Bab 4. Es Balok

Jika di dua rumah berbeda, pasangan halal tengah melakukan kegiatan menyenangkan di dalam kamar mereka masing-masing. Berbeda di dalam kamar milik Riana. Gadis itu sedang sibuk menyiapkan beberapa keperluan pernikahan yang memang ingin ia siapkan sendiri.

Setelah menyelesaikan mendekor ulang seperangkat alat shalat yang di sediakan Fikri untuknya, gadis itu segera mengambil gambar dan mengirimkannya kepada calon suaminya.

Yah, Riana dan keluarga memang berinisiatif menyiapkan pernikahan itu. Karena memang Fikri seorang anak sebatang kara. Meskipun Fikri meminta agar ia yang membeli segala keperluan akad nikah, namun, Riana memilih untuk mendekorasi ulang agar terlihat lebih indah. Kecuali cincin pernikahan, ia tidak tahu cincin seperti apa yang di sediakan laki-laki itu untuk nya. Karena Fikri hanya meminta contoh ukuran yang pas di jari manisnya. Untuk selebihnya, laki-laki itu yang menyiapkannya.

Ranjang empuk di dalam kamar mewah miliknya, menjadi sasaran Riana saat ini. Gadis itu menggulingkan tubuhnya ke sana kemari, sambil terus menatap layar ponsel. Berharap centang dua pada gambar yang baru saja terkirim pada kontak yang bertuliskan calon imam, akan berubah warna biru. Namun, beberapa menit berlalu harapannya masih belum juga terkabulkan.

Gadis cantik yang tidak lagi mengenakan hijab di dalam kamarnya itu, kembali mengirimkan beberapa stiker dengan berbagai macam ekspresi. Namun, tetap saja sama. Pesan nya terkirim, tapi si pemilik nomor tujuan masih belum juga membukanya.

Dengan perasaan kesal dan sambil mengomel, ia lantas menekan panggilan dan segera menghubungi laki-laki tersibuk di Jakarta itu.

"Dasar!" Riana melempar ponselnya ke sisi ranjang lain. "Ah,, seharusnya aku tidak jatuh cinta pada laki-laki itu." Kesalnya lagi. Ia bangkit dari atas ranjang, lalu keluar dari dalam kamar itu tanpa mempedulikan lagi ponselnya yang tergeletak begitu saja di atas ranjang king size miliknya.

"Awas aja. Akan ku buat di tergila-gila padaku!" Lanjut Riana dengan ocehan penuh kekesalan, sambil membuka pintu kamarnya dengan kasar. Ia butuh air minum untuk meredakan emosi karena tingkah menyebalkan calon suaminya itu. "Dasar Es Balok. Dasar Cuek. Lihat saja nanti setelah nikah. Akan ku buat laki-laki itu bertekuk lutut padaku." Berbagai macam rencana balas dendam mulai tersusun rapi di otaknya.

"Tapi apa aku bisa mengacuhkan dia? Ah,, aku sudah terlanjur jatuh cinta padanya." Gumam Riana frustasi.

"Siapa?" Suara wanita terdengar tiba-tiba dari belakang Riana, membuat gadis itu hampir saja melemparkan gelas berisi air putih ke arah wanita kesayangannya itu.

"Ya Allah, Ibuuuu.." Ujar Riana makin kesal.

"Siapa yang membuat mu jatuh cinta." Goda Rianti pada putrinya. Wanita cantik yang tak pernah lekang oleh usia itu, menatap wajah cantik putrinya dengan tatapan meledek. "Apa Fikri? Kan sudah Ibu bilang, ga akan sulit jatuh cinta pada laki-laki sejenis itu." Ucapnya lagi sambil tertawa geli.

"Nggak! Siapa yang jatuh cinta dengan laki-laki egois itu." Kesal Riana. "Lagi pula ibu sih, kan bentar lagi hari pernikahan kami, masa iya dia kerja terus. Kasih libur dong, Buu." Ucapnya lagi, memohon.

Rianti menggeleng.

"Nanti dia akan libur selama satu bulan setelah pernikahan. Fikri sudah menyiapkan... Eh hampir keceplosan.." Rianti segera berlalu dari dapur sambil membawa segelas air menuju kamarnya. Membiarkan putri kesayangannya itu penasaran.

