mah kaya sama siapa aja. " tuturnua seraya mengibas-ngibaskan tangannya.

Savira hanya tersenyum sebagai tanggapan. Setelahnya hening, tak ada lagi percakapan, keduanya sibuk memandang langit di atas sana. Sekarang sedang jam istirahat, dan kebiasaan mereka berdua selalu berada di taman untuk menikmati semilir angin sejuk di bawah pohon rindang.

"Vir, punya saudara itu enak ga? " tanya Sarah mendapat atensi penuh dan Savira.

"Enak kok, kenapa? "

"Gue juga pengen punya adik Vir, tapi nyokap bokap gue sibuk terus sama kerjaannya, jadinya rumah sepiii banget, "

Savira tersenyum sejenak, jelas paham kondisi sang sahabat, Sarah hanya anak yang terlahir ditengah gemerlap nya harta, tapi minim kebersamaan keluarga. "Kalau kamu mau, kamu bisa main ke rumah aku. Ayu sama Dino pasti seneng kalau kamu berkunjung. "

"Ga ngerepotin? " tanyanya lagi.

"Tidak. Bapak sama Ibu juga bakal senang kalau kamu mau datang, "

"Okee!! Minggu ini gue ke rumah lo, " serunya semangat. Savira hanya membalas dengan anggukan ringan.

Kriinnngg~ kriiinnng~

Bel tanda masuk bergema memenuhi seluruh pelosok sekolah, tanda pelajaran selanjutnya dimulai, membubarkan semua murid yang masih berkumpul diberbagai tempat untuk masuk ke kelas, begitu pun dengan Sarah dan Savira yang berjalan bergandengan tangan menuju kelas.

Ketika memasuki kelas, semua mata memandang mereka, hanya sekilas, karena memang sudah biasa melihat kedekatan Sarah dan Savira. Si kaya dan si miskin, si cantik dan si culun, begitulah sebutan mereka. Savira tidak culun dan dia juga cantik, itu menurut Sarah, hanya saja gaya berpakaiannya yang tidak modis sesuai dengan keuangan yang tak mendukung.

"Vir, lo masih kerja di cafe itu? " tanya Sarah ketika mereka sudah duduk di bangku mereka.

"Masih kok, " jawab Savira sambil membuka buku untuk pembelajaran jam ini.

"Lo ga capek, Vir? "

"Huuh, kalau ditanyakan capek, ya pasti capek. Tapi mau gimana lagi, itu salah satu cara supaya hutang Bapak sama Ibu lunas. Kan kamu tau penghasilan Bapak sama Ibu ga bakal cukup." terang Savira seadanya.

"Kan gue udah bilang, masalah hutang bisa gue bantu lunasin. "

"Ga perlu Sar. Sama aja, ujung-ujungnya aku juga harus ganti uang kamu, "

"Ga usah ganti juga ga papa kok. "

"Ga papa Sar, aku masih sanggup kok, lagian kerjaan aku cuman jaga kasir, ga capek kali kok, "

"Huuh! Lo keras kepala banget ih! "

"Hahaha, jangan ngambek ah, aku cuman ga mau dikira manfaatin kamu, "

"Siapa juga yang fikir gitu. Gue tu mau bantu lo tau, "

"Cukup suport aku aja Sar. Itu udah sangat cukup, "

"Iya deh, iya. " Sarah mengalah, memang jika berdebat dengan Savira itu tidak akan pernah menang. Setelah itu tak ada lagi percakapan diantar keduanya karena guru yang mengajar telah datang.

...****...

Kriiinngg~ kriinnngg~

Bel berbunyi, tanda seluruh kegiatan telah usai hari ini. Setelah guru mengucapkan salam dan meninggalkan kelas, semua murid pun berbondong-bondong untuk pulang dengan tujuan yang berbeda, ada yang sudah lapar membayangkan makan siang yang tersaji di meja makan, ada juga yang langsung bermain bersama teman-teman, ada pula yang bekerja, salah satunya Savira.

