Bab 3. Pasangan Halal

Warning!!

Mohon bijak dalam memilih bacaan. Jika merasa masih belum cukup umur, mohon di skip ya 🙏

Meskipun konten ini tidak vulgar, tetap saja menjurus ke hal dewasa.

Terimakasih sudah berkunjung 😘

*****

"Apa kalian saling mengenal?" Tanya Riyan pada Zahra, sambil mengusap lembut perut istrinya yang semakin membuncit. "Aku lihat kalian cukup dekat." Sambungnya lagi.

Zahra menarik kepalanya dari dada Riyan, lalu menatap suaminya itu bersama senyum geli. Intonasi kalimat yang sedikit mengganggu, membuat wanita cantik itu merasa bahagia. Pertanyaan penuh selidiki dari sang suami, membuatnya merasa di miliki.

"Dia salah satu anak di panti asuhan Ibu." Jawab Zahra lalau kembali menenggelamkan wajahnya di tempat favoritnya. Menghirup wangi maskulin yang menguar dari dada bidang Riyan yang masih tertutup piyama.

Malam mulai larut. Namun, sepasang suami istri yang masih terjaga di atas ranjang mereka, seakan tidak pernah kehabisan topik pembahasan. Waktu singkat setelah pernikahan, di tambah dengan masalah yang seakan tidak pernah mau pergi dari rumah tangga mereka dulu, membuat keduanya hampir tidak pernah merasakan bagaimana menjadi sepasang suami istri yang sesungguhnya.

"Aku lihat laki-laki seperti pernah memiliki perasaan padamu." Riyan masih belum berniat mengakhiri pembahasan tentang kecemburuannya. "Aku tidak akan tergoda!" Kesal laki-laki itu, karena wanita yang sedang di cemburui olehnya hanya menggesek-gesek hidung di atas dadanya.

Zahra tertawa mendengar kalimat kesal tiu, Namun, ia tidak menghentikan aktivitasnya. Biasanya si tukang penyelidik ini akan berhenti jika ia melancarkan aksi menggoda seperti ini.

"Hentikan, Zahra!" Riyan menarik tubuh istrinya yang mulai membulat karena kehamilan itu, lalu menatap wajah cantik yang tidak pernah membuatnya bosan itu, dengan lekat..

Zahra kembali tertawa kecil Hingga beberapa saat kemudian, tawa di bibirnya seketika lenyap karena laki-laki yang terus saja menatapnya intens sudah membungkam mulutnya dengan bibir.

KIni tubuhnya sudah terlentang di atas ranjang, dengan rambut panjang yang sudah berhamburan di atas bantal.

"Aku sudah memperingati mu agar berhenti, salah sendiri masih saja bandel." Riyan mengusap lembut bibir Zahra yang sudah memerah karena ulahnya. Nafas Zahra tersengal, namun, beberapa saat kemudian bibir yang baru saja terlepas kembali dicumbu oleh suaminya.

Sama seperti aktivitas panas biasanya. Riyan selalu melakukannya dengan hati-hati, karena memang ada nyawa yang harus ia prioritaskan di atas segalanya.

"Apa dia pernah mencintaimu?" Pembahasan tentang Fikir masih belum usai, bahkan ketika keduanya sedang memacu aktivitas menyenangkan di atas ranjang. "Ah,, aku cemburu.." Ucap Riyan pada akhirnya.

Mendengar kalimat singkat itu, membuat dada Zahra kembali berdebar. Senyum di bibirnya belum pergi dari bibir tipisnya. Wajah cantiknya memerah. Butiran peluh terlihat di dahinya karena aktivitas panas mereka. Terlebih ketika bibir Riyan mulai kembali mengabsen setiap inci wajahnya, sambil terus mengucapkan kata-kata cinta untuknya, hingga di ujung puncak laki-laki itu.

"Terimakasih untuk malam indah yang kesekian kalinya." Riyan bangkit dari atas tubuh Zahra, lalu menarik selimut untuk menutupi tubuh istrinya itu.

Melelahkan namun membuat candu. Laki-laki itu masih terus berusaha mengatur nafas, sambil membawa tubuh istrinya ke dalam pelukan.

"Istirahat sebentar. Kita akan membersihkan diri bersama-sama nanti." Ucap Riyan lagi.

Zahra mengangguk patuh sama seperti biasanya.

"Kamu belum menjawab pertanyaan ku tentang laki-laki itu." Kalimat mengandung kecemburuan masih berlanjut, membuat Zahra menarik tangan suaminya itu agar semakin mengeratkan pelukan di tubuhnya.

