Cinta Gadis Penakluk Iblis

Cinta Gadis Penakluk Iblis

Episode 1. Rumah Sakit

Lea berdiri di ujung lorong sebuah rumah sakit. Jam yang melingkar di tangannya menunjukkan pukul 12 malam. Langkahnya berat, lorong panjang di depannya terlihat gelap.

Sejak hari pertama ayahnya rawat inap di rumah sakit, Lea paling benci lorong ini. Udara yang mengisi ruangan lebih dingin dari ruangan lain. Hampir tidak ada aura mahkluk bernyawa di sekitarnya. Bahkan suara hewan malam pun tidak terdengar.

Dengan langkah berat Lea memaksakan diri berjalan. Dia menggenggam sekantung obat yang ditunggu sang ayah.

Lea berjalan hampir berlari, berpikir lebih cepat melewati lorong semakin baik. Setiap kali dia melewati sebuah bohlam, lampu yang dilewati itu akan mati lalu hidup lagi. Ketika lampu mati maka ekor matanya menangkap sesosok bayangan memakai baju putih berjalan di belakangnya. Semakin cepat dia memacu langkah maka semakin cepat pula bayangan itu mengikutinya.

Keringat mulai membasahi tubuh, satu persatu jajaran bohlam di langit-langit bisa terlewati, dan bayangan sosok makhluk itu terus mengikuti. Tinggal satu buah lampu lagi yang tersisa. Pandangan Lea tertuju lurus pada cahaya lampu di depannya. Dalam hati dia merapalkan mantera, “Jangan mati, sedikit lagi aku melewati lorong ini,” yang diucapkan berulang-ulang.

“Sedikit lagi."

Tepat ketika kaki tinggal selangkah, tiba-tiba tap…semuanya gelap. Tidak tampak apapun di depannya. Dengan cepat tangannya menutupi wajah. Kakinya bergetar karena gemetar.

“Aku tidak akan membuka mataku,” bisiknya ketakutan.

Dia merasakan sesuatu yang dingin menyentuh bahunya. Tengkuknya menggigil merasakan gerakan udara yang muncul dan menghilang. Makhluk itu bernapas tepat di belakang gadis muda itu.

“Siapa kamu?” bisik Lea hampir tak bersuara.

“Kau ingin tahu? Bukalah matamu.”

Lea menggeleng, “tidak akan.”

“Baiklah, maka aku akan memaksamu membuka mata!”

Tangan dingin itu bergerak perlahan. Naik keatas dari bahu menuju pipi Lea. Membelai dan menebarkan teror menakutkan. Bermain sebentar lalu dengan cepat tangan itu berpindah di depan mulut dan membekap Lea kuat-kuat.

“Ah…argh, le…pas,” susah payah Lea berusaha melepaskan tangan itu tapi gagal. Napasnya mulai tersengal tinggal satu-satu, “le…pass.”

Cengkeraman tangan dingin itu terlalu kuat.

“Buka matamu!” perintah makhluk itu dengan suara tidak jelas lebih mirip *******.

“Ahp…ahp, ba…ik, lepaskan dulu tanganmu,” Lea meminta tanpa bersuara.

Yang mengejutkan makhluk itu paham apa yang diminta Lea. Perlahan tangan itu melepaskan cengkeramannya bersamaan dengan Lea yang membuka matanya.

“Hua…,” terdengar makhluk itu berteriak tepat di depan muka Lea dengan mulut menganga yang beraroma darah dan wajah mengerikan, bersamaan dengan itu Lea berteriak, “aaa…”

Lea terduduk dan kembali menutup wajah dengan kedua tangannya, tubuhnya gemetar.

“Pergi kamu…pergi!!” teriak Lea kuat-kuat ketika dia merasakan bahunya disentuh lagi oleh seseorang.

“Mbak…mbak, mbak baik-baik saja?”

Itu suara manusia, Lea mendongak. Di depannya berjongkok seorang lelaki tengah baya menunjukkan wajah khawatir.

“Kamu baik-baik saja?” tanya lelaki itu memberikan sebotol air mineral.

“Saya baik-baik saja,” napas Lea masih memburu, tubuhnya masih bergetar.

Lelaki itu mengamati Lea dan kembali bertanya, “yakin kamu baik-baik saja?”

Lea mengangguk sebagai jawabannya.

“Kalau begitu kamu bisa saya tinggal?” Lea diam. Laki-laki itu berjalan meninggalkan Lea.

Bergegas Lea berdiri dan berlari mengikuti orang itu dari belakang. Suara langkah keduanya terdengar jelas saking sunyinya malam itu, ‘tap…tap…’ begitu terus bergantian.

“Rupanya kamu takut?” ucap lelaki yang berjalan di depannya, Lea tetap tidak menjawab.