"Sar, aku duluan ya, ga enak kalau aku telat. Assalamu'alaikum.. " tutur Savira seraya melambaikan tangan pada Sarah.

"Waalaikumsalam, semangat kerjanya Viraa!!! " sahut Sarah tak kalah semangat melambaikan tangan tanda perpisahan untuk hari ini.

*CAFE*

Tring~

"Ouh, Hai Savira!" sapa salah seorang waiter yang sedang melayani pelanggan, sebut saja Wawan.

"Hai kak, maaf Vira telat, hehe"

"Ga telat kok. Yaudah kamu ke belakang aja terus, gantiin Sinta di kasir! " pinta Wawan.

Savira membalas dengan anggukan disertai ancuan jempol, setelah itu langsung menuju ke belakang, tepatnya ruang ganti para pekerja di cafe tersebut, untuk mengganti baju sekolahnya dengan baju seragam yang sudah diberikan ketika pertama kali ia mulai bekerja.

"Kak Sinta, " sapa Savira ketika ia sudah selesai menggati pakaiannya dan menuju kasir untuk berganti shift.

"Ouh, Savira. Kamu udah makan? Makan dulu atuh kalau emang belum, " ujar Sinta sembari melayani pelanggan yang hendak membayar, ada juga yang ingin memesan.

"Belum sih, hehe" jawabnya disertai cengiran yang menggemaskan menurut Sinta.

Ouh iya, dari semua pekerja di cafe ini, cuman Savira sendiri yang masih sekolah tingkat akhir, yang lainnya ada yang kuliah, ada juga yang tidak. Dari karena itu, semua memperlakukan Savira dengan penuh sayang, mereka juga tau seperti apa kehidupan si gadis itu, walau tak rinci, setidaknya jika ada yang bertanya, siapa Savira? Atau bagaimana Savira itu? Mereka sudah tau jawabannya.

"Makan dulu sana, nanti sakit loh kalau telat makan, "

"Emm, emang ga papa kalau Savira makan dulu? Tapi ini kan udah jatah Savira, kakak ... "

"Ga papa sayaangg... " gemas Sinta seraya mencubit halus pipi Savira yang tak terlalu tirus, tapi juga ga gembil.

"Yaudah, Savira makan dulu yaa, ga lama, janji, " ujarnya dengan menunjukkan jari kelingking tanda ia berjanji. Sinta hanya mengangguk dengan senyuman cantiknya.

Tak lama, selang 20 menit, Savira sudah berada di kasir, menggantikan Sinta yang harus ke kampus 5 menit yang lalu.

Waktu terus berjalan, tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 8, waktu bagi Savira dan seluruh pekerja membersihkan cafe sebelum ditutup.

Setengah 9 lewat 45 menit, Savira sampai di rumah, ketika sampai ia langsung disambut senyuman hangat dari sang Ibu yang menjadi penyembuh bagi letihnya.

"Assalamu'alaikum, Ibu. " ucapnya seraya bersalim takzim pada malaikat dihidupnya.

"Waalaikumsalam nak, gimana hari ini? Pasti capek ya sayang, " ucap sang Ibu sambil mengelus sayang kepala sang buah hati.

"Enggak kok, Bu. Capeknya udah hilang kalau liat Ibu, hehehe"

Nila hanya tersenyum menanggapi ucapan putri sulungnya ini, sudah terlalu sering mendengar sang putri mengatakan hal itu, hanya untuk menghibur hatinya yang selalu merasa bersalah pada ketiga buah hatinya.

Nila dan Ridwan, orang tua dari Savira, Ayu, dan Dino. Awalnya kehidupan Ridwan dan Nila sangat makmur, kehidupan mereka selalu serba tercukupi, Ridwan yang bekerja sebagai pegawai di sebuah perusaan dengan gaji yang lumayan besar, membuat kehidupan keluarganya bahagia. Namun sayang nya, ketika umur Savira menginjak 10 tahun, terjadi phk besar-besaran di negara ini, membuat banyak pekerja yang menjadi pengangguran, salah satunya Ridwan.