"Aku tidak tahu. Yang aku tahu, aku hanya pernah jatuh cinta pada dua orang yang wajahnya mirip. Tentang laki-laki di luar sana, aku tidak pernah mencari tahu." Jawabnya jujur.

"Siapa yang lebih kamu cintai, aku atau dia?" Tanya Riyan.

"Jangan bertanya lagi, anak kamu ngambek karena kamu jengukin." Zahra berbalik menghadap Riyan lalu menempelkan perut buncitnya yang terus saja bergerak sejak tadi.

"Ra, ini ga apa-apa?" Tanya Riyan khawatir.

Zahra menggeleng sekaligus lega karena topik pembahasan beralih pada perutnya yang terus bergelombang karena aktivitas calon anaknya di dalam sana.

****

Di sebuah kamar yang ada di rumah mewah milik mertuanya, Meisya duduk di atas meja rias sambil menatap wajah cantiknya di sana. Sebuah gaun malam sudah melekat di tubuh indahnya. Jantungnya terus berpacu seperti gendang. Ini keputusan yang begitu memalukan setelah beberapa bulan bersama Gio.

Yah, setelah pernikahan, keduanya memang belum pernah melangkah sampai ke tahap ini. Gio terus memperlakukan dirinya seperti seorang sahabat yang baik. Dan malam ini, di dalam kamar yang menyimpan banyak kenangan masa kecil suaminya itu, ia memutuskan untuk mengukir kenangan baru di sini.

Suara gemercik air sudah tidak terdengar lagi. Itu berarti laki-laki yang sedang berada di dalam kamar mandi sudah menyelesaikan aktivitasnya. Jantung Meisya semakin menggila kala pintu kamar mandi terdengar di buka. Ia pun menoleh, menatap lekat laki-laki yang sudah mengenakan piyama dari dalam kamar mandi itu, karena menghargainya.

Cukup lama keduanya bertatapan. Hingga Gio memutuskan tatapannya lebih dulu, karena takut tergoda dengan penampilan istrinya malam ini.

"Apa aku cantik?" Tanya Meisya memulai percakapan agar keduanya tidak di landa kecanggungan karena ulahnya malam ini.

Gio kembali menatap Meisya yang kini sudah berdiri dari tempat duduk dan melangkah menuju ranjang besar miliknya.

"Aku penasaran dengan ranjang mewah ini." Ucap Meisya lagi membuat Gio semakin terkejut di buatnya.

Wanita yang sudah berpengalaman memang beda. Begitulah yang ada di pikiran Gio.

"Jangan lakukan hal seperti ini. Menggoda adalah tugas ku." Ia melangkah cepat menuju ranjang di mana Meisya dan langsung mencium bibir istrinya itu dengan sangat hati-hati.

Gio mengerutkan keningnya saat merasakan bibir Meisya yang terasa begitu kaku dengan ciumannya. Ia tidak tahu, jika malam ini adalah pertama kalinya bagi Meisya melakukan hal ini, meskipun ini adalah pernikahan yang kedua baginya.

"Apa kamu gugup?" Tanya nya heran bercampur lucu.

"Enggak kok." Jawab Meisya dengan pipi yang sudah memerah karena menahan malu.

"Apa kamu yakin malam ini? Aku masih bisa menunggu lebih lama kok." Gio mengangkat tangannya, lalu mengusap lembut pipi mulus istrinya yang memerah.

Meisya mengangguk yakin.

"Mau malam ini, atau pun nanti, sama saja, kan? Kita akan tetap melakukannya, dan aku akan tetap bersama mu." Jawabnya yakin.

Gio tidak lagi bertanya, ia kembali mencium bibir Meisya. Kali ini jauh lebih dalam dari sebelumnya.

Ciuman panas itu terus berlanjut membuat gaun malam yang melekat di tubuh tidak terasa sudah teronggok begitu saja di atas lantai.

"Tolong hati-hati." Ucap Meisya dengan suara serak.

Gio menghentikan kegiatannya sebentar, dan untuk yang kesekian kalinya ia merasa heran.

"Ini yang pertama bagi ku." Ucap Meisya lirih.

Gio semakin di buat bingung. Namun, tanpa bertanya lebih tentang pernikahan masa lalu istrinya, ia kembali mencium lembut bibir istrinya itu. Menyapu wajah cantik Meisya dengan bibirnya.

"Aku akan hati-hati." Ucap Gio.

Terpopuler

Comments

🅶🆄🅲🅲🅸♌ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠

🅶🆄🅲🅲🅸♌ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠

Meisya pernah nikah sblmnya sama siapa

2022-09-24

0

Lala

Lala

lanjut kak

2022-09-16

2

Nurlinda

Nurlinda

🤗🤗🤗🤗🤗

2022-09-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!