Di tengah dentuman musik yang sangat memekakkan telinga, aku dan Haris meneguk kembali sisa minuman yang ada di gelas masing-masing. Aku dan Haris saling pandang memandang satu sama lain.
"Oke, kalau kamu gak mau cerita sekarang gak papa. Nanti kita berdua keluar aja ya! Kita cari tempat yang enak buat cerita." usul Haris sembari memeluk erat tubuh ku.
Suasana pun menjadi hening seketika, di antara kami sudah tidak ada yang berbicara lagi. Aku dan Haris saling berdiam diri, dan menatap lurus ke depan dengan pandangan kosong.
Kami berdua sibuk dengan pikiran masing-masing, sambil terus memandangi layar tv besar, yang menampilkan videoklip dari lagu yang di putar kan oleh DJ.
Masih dengan posisi yang sama, Haris masih tetap memeluk erat tubuh ku. Aku menoleh pada Haris dan bertanya pada nya.
" Mau nyanyi gak, bang?" tanya ku.
"Boleh, mau nyanyi lagu apa kita?" tanya Haris balik.
"Lagu duet aja gimana, bang?" usul ku.
Aku mengambil pena dan kertas kecil yang sudah tersedia di kotak tisu yang terletak di atas meja. Setelah mendapatkan nya, aku pun langsung mencatat judul lagu yang di sebutkan Haris.
Selesai mencatat, aku segera berdiri dan berjalan menuju ruangan tempat di mana sang DJ berada.
"Bayu, ini lagu kami di meja dua ya!" ujar ku.
Aku menyodorkan kertas kecil yang sudah ada catatan lagu di dalam nya, kepada sang DJ karaoke kami.
"Oke, Ndah." balas Bayu.
Bayu tersenyum dan menyerahkan dua buah microfon kepada ku. Aku membalas senyuman nya dengan mengangguk kan kepala dua kali, sambil menerima microfon dari tangan nya.
Setelah itu, aku langsung melangkah dan kembali menghampiri Haris yang masih duduk di sofa meja kami tadi.
"Ini mic nya, bang! Abang pegang satu, aku pegang satu." ujar ku.
Aku menyerahkan microfon itu kepada Haris, dan dia pun langsung menerima nya. Kami berdua mulai bernyanyi ria dan bersukacita bersama.
Tidak perduli suara kami enak di dengar atau tidak. Yang terpenting adalah, kami berdua bisa happy dan bahagia bersama.
Setelah selesai bernyanyi, tidak terasa malam pun semakin larut. Haris melihat jam kecil yang melingkar di pergelangan tangan nya.
"Sudah jam satu, Ndah. Kita chas keluar aja ya? Kita cari tempat buat istirahat!" ujar Haris sembari menatap wajah ku.
"Emang nya kita mau kemana, bang?" tanya ku penasaran.
Aku mengerutkan kening mendengar ucapan Haris. Jujur saja, sebenarnya aku sedikit bingung dengan Haris. Mau kemana dia membawa ku selarut ini.
"Kita ke hotel, Ndah!" jawab Haris.
Haris mendekatkan wajah nya pada ku, dan tiba-tiba "cup." Haris mencium kilat pipi ku.
Aku langsung reflek menoleh pada Haris. Aku memasang wajah cemberut dan bibir mengerucut di hadapan nya.
"Jangan marah ya, Ndah. Aku khilaf, hehehe." ujar Haris sambil cengar-cengir salah tingkah.
"Iya, gak papa, bang." balas ku santai.
Aku berpura-pura acuh dan cuek, padahal hati ku sudah dag-dig-dug tidak karuan gara-gara ulah konyol nya barusan.
"Ya udah, ambil nota nya sana. Ndah!" titah Haris.
Dia membuka dompet dan mengeluarkan uang merah sebanyak lima lembar.
"Ini uang nya, Ndah. Sekalian bayar kan uang chas keluar nya, ya!" ujar Haris.
"Oke, bang." balas ku.
Aku langsung bergegas berjalan menuju meja kasir. Selesai pembayaran, aku langsung mengambil tas yang ada di samping meja kasir.
Setelah itu, aku pun kembali berjalan menghampiri Haris yang masih duduk santai di tempat nya.
"Ayok, bang!" seru ku.
Aku tersenyum semanis mungkin pada Haris, dan dia pun langsung berdiri dan merangkul pundak ku. Kami berdua berjalan beriringan menuju pintu keluar, dan langsung menuju ke parkiran mobil.