Disitu kehidupan mereka menjadi sangan sulit, terlebih sang istri yang sedang mengandung anak ketiga mereka, membuat biaya kehidupan bertambah banyak. Karena itu pula, Ridwan maupun Nila banyak berhutang, hanya demi sesuap nasi untuk ke tiga buah hati mereka.

"Ibu, Vira ada bawak makanan untuk Ibu, Bapak, sama adik-adik, " ucapnya seraya menunjukkan kantong plastik berisi makanan dari cafe. "Ini juga ada oleh-oleh dari Sarah. " Lalu ia menyerahkan dua paper bag pemberian Sarah tadi.

"Masya Allah, baik banget neng Sarah. Jangan lupa bilang makasih sekalian titip salam dari Ibu untuk nak Sarah ya, sayang. "

"He'em, " Angguk Savira.

"Yasudah, kamu teh bersih-bersih dulu sana, terus kita makan sama-sama, "

...****...

Setelah makan malam yang bisa di bilang telat tadi, Savira kembali ke kamar, kamarnya tak luas, juga tak terbuat dari beton seperti rumahnya dulu, hanya rumah yang terbilang sangat sederhana, terbuat dari triplek-triplek yang sudah nampak tua.

Hanya saja, sekarang sudah ada lampu yang menerangi, karena dari gajinya juga Savira bisa membayar listrik rumah. Jika dulu, awal-awal pindah, rumah ini hanya di terangi lampion jaman, jadi jika mau belajar pun, harus duduk dekat dengan lampion tersebut, agar nampak jelas.

Saat ini Savira sedang membuat tugas sekolahnya, tak susah, karena Savira sendiri memang siswi berprestasi di sekolah. Setelah 15 menit, tugasnya pun selesai. Ia menyimpan buku tugas nya, dan juga langsung menyiapkan buku-buku untuk pelajaran besok.

Dirasa belum mengantuk, Savira pun memilih membuka laptop miliknya, sekedar untuk mencari info beasiswa untuk jurusan yang ia inginkan. Laptop ini bukan ia beli, tapi hadiah ulang tahun dari Sarah tahun lalu, sudah dijelaskan bukan, Sarah itu memang anak yang tidak pelit, terlebih untuk sang sahabat yang sudah ia anggap keluarga itu.

"Emm ... Seoul National University, " ucapnya, membaca nama univ yang sedang membuka beasiswa bagi murid-murid berprestasi.

"Tapi ini di Korea, jauh sekali jika harus kesana. Belum lagi biaya untuk berangkatnya, hemm... "

Gerakkan jarinya mengetuk-ngetuk dagu memikirkan berapa kira-kira keseluruhan biaya yang ia perlukan.

"20 juta setidaknya uang yang harus ada, walaupun tempat tinggal memang disediakan, tapi aku tetap butuh pegangan selama di sana, " gumamnya. "Bahkan jika aku kumpulkan uang jajan bulanan dari beasiswa sekarang, digabung gajiku pun takkan cukup, "

Ia menarik nafas panjang, netranya menatap kalender yang ada, " 5 bulan lagi ujian kelulusan, jika memang ingin mengambil beasiswa ini, setidaknya sebelum ujian kelulusan uangnya harus ada kan? "

Memejamkan mata sejenak untuk merilekskan otak, setelahnya satu keputusan ia dapat.

"Huuh, baiklah sepertinya aku harus bekerja lebih keras dan lebih berhemat untuk sekarang. Bagaimanapun aku akan buktikan pada dunia, bahwa aku bisa menjadi salah seorang dokter yang hebat. Jika aku sudah sukses nantinya, Bapak, Ibu, Ayu, dan Dino akan ku ajak ke Korea untuk tinggal bersama ku. " ucapnya disertai senyuman ketika membayangkan hal itu akan terjadi.

"Semangat Savira!! "

...****...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!