Terpaksa Jadi Wanita Penghibur
Ini lah kisah nyata yang pernah aku alami di tahun 2016 silam. Menjadi seorang wanita penghibur, di salah satu tempat karaoke yang berada di kota Batam.
"Sini, sayang!"
Panggil Haris, dia melambaikan tangan nya pada ku. Dia memilih ku untuk menemani nya minum dan bersenang-senang.
"Iya bentar, bang!" jawab ku.
"Aku pamit duluan ya man teman." seru ku.
Aku berpamitan dan melambaikan tangan kepada para waiters lain nya, yang masih setia menunggu para tamu lain datang.
Aku berjalan dengan langkah cepat, untuk menghampiri Haris yang sudah menunggu ku di depan pintu utama.
"Ayo, bang!" ajak ku pada Haris.
Aku tersenyum dan menggandeng lengan Haris. Aku membawa nya masuk ke dalam ruangan karaoke tersebut.
"Duduk di sini dulu ya, bang! Aku mau pesan minuman nya dulu ke kasir sebentar."
Haris menuruti ucapan ku, dia duduk manis di tempat yang sudah aku pilih kan untuk kami berdua.
Aku segera bergegas menuju boks tempat penyimpanan tas para waiters, yang terletak di samping meja kasir untuk menyimpan tas ransel ku.
Setelah itu, aku mengambil ponsel dan memasukkan nya ke dalam saku celana panjang ku.
Aku memakai celana jeans putih panjang, dan kemeja hitam kotak-kotak. Pakaian kami semua nya memang harus sopan. Bos melarang keras para pekerja waiters nya memakai pakaian yang terbuka dan seksi.
Biar pun pekerjaan kami di mata orang-orang terlihat hina dan rendah, kami tetap harus menjaga penampilan agar tetap tertutup dan rapi.
Itu lah salah satu peraturan yang di terapkan di tempat kerja ku saat ini. Aku berjalan ke meja kasir, untuk memesan tiga botol minuman dan sebungkus rokok.
"Bil, pesan tiga botol minuman sama rokok sebungkus, ya!" pinta ku pada Billy.
"Oke, Ndah. Untuk meja no berapa, Ndah?" tanya Billy.
"Meja no lima, Bil." aku tersenyum manis kepada Billy sang kasir.
"Jangan senyum-senyum gitu, Ndah! Ntar malah kepincut pulak kau dengan wajah tampan ku ini." sindir Billy.
"Widiih, ge er banget si bambang tamvan ini!" balas ku.
Aku meledek Billy dengan menjulurkan lidah ku kepada nya. Kemudian, aku berlalu pergi dari hadapan Billy.
Aku menenteng tiga botol minuman, dan sebungkus rokok menuju ke meja no lima, dimana tempat Haris duduk tadi.
Sampai di meja, aku duduk di samping Haris dan menuangkan minuman itu ke dalam gelas. Aku menuangkan secara perlahan, agar minuman nya tidak berbusa.
Aku memasukkan beberapa butir es batu ke dalam gelas minuman itu. Setelah itu, aku menyerahkan gelas itu ke tangan Haris yang duduk tepat di samping kiri ku itu.
"Ini minuman nya, bang!"
Haris menerima gelas itu dari tangan ku, dan aku pun mengajak nya untuk bersulang.
"Ayo kita bersulang, bang!" ajak ku.
"Oke, sayang." balas Haris.
Aku dan Haris pun mengangkat gelas masing-masing dan "cheers." Kami berdua meminum minuman itu sampai tandas dalam satu nafas sekaligus.
Mata ku langsung terpejam, karena menahan kan rasa pahit yang amat sangat dari minuman tersebut. Kepala ku langsung terasa berat dan pusing akibat minuman itu.
Karena pada dasarnya aku bukan lah seorang peminum. Maka dari itu aku mudah pusing, walaupun hanya meminum sedikit saja minuman keras tersebut.
Setelah pusing di kepala ku sudah agak mendingan, aku mengambil rokok dan menyalakan nya. Sambil menghisap rokok, aku sempat kan melirik sedikit kepada Haris, yang berada di samping ku.
Dan ternyata, dia sedang melihat ku dengan tatapan yang aneh. Namun, aku sama sekali tidak menghiraukan nya, dan tetap pura-pura acuh dengan tatapan nya itu.