"Ibu..." Rengek Riana manja. Biasanya jika sudah mengeluarkan jurus andalannya, wanita anggun yang mampu membuat Ayahnya jatuh cinta berpuluh-puluh tahun lamanya ini, akan luluh.

Rianti menggeleng, sambil menutup mulut menggunakan sebelah tangannya.

"Istirahat yang cukup, karena biasanya setelah nikah, seorang wanita akan terus di paksa bekerja keras. Satu bulan pertama setelah pernikahan, tubuh mu harus tetap kuat." Bisik Rianti di telinga putrinya sebelum menghilang di balik pintu kamar utama.

Karena kesal tidak mendapat informasi apapun dari sang Ibu, Riana berbalik menuju anak tangga lalu naik menuju kamar tidurnya.

****

Di sebuah apartemen sederhana, Fikri tidak kalah sibuknya. Namun, bedanya laki-laki itu bukan sedang sibuk menyiapkan pernikahannya yang akan berlangsung beberapa hari lagi. Melainkan sibuk memperbaiki laporan-laporan yang di kirim oleh bawahannya di hotel, untuk kemudian di teruskan pada pemilik yang tidak lain adalah calon ibu mertuanya.

Ponsel miliknya yang ada di atas ranjang kembali menyala, pertanda beberapa pesan masuk ke dalam aplikasi berwarna hijau di dalam benda pipih nya itu. Namun, laki-laki itu sama sekali tidak menyadari hal itu, karena terlalu fokus pada benda lipat yang ada di atas meja kerja nya. Ia hanya terus fokus pada deretan angka yang ada di layar laptop miliknya.

Laki-laki tampan itu tidak menyadari, setelah pesan kini nomor yang tersimpan dengan emoticon hati itu, sudah tertera di layar ponselnya. Tapi tetap sama, laki-laki itu masih belum beranjak dari atas tempat duduk, dan hanya terus membuat jarinya menari di atas keyboard.

Setelah selesai mengirimkan laporan keuangan hotel pada sang pemilik hotel melalui email, dan mencetak hasil kerjanya untuk kembali di berikan pada calon ibu mertuanya besok hari, barulah ia beranjak dan melangkah masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.

Tidak membutuhkan waktu lama, Fikri keluar dari dalam kamar mandi dengan tubuh yang sudah terlihat begitu segar. Laki-laki itu lantas naik ke atas ranjang dan memeriksa ponsel yang sudah beberapa jam ia abaikan.

Senyum terlihat di bibirnya saat melihat beberapa pesan masuk ke dalam benda pipih nya itu. Bahkan satu panggilan tidak terjawab pun tertera di sana.

"Tidur, besok aku jemput." Balasnya singkat. Centang di pesan itu segera berubah warna biru, membuat laki-laki itu menyunggingkan senyum.

"Mati saja, Fikri!"

Balasan pesan yang cukup membuat mata Fikri terbelalak dengan cepat masuk ke dalam ponselnya. Namun, beberapa saat kemudian, laki-laki itu kembali tersenyum geli dan mematikan ponselnya.

Dia yakin, besok gadis itu akan mengamuk karena sikapnya malam ini. Dan itu pasti sangat menggemaskan. Senyum di wajah tampan Fikri masih belum pergi. Laki-laki itu menutup matanya, dan wajah cantik Riana yang sedang cemberut langsung melintas di benaknya.

"Tunggu saja, aku akan terus menempel pada mu sampai kamu bosan." Gumamnya.

Yah, meskipun sebentar lagi keduanya akan menikah, tetap saja hubungan mereka saat ini masih sebatas calon halal. Dan melakukan hal yang berlebihan walau hanya melalui media, akan menimbulkan hal-hal yang di larang dalam kepercayaan. Untuk itu, Fikri lebih memilih mencegahnya. Tidak hanya untuk menjaga dirinya sendiri dari godaan menggiurkan sebelum pernikahan, namun, ia juga ingin tetap menjaga marwah dan menghormati Riana sebagai wanita yang Allah pilihkan untuknya.

Terpopuler

Comments

Reni Asmiati

Reni Asmiati

kapan up date lagi thor

2022-09-19

1

Mimi San

Mimi San

cerita tentang mesya lebih banyak ya thorr🤗

2022-09-16

1

Lala

Lala

lanjut kaka

2022-09-16

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!