Ruang perawatan bapak sudah terlihat di depan. Tiba-tiba lelaki itu berhenti dan berbalik badan. Lea terpaksa menghentikan langkahnya dan berdiri tepat di depan orang itu.

“Lain kali, minta ditemani kalau takut.”

“Lihat itu wajahmu masih pucat.”

Lea baru menjawab ketika lelaki setengah baya itu meninggalkannya, “terimakasih,” teriak Lea.

Waktu Lea sampai di kamar perawatan, bapak masih tidur. Selang oksigen masih menancap, tetapi bapak bernapas dengan lebih baik, tidak lagi tersengal.

Lea membelai rambut bapak. Menaikkan selimut yang mulai turun dan berkumpul di area kaki. Diatas nakas ada sisa nasi. Rupanya bapak masih belum menghabiskan makannya malam ini.

Perhatian Lea terpecah saat mendengar suara tangisan diiringi teriakan dari kamar sebelah. Lea berlari keluar.

Rupanya pasien sebelah baru meninggal. Lea berjalan menuju kamar itu. Seperti ada kekuatan yang menariknya untuk mendekat.

Mulut Lea menganga setelah mengintip wajah pasien yang meninggal. Bapak itu, dia terbujur kaku diatas tempat tidur.

“Sedang melihat apa?” seseorang menepuk bahunya dari belakang. Belum juga keterkejutannya hilang. Dia makin gemetar melihat siapa yang berdiri di hadapannya kini.

“Bapak?!” di depannya kini berdiri lelaki dengan wajah yang sama.

Lea melihat kebawah, berusaha menangkap bayangan kaki orang di depannya. Apakah kakinya menginjak tanah? Tidak! Kakinya tidak menginjak tanah.

Lea ingin lari tapi badannya kaku tak bisa bergerak. Wajahnya makin pucat. Lelaki yang berdiri di depannya tersenyum. Tapi baginya senyum itu menakutkan. Lea melaknat dirinya sendiri karena masih takut melihat hal-hal yang seumur hidup dilihatnya. Marah dalam hati karena kakinya selalu lemas seperti jeli ketika melihat makhluk-makhluk tak kasat mata seperti sekarang.

“Maaf!”

Lea berlari kembali ke kamar bapak. Keringat dinginnya membasahi punggung dan wajah. Di hatinya terus membaca doa-doa, doa apapun yang dia ingat, jangan sampai laki-laki tua itu datang ke kamar.

Tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk. Lea duduk merapat ke tubuh bapak. Dia berharap bapak bisa melindunginya meskipun dengan mata tertutup.

Tangan lea memegang erat bantal. Dia beringsut makin menempel pada kepala ranjang.

Gagang pintu perlahan bergerak kebawah. Bunyi derit pintu nyaring terdengar memecah malam.

“Pergilah...” bisik Lea.

Perlahan pintu terbuka, remang cahaya menerobos dari balik pintu. Seseorang melongok ke dalam kamar, pakaiannya berwarna putih setinggi lutut. Wanita itu...Lea mulai gemetar.

“Mbak...”

Lea bergegas menutup matanya. Dia menjerit pelan tapi bahkan suara pun tidak mau keluar dari bibirnya.

Derap langkah itu mendekat, ‘tok...tok...tok.

Itu suara sepatu ber-hak tinggi. Mana ada perawat zaman sekarang yang sepatunya pakai high heels.

“Mbak,” orang itu menyentuh tangan Lea. Tangannya dingin, apakah ini sosok yang tadi mengikuti aku di lorong?

“Mbak, tolong minggir sebentar saya mau mengganti infus bapak.”

Barulah Lea berani membuka mata, “eh...iya silahkan.” Napasnya berangsur lega. Padahal sebelumnya Lea ingin menghentakkan tangan itu dan berlari keluar.

“Maaf ya, pak jadi kebangun,” ucap perawat ketika melihat bapak membuka mata.

Lea melihat kebawah mengintip sepatu apa yang dipakai perawat. Bukan high heels, Lea menghela napas, tolong jangan ganggu aku lagi malam ini.

“Sudah selesai pak, silahkan istirahat lagi.”

“Terimakasih sus,” ucap bapak.

“Kamu sudah datang Le?”

“Bapak tidur lagi saja. Lea akan jaga bapak.”

Bapak mengamati wajah anak gadisnya. Kasihan, pasti anaknya lelah, “kamu istirahat le, wajahmu pucat begitu.”

“Mmm.”

Malam makin larut, bapak kembali terlelap. Lea berusaha untuk memejamkan mata meski itu tidak mudah. Harapannya hanya satu, esok hasil pemeriksaan dokter sudah baik. Agar bapak bisa segera pulang.

