Takdir Cinta Riana

Takdir Cinta Riana

Bab 1. Gaun Pengantin

"Cantik." Fikri mengangkat kedua tangannya, lalu mengarahkan jempol pada Riana yang sudah terlihat begitu cantik dengan gaun berwarna putih

Riana tersenyum, lalu segera membalik tubuhnya dengan wajah yang bersemu. Pujian sederhana itu, membuat jantungnya berdebar tidak karuan.

Hari ini, Riana dan Fikri mendatangi salah satu butik yang sudah di siapkan oleh sang Ibu untuk melakukan fitting baju pengantin. Kebaya khas pengantin, juga satu buah gaun panjang yang indah terlihat begitu pas di tubuh Riana.

Sedangkan Fikri, memang sudah sejak tadi menyelesaikan fitting baju nya. Karena memang baju yang di siapkan untuknya hanya berupa dua pasang jas putih untuk akad nikah, dan satu stelan lagi untuk resepsi nanti.

Setelah Riana kembali ke dalam ruang ganti, Fikri kembali sibuk dengan laporan-laporan pekerjaan di hotel yang masuk ke dalam ponselnya.

Rianti, calon ibu mertuanya memang sudah mempercayakan seluruh pengelolaan hotel padanya. Wanita yang masih begitu bersemangat bekerja itu, hanya akan memantau kafe dan restorannya.

Beberapa saat menunggu, Riana kembali melangkah keluar dari dalam ruangan untuk menemui calon suaminya.

"Kamu boleh kok minta izin ke Ibu untuk tidak mengurus pekerjaan dulu sampai acara pernikahan kita selesai." Ujar Riana saat tiba di dalam ruangan di mana Fikri berada, dan laki-laki tiu masih terlihat begitu fokus dengan benda pipih di tangan tanpa menyadari kedatangannya.

"Enggak kok, aku hanya mengecek aja. Lagian keperluan pernikahan kita kan sudah rampung." Jawab Fikri. Ia segera memasuki benda pipih dengan layar beberapa inci itu ke dalam tas punggungnya, lalu beranjak dari sana. "Mau pulang apa mau makan siang dulu?" Tanya nya kemudian.

"Hari minggu kok masih sibuk aja. Gimana nanti setelah nikah, aku pasti bakal di anggurin sama kamu." RIana masih memasang mode ngambek, karena Fikri yang terus saja sibuk dengan pekerjaan padahal sebentar lagi mereka akan menikah.

Fikri tertawa kecil, ia lalu meraih tangan Riana dan membawa calon istrinya itu menuju mobil.

"Aku harus kerja keras biar bisa bahagiakan kamu, Riana." Jawab Fikri.

"Apa sih. Lagi pula, perusahaan itu akan tetap jadi milik kamu juga kok. NGapain harus susah-susah, bukannya di sana ada karyawan juga." Riana masih belum terima.

Fikri segera menggeleng tegas. Laki-laki itu membukakan pintu, lalu dengan hati-hati menuntun Riana masuk ke dalam. Setelah memastikan Riana sudah duduk nyaman di dalam mobil, Fikri kembali menutup pintu mobil itu dengan perlahan. Ia lalu memutari bagian depan mobil, lalu ikut masuk ke dalam melalui pintu di sisi lain mobil dan duduk di kursi kemudi.

"Ibu sudah memberiku kepercayaan. Tidak hanya menjaga perusahaan, tetapi juga menjaga mu. Untuk itu, aku harus menjaga keduanya dengan bersungguh-sungguh. Kamu tahu Riana, hal yang paling aku syukuri saat ini adalah bisa mengenal Zahra." Ujar Fikri membuat Riana semakin cemberut. Tadinya ia hanya cemburu karena Fikri lebih mementingkan pekerjaan dari pada dirinya, namun kali ini laki-laki yang sebentar lagi akan menjadi imamnya ini, membawa nama Zahra dalam perbincangan mereka.

"Udah ah, malas ngomong sama kamu." Ujar Riana.

Fikri tertawa geli melihat tingkah Riana yang biasanya selalu judes, kini terlihat bermanja padanya.

"Karena Zahra aku bisa menemukan gadis seistimewah dirimu." Ujar nya sambil menyentuh ujung hidung Riana, membuat pipi gadis itu seketika memerah.

"Apa sih." Jawab Riana sambil memalingkan wajah, agar pipinya yang merona tidak terlihat oleh laki-laki yang selalu saja mampu membuat denyut jantungnya menggila.