Haris membukakan pintu mobil nya untuk ku, aku pun langsung masuk ke dalam dan duduk di samping kemudi.
Sedangkan Haris, dia langsung mengitari mobil nya untuk masuk ke dalam. Dan dia pun duduk di belakang stir sambil memasang sealbeat nya.
"Kenapa belum dipasang sealbeat nya, Ndah?" tanya Haris sambil menaikkan kedua alis nya.
Haris heran melihat ku yang belum memasangkan sealbeat ke tubuh ku.
Aku hanya diam sambil berpura-pura tidak mendengar ucapan nya.
"Hmm, pura-pura gak dengar kuping nya ini ya!" ledek Haris.
Haris menjewer telinga ku pelan, lalu memasang kan sealbeat itu di tubuh ku.
Aku terpaku di tempat dengan mata yang membulat sempurna. Dada ku juga berdebar semakin kencang, saat Haris memasang kan sealbeat itu pada ku.
Wajah Haris berhenti tepat di depan wajah ku. Aku langsung reflek memejamkan mata, dan merasakan deru nafas nya yang saat ini sedang menerpa seluruh wajah ku.
Perlahan, aku pun mulai membuka mata. Aku melihat manik mata Haris yang hitam, sedang menatap ku dengan jarak yang sangat dekat. Jujur, aku sangat gugup saat ini.
"Kenapa, Ndah? kok gugup gitu, sih." tanya Haris dengan santai nya.
"What? Kenapa dia masih bertanya seperti itu pada ku? Apakah dia sama sekali tidak bisa merasakan detak jantung ku yang hampir copot akibat ulah nya?" gerutu ku dalam hati.
"Gak papa, bang. Ayo kita jalan, aku udah ngantuk banget nih! Pengen istirahat sekarang, hoam." ujar ku.
Aku berpura-pura menguap di depan Haris untuk menutupi kegelisahan hati ku saat ini.
"Oke, sayang ku. Kita jalan sekarang, ya!" jawab Haris.
Haris menyalakan kendaraan roda empat nya menuju jalan raya. Dia melajukan mobil nya dengan kecepatan sedang. Haris mencari salah satu hotel yang berada tidak jauh, dari tempat ku bekerja.
Hati ku selalu berbunga-bunga saat mendengar kata-kata sayang, yang sering terucap dari bibir Haris. Dia selalu saja memanjakan ku dengan kata-kata yang indah dan romantis.
Dan aku selalu menanggapi semua kata-kata nya itu dengan senyuman, untuk menutupi kegugupan ku.
"Andaikan kau tau, isi hati ku saat ini, bang. Mungkin kau akan tertawa terbahak-bahak, atau mungkin kau akan meledek ku, atau bisa juga kau akan menjauhi ku."
Aku membatin sambil terus mencuri-curi pandang pada Haris, yang sedang fokus memandang lurus ke jalanan.
Setelah puas mencuri pandang pada Haris, aku mulai memejamkan mata dan sesekali mengintip sedikit kepada nya. Haris mengemudi kan kendaraan roda empat nya dengan fokus dan serius.
"Mendingan, aku pura-pura tidur aja ah. Kalo kelamaan memandang wajah nya, bisa-bisa aku lemah jantung pula nanti nya, hihihi."
Aku terkikik geli dalam hati. Aku sedang mengkhayal kan hal yang tidak mungkin bisa aku dapat kan. Ya, aku sadar dengan status ku yang bekerja sebagai wanita penghibur.
Menemani banyak lelaki setiap malam nya, mabuk-mabukan, dan seorang perokok berat tentu nya.
Mana mungkin ada laki-laki yang sudi, menjadi kan ku sebagai istri nya. Kalau pun ada, seribu satu untuk mendapatkan nya.
Itu lah sebab nya aku selalu minder, jika ada laki-laki yang ingin mendekati ku. Menyatakan cinta nya pada ku, dan bahkan ingin menikahi ku.
Aku tidak pernah percaya atas semua gombalan-gombalan mereka.
Tapi aku juga tidak munafik, aku juga ingin hidup normal seperti wanita-wanita lain nya. Hidup bahagia dengan pasangan hidup nya.
Namun, semua itu harus pupus dan kandas. Karena tuntutan dan tanggungan keluarga, yang harus aku penuhi dan juga aku cukupi.
Dan aku juga menyadari siapa diriku ini. Hanya lah seorang wanita pendosa yang kotor dan bergelimangan dosa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments
Bagja
hadir kak indah😊
2023-01-16
1
Leo
mantap cerita
2022-09-16
0