Setelah dari cafe, kini Sarah dan Savira sedang berada dalam mobil, perjalanan menuju rumah Savira. Iya, tadi Sarah sudah memberi tahu Pak Bayu untuk menjemput dirinya dan Savira di cafe samudra. Karena itu sekarang mereka akan mengantar Savira dulu, baru Sarah pulang.
"Ouh ya Vir, besok kamu tetap sekolah yaa" pinta Sarah tanpa menatap Savira, karena ia sedang fokus dengan ponselnya.
"Tapi kan aku lagi di skro, Sar, "
"Enggak kok, ga jadi. Udah di batalin, tadi Papa bilang. "
"Kamu kasih tau Papa Adit tetang ini? Kan aku udah bilang ga usah, "
"Iihh, ga papa, lagian ya, kita ini udah mau lulus beberapa bulan lagi, emang lo mau ketinggalan pelajaran? " tanya Sarah dengan tatapan mengintimidasi Savira.
"Ya enggak, tapi-"
"Ga ada tapi tapian Saviraaa. " gemas Sarah. Teman nya ini batu sekali, bukannya menurut saja.
"Yaudah deh, makasih ya Sar, "
"Heem sama-sama"
Setelah itu hening, hingga mobil Sarah berhenti tepat di depan rumah Savira.
"Makasih ya Sar, Pak Bayu, udah mau nganterin Savira. "
"Sama-sama Non, "
"Yee, biasa aja kali, lo mah kaya sama siap aja. Yaudah ya, gue mau pulang udah ngantuk. Nanti balen-balen lagi yaa, " pintanya dengan tatapan anak kucing miliknya.
"Bisa bangkrut aku kalau bayarin kamu terus, kekeke, "
"Hehe, yaudah, bye Saviraaa. Assalamu'alaikum, "
"Waalaikumsalam"
Setelah mobil yang di tumpangi Sarah tak terlihat lagi, barulah Savira memasuki rumahnya. Sepertinya ia harus langsung tidur sekarang, tubuhnya letih sekali.
...****...
Seperti ucapan Sarah semalam, kini Savira berjalan memasuki kelas, membuat tatapan bingung seluruh anak kelas, terlebih Jeje.
'Kok si miskin sekolah? Kan seharusnya dia ga sekolah untuk 2 minggu ke depan? ' batin Jeje heran.
"Hey miskin! Kok lo sekolah? " tanya Ica.
"Iya tuh, lo kan di skro, jangan kira kita-kita ga tau ya! " ketus Naifa.
"Ah, itu-" Belum sempat Savira selesai bicara, dari belakang datang Sarah memotong ucapannya dengan seorang pemuda yang mengikutinya.
"Bokap gue yang nyuruh Savira tetap sekolah! Kenapa? Mau protes lo pada? " Jika Sarah sudah membawa-bawa orang tuanya, tak ada lagi yang berani menentang. Bahkan Ica dan Nafisa pun tidak mencela lagi.
Karena bagaimana pun, orang tua Sarah lebih berkuasa di sini, secara sekolah ini milik keluarga nya, jelas tak ada yang berani.
"Cih, pakek backing rupanya. " cela Jeje, tak sadar bahwa selama ini dirinya pun begitu.
"Lo ga ada kaca ya di rumah? Mau gue beliin? Pilih aja mau yang segede apa, " sinis Sarah. Pemuda yang sedari tadi mengikuti Sarah hanya menatap diam perdebatan di depannya.
"Ga perlu, gue juga kaya! " Ketus Jeje. Sarah hanya tersenyum sinis menanggapi.
"Ouh, tapi sayangnya masih kayaan gue sih. Lo mah ga ada apa-apanya! " ucap Sarah sombong. Tak apa, ia sombong di hadapan orang yang tepat.
"Vir, mending lo ikut gue, ayuk, ga usah di sini, suasananya terlalu suram, " ucapnya dan menarik tangan sang sahabat, dan juga mengkode pemuda tersebut untuk mengikutinya.
"ArrghhH!! SARAAHH?! " Amuk Jeje. Ia sangat kesal dengan Sarah yang terus menganggu kesenangannya. Tapi, ia tak bisa berbuat apa-apa, orangtuanya akan kalah jika berhadapan dengan orangtua Sarah.
...****...
Sekarang mereka bertiga sedang berada di rooftop sekolah, tidak pernah ada murid yang kesini, karena kunci rooftop tersebut hilang, tapi tanpa sepengetahuan guru, sebenarnya kunci tersebut di sembunyikan oleh sekelompok siswa nakal yang sering membolos. Salah satunya pemuda di hadapan Sarah ini, pemuda tersebut, atau panggil saja Raiden, adalah salah satu murid-murid yang bisa di bilang nakal, dan sering ikut tauran, bahkan Raiden ini ketuanya. Namun sayangnya, si tampan tapi nakal ini tak bisa di hukum, karena setiap di beri hukuman, pasti ia dan teman-temannya akan menghilang.
Di antara mereka hanya Alfi, yang paling sukarela menerima hukuman. Yaa mau bagaimana, anaknya memang baik, hanya saja sangat pendiam, dan juga dingin. Tapi ia juga sangat pintar melebihi Raiden. Bisa di bilang, sebelas dua belas dengan Savira.
Di rooftop tak hanya ada mereka bertiga, tapi kawan segeng Raiden juga ada di sana, termasuk Alfi. By the way walaupun ia siswa paling rajin, tapi jalan salah, ia selalu ikut membolos seperti ini, alasannya satu, ia sudah terlalu pandai untuk mendengar guru menjelaskan. Dia juga ikut tauran, walaupun cuma sebagai penonton, tak ikut berkelahi seperti temannya yang lain, ia tak ingin wajah tampannya rusak karena di tonjok.