...***...

Episodes
1 Episode 1. Rumah Sakit
2 Episode 2. Restoran
3 Episode 3. Tuan Arogan
4 Episode 4. Suster Gepeng
5 Episode 5. Tempat dan Waktu yang Tepat
6 Episode 6. Wanita Penggoda
7 Episode 7. Gadis Ekor Kuda
8 Episode 8. Bayi Kuntilanak
9 Episode 9. Menghilanglah
10 Episode 10. Rabu...
11 Episode 11. Maya...
12 Episode 12. Kamar Berpalang Pintu Pita Kuning
13 Episode 13. Menemukan Rasa Itu
14 Episode 14. Maya 2
15 Episode 15. Maya 3
16 Episode 16. Dr Franky Tambunan
17 Episode 17. Kematian Mengerikan Suster Gepeng
18 Episode 18. Tak Senonoh
19 Episode 19. Hampir Saja...
20 Episode 20. Terselamatkan
21 Episode 21. Terjebak
22 Episode 22. Penghalang
23 Episode 23. Lupakan Saja
24 Episode 24. Hantu Air
25 Episode 25. Gadis Kecil Bertubuh Basah
26 Episode 26. Belum Mau Pulang.
27 Episode 27. Baju Kurang Bahan
28 Episode 28. Gubuk Tengah Hutan
29 Episode 29. Sindikat
30 Episode 30. Aku Hebat Bukan...
31 Episode 31. Menjaga Hidupmu
32 Episode 32. Ciuman Pertama.
33 Episode 33. Tentang Masa Lalu
34 Episode 34. Jangan Jauh Dariku
35 Episode 35. Mencintaimu
36 Episode 36. Tak Akan Mudah
37 Episode 37. Permainan Dimulai
38 Episode 38. Permainan Kematian
39 Episode 39. Permainan Kematian 2
40 Episode 40. Permainan Kematian 3
41 Episode 41. Permainan Kematian 4
42 Episode 42. Menikah...?!
43 Episode 43. Diam-Diam Suami Orang
44 Episode 44. Tentang Miranda
45 Episode 45. Perjanjian Yang Tidak Bisa Diperhitungkan
46 Episode 46. Pesugihan Kumboro
47 Episode 47.
48 Episode 48. Dia Milikku
49 Episode 49. Serasa Simpanan
50 Episode 50.
51 Pengumuman
Episodes

Updated 51 Episodes

1
Episode 1. Rumah Sakit
2
Episode 2. Restoran
3
Episode 3. Tuan Arogan
4
Episode 4. Suster Gepeng
5
Episode 5. Tempat dan Waktu yang Tepat
6
Episode 6. Wanita Penggoda
7
Episode 7. Gadis Ekor Kuda
8
Episode 8. Bayi Kuntilanak
9
Episode 9. Menghilanglah
10
Episode 10. Rabu...
11
Episode 11. Maya...
12
Episode 12. Kamar Berpalang Pintu Pita Kuning
13
Episode 13. Menemukan Rasa Itu
14
Episode 14. Maya 2
15
Episode 15. Maya 3
16
Episode 16. Dr Franky Tambunan
17
Episode 17. Kematian Mengerikan Suster Gepeng
18
Episode 18. Tak Senonoh
19
Episode 19. Hampir Saja...
20
Episode 20. Terselamatkan
21
Episode 21. Terjebak
22
Episode 22. Penghalang
23
Episode 23. Lupakan Saja
24
Episode 24. Hantu Air
25
Episode 25. Gadis Kecil Bertubuh Basah
26
Episode 26. Belum Mau Pulang.
27
Episode 27. Baju Kurang Bahan
28
Episode 28. Gubuk Tengah Hutan
29
Episode 29. Sindikat
30
Episode 30. Aku Hebat Bukan...
31
Episode 31. Menjaga Hidupmu
32
Episode 32. Ciuman Pertama.
33
Episode 33. Tentang Masa Lalu
34
Episode 34. Jangan Jauh Dariku
35
Episode 35. Mencintaimu
36
Episode 36. Tak Akan Mudah
37
Episode 37. Permainan Dimulai
38
Episode 38. Permainan Kematian
39
Episode 39. Permainan Kematian 2
40
Episode 40. Permainan Kematian 3
41
Episode 41. Permainan Kematian 4
42
Episode 42. Menikah...?!
43
Episode 43. Diam-Diam Suami Orang
44
Episode 44. Tentang Miranda
45
Episode 45. Perjanjian Yang Tidak Bisa Diperhitungkan
46
Episode 46. Pesugihan Kumboro
47
Episode 47.
48
Episode 48. Dia Milikku
49
Episode 49. Serasa Simpanan
50
Episode 50.
51
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!