Beberapa saat kemudian, mobil yang di kendarai Fikri mulai melaju meninggalkan pelataran butik menuju restoran terdekat. Namun, belum juga tiba di restoran, Riana mintra diantarkan ke tempat lain.

"Kamu harus makan siang dulu, Riana." Ujar Fikri saat Riana mengatakan tidak ingin singgah di restoran untuk makan siang.

"Kita ke rumah Aunty El dan Om Ken. Aku sudah janji mau makan siang di rumah mereka, sekaligus memberikan ini." Riana mengangkat dua lembar undangan yang baru saja ia keluarkan dari dalam tas nya.

"Ya sudah." Jawab Fikri setuju.

Jalanan di ibu kota Jakarta memang akan terlihat begitu ramai saat jam makan siang seperti ini. Untuk itu, membutuhkan waktu yang cukup lama hingga mobil keduanya bisa tiba di depan sebuah rumah yang begitu megah.

"Ini rumah milik suami Zahra ya?" Tanya Fikri.

"Bisa nggak kamu tuh jangan selalu membawa nama Zahra. Kan aku jadi cemburu banget." Riana menatap Fikri penuh permohonan.

Fikri tertawa keras. Mengusap lembut puncak kepala Riana yang tertutup hijab, lalu mengajak gadis itu keluar dari dalam mobil.

"Fikri, janji dulu." Riana menghadang tubuh tinggi Fikri, agar mengiyakan permintaannya tadi.

Fikri semakin di buat tertawa oleh sikap polos Riana. Padahal gadis di hadapannya ini sudah lebih tua dari Zahra.

"baiklah." Jawabnya.

"Janji?" Tanya Riana memastikan.

"Iya, aku janji." Fikri kembali mengusap lembut puncak kepala Riana.

Keduanya lalu melangkah menuju pintu dengan ukiran kayu yang cukup mewah, lalu mengetuknya.

"Assalamualaikum, Aunty." Ucap Riana saat pintu rumah itu di buka oleh wanita cantik yang tak pernah pudar oleh usia.

"Waalaikum'salam, Ri. Ayo mari silahkan masuk, Nak." Ajak Eliana seetlah dua orang yang ada di depan rumah sudah menyalami punggung tangannya bergantian.

Riana dan Fikri melangkah masuk ke dalam rumah mewah itu, dan duduk di ruang tamu.

"Zahra di mana, Aunty?" Tanya Riana.

"Ada di dapur lagi siapin makan siang." Jawab Eliana.

"Om dan Riyan di mana?" Tanya Riana lagi.

"Ada di ruang keluarga." Jawab Eliana lagi. "Ayo langsung ke sana aja. Aunty juga mau bantuin Zahra menyiapkan makan siang." Ajaknya.

Riana mengangguk, kemudian mengajak Fikri untuk masuk ke dalam ruang keluarga.

"Hai Om." Riana melangkah menuju Kenan yang sedang sibuk membalik lembaran majalah bisnis di tangannya.

"Eh ada Riana." Kenan mengulurkan tangannya, dan langsung di sambut Riana.

Beberapa saat kemudian, Zahra keluar dari pintu pembatas ruangan. Wanita cantik dengan perut buncit itu sedikit terkejut saat mendapati seseorang yang ia kenal sejak kecil, berada di rumah mertuanya.

"Ciee.. Yang bentar lagi mau jadi Ayah." Ledek RIana.

Riyan yang tidak pernah melihat sisi humoris Riana, hanya bisa menatap kaka sepupunya itu heran.

"Mbak baru keliatan." Ujar Zahra. Wanita cantik itu menakup kedua tangannya di atas dada dan mengangguk sopan pada laki-laki yang juga sedang menatap ke arahnya.

"Aku mau kasih ini, Ra." Riana mengulurkan dua lembar undangan ke arah Zahra.

Zahra menerima dua lembar kertas itu dengan sangat hati-hati.

"Akhirnya Kakak Riana mau nikah juga." Ucap Riyan tertawa geli.

"Tuh ada calon suaminya." Kenan menunjuk Fikri yang sedang duduk canggung di sofa yang sama dengan dirinya. "Om Kean sudah memberitahu Ayah soal rencana pernikahan itu." Sambungnya.

Zahra tersenyum, sembari mengucapkan kalimat penuh syukur di dalam hatinya. Yah, Fikri orang baik, dan pasti akan di pertemukan dengan orang baik pula.

Terpopuler

Comments

🅶🆄🅲🅲🅸♌ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠

🅶🆄🅲🅲🅸♌ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠

yuhu aku hadir kk🥰🥰

2022-09-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!