"Nah, kita di sini aja dulu Vir. Gue lagi malas belajar, hehehe"
"Ihh ga boleh bolos Sarah, nanti kalau Papa sama Mama tau gimana? " tanya Savira. Jujur ia takut, padahal Papa Adit sudah mau membebaskan nya dari hukuman, malah sekarang ia membolos.
"Ga akan, gue udah nyogok guru buat ga bilang ke Papa kalau kita bolos, tenang aja, " ucap Sarah seraya dengan santai merebut satu bungkus snack yang berada di pangkuan Anhar.
"Anjing! Jangan diambil semua oi! Gue juga mau elah. Lo padahal tajir, tapi makanan gue yang cuman rakyat jelata pun lo makan! " sungut Anhar. Sarah mah bodoh amat, yang penting ia makan. Tapi, Savira menjadi tak enak dengan tingkah sang teman. "Oi Raiden, pacar lo noh! " adu Anhar, yang hanya di anggap angin lalu oleh Raiden, yang sekarang malah asik menatap Sarah.
"Pacar? " beo Savira tiba-tiba, membuatnya menjadi pusat perhatian. Begitu pun dengan Sarah yang langsung berhenti makan.
Ia lupa, sungguh benar-benar lupa memberitahu kabar ini pada Savira. "Hehehe, sorry Viraa, gue lupa mau bilang sama lo,"
"Ih ga seru ah, main rahasia-rahasiaan! " sungut Savira pura-pura ngambek. Sayangnya malah dianggap serius oleh Sarah. Jujur Savira tak pernah marah padanya, jadi ia takut jika sang teman marah.
"Aaa~~ jangan marah Viraa, sumpah gue lupaa, Viraaa~~" Rengeknya tanpa malu.
"Hahaha, iyaa, aku tuh ga marah tauu, asal kamu senang mah, aku juga senang. Jadi kapan kalian mulai pacaran? " tanya Savira lagi.
"Waktu lo pergi Olimpiade, hehehe" Savira manya mengangguk saja sebagai jawaban.
"Lo si miskin culun yang sering di bully Jeje ya? " tanya Zafran. Tentu mengundang tatapan tak suka dari Sarah, walaupun mungkin di sini Zafran tak berniat mengejek, hanya saja ia kan tidak tau siapa gadis ini.
"Iya, itu aku. " jawab Savira pelan.
"Ehh, lo jangan sedih, gue ga ada maksud ngejek kok, suer " ucapnya cepat saat menyadari tatapan menyendu Savira, dan tatapan Sarah yang semakin tajam. Juga jangan lupakan tatapan jengah Raiden, dan tatapan dingin dari salah satu diantara mereka.
'Hellooo?? Kenapa jadi semuanya natap gue gini? Tu orang juga napa ikut-ikutan? ' batin Zafran.
"Ga papa kok. Kenalin, nama aku Savira" ujar Savira memperkenalkan diri kepada semua yang ada di sana.
"Gue Zafran, yang tadi makanannya di rebut Sarah itu Anhar, kalau yang agak menghitam di pojokan namanya Antoni, "
"Sialan lo bilang gue hitam! " cerca Antoni tak terima.
"Ih, diem dulu. Nah kalau yang lagi main game cooking mama, namanya Dimas, "
"Anjay, cooking Mama, hahahaha" tawa Anhar, sedangkan Dimas memutar bola mata malas, sudah tau sekali bagaimana sifat Zafran itu.
"Yang terakhir itu Alfi, dia anak nya mah diem bae, tapi perhatian sama peka. " Lanjutnya. Setelah itu ia menyodorkan handphone nya pada Savira, membuat tatapan bingung pada gadis itu. "Mau nomor lo dong, sapa tau bisa kaya Raiden ama Sarah, " ucapnya seraya menarik turunkan alisnya.
"Ga ada! Ga ada! Ga sudi gue, kalau sampai Savira ama buaya amazon kaya lo. Mending dia sama Alfi atau Dimas, " tolak Sarah.
"Ih sirik aja lo Sar. Lagian Dimas mah udah ada yang punya tau, jadi Savira sama gue aja, "
"Alfi masih ada kali Fran, " sahut Antoni. Savira hanya tertawa pelan, konyol sekali pikirnya. Mana mungkin ada yang mau dengan orang miskin nan culun seperti nya. Setelah memasukkan nomor telponnya, ia kembali menyerahkan ponsel mahal itu pada sang empu.
"Okeeeyy, makasih cantik"
"Sama-sama"
"Vir, pokoknya gue ga setujuh ya kalau lo sama ni buaya, ga mau gue, " pinta Sarah pada Savira.
"Iyaa, lagian aku juga ga mau pacaran, aku mau fokus sama masa depan aku dulu. Kalau masa depan aku udah cerah, baru aku cari pasangan seumur hidup. " ucapnya, yang tanpa di sadari membuat salah seorang di sana tersenyum manis.
"Pasti beruntung banget tu cowok dapat cewek cantik bestu sopan lagi kaya lo" puji Antoni.
"Enggak ah, bisa aja kamu" Lalu mereka tertawa bersama, bercanda gurau menghabiskan waktu.
'Gue pastiin, cowo yang beruntung itu gue Vir.'
...****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Resky Herianti
lanjut dong thor ..kok gk up lgi sih
2022-09-27
1