Aku terus saja menghisap rokok yang ada di tangan ku, dengan pandangan kosong lurus ke depan.
"Kamu sedang mikirin apa, Ndah?" Haris bertanya sambil terus memandangi wajah ku.
"Kepala ku lagi pusing, bang. Terlalu banyak masalah yang harus aku hadapi saat ini."
Jawab ku jujur sambil memegangi kepala yang mulai berdenyut-denyut nyeri.
Sedikit cerita tentang Haris, dia adalah salah satu tamu langganan di tempat karaoke kami. Setiap kali Haris datang, dia selalu meminta ku untuk menemani nya.
Dia tidak ingin di temani dengan waiters lain selain dengan ku. Waktu itu pernah sekali dia datang, sewaktu aku libur atau of kerja. Saat Haris datang, dia langsung mendatangi teman-teman ku.
Haris memandangi satu persatu, wanita yang ada di bangku panjang tersebut. Lalu, dia bertanya kepada salah satu teman ku yang ada di tempat itu.
"Indah gak kerja ya, dek?" tanya Haris.
"Gak, bang. Si Indah lagi of malam ini." jawab teman ku Tia.
"Ada perlu apa dengan si Indah, bang?" tanya Tia lagi.
"Oh, dia sedang libur, ya. Gak ada perlu apa-apa sih, dek. Cuma pengen ketemu aja sama, si Indah." jawab Haris.
"Abang, mau minum ke dalam?" tanya Tia.
Teman ku Tia tersenyum kepada Haris, lelaki yang sedang mencari ku itu.
"Maaf ya, dek. Lain kali aja saya datang lagi kesini, kalau si Indah sudah masuk kerja."
"Oke sip, bang." balas Tia.
Tia mengacungkan jempol pada Haris. Haris menjadi salah tingkah, dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil tersenyum.
"Oke lah kalau begitu, saya pamit dulu ya, dek!" pamit Haris.
Haris mulai melangkah kan kaki nya, dan meninggalkan tempat karaoke itu.
"Oke, hati-hati di jalan ya, bang." ucap Tia.
"Iya, dek." balas Haris.
Tia memandangi Haris yang sudah berlalu pergi dari hadapan nya. Haris berjalan menuju mobil nya yang sedang terparkir di depan gedung karaoke.
Itu lah salah satu kejadian yang di ceritakan oleh teman ku Tia. Tentang salah satu tamu yang mencari keberadaan ku, sewaktu aku of atau libur kerja. Dia lah lelaki yang sedang aku temani minum saat ini.
"Ini masalah tentang ayah ku, bang." jawab ku.
Aku kembali menghisap rokok dengan pandangan menerawang. Sedang kan Haris, dia menopang kan dagunya sambil memandangi wajah ku.
"Kenapa dengan ayah mu, Ndah? Apa ada masalah di sana?" tanya Haris lagi.
Aku menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan nya secara kasar. Kalau boleh jujur, sebenarnya aku malu untuk mengatakan tentang sifat ayah ku kepada orang lain.
Tapi, dada ini rasa nya sesak bila tidak mencurahkan semua keluh kesah ku itu. Karena melihat ku sedari tadi hanya terdiam, Haris pun kembali bersuara.
"Ceritakan saja masalah mu itu dengan ku, Ndah! Jangan kamu pendam sendiri, aku siap kok jadi pendengar keluhan mu itu." lanjut Haris lagi.
"Ini masalah uang, bang." jawab ku ragu.
Aku langsung menunduk setelah mengucap kata-kata itu. Sedangkan Haris, dia langsung memeluk tubuh ku dari samping. Dia seakan-akan tahu kalau saat ini aku sedang bersedih.
Ya, aku memang sedang bersedih, aku terluka, dan aku lelah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments
Anonymous
bneran kisah author ini
2023-04-20
1
Jesi Jasinah
lanjut
2023-04-09
1
Laksana mutiara🥀
CINTA MUSLIMAH SI GADIS BISU TELAH HADIR NIH...KAK.😊😉 Btw...kisahnya sedih😢 dia terpaksa menjadi wanita penghibur hanya karena uang...😭😭😭 Ini kisah author sendiri, 'kah?😟
2023-02-12
1