Bab 2. Kepulangan Gio dan Meisya

Di tempat lain di Jakarta, sepasang suami istri yang baru beberapa bulan ini resmi menjadi sepasang suami istri, sedang melangkah keluar dari area Bandara sambil menautkan kedua tangan mereka. Meisya dan Gio berencana menggelar resepsi pernikahan mereka di Jakarta. Karena memang, banyak teman serta kerabat mereka yang tidak sempat menghadiri acara pernikahan mereka di Singapura.

Sepasang pengantin baru itu, nampak terlihat begitu bahagia menjalani pernikahan mereka. Keadaan yang meraka alami, berbanding terbalik dengan apa yang mereka perlihatkan saat ini.

Meskipun keduanya menikah karena alasan tertentu, sama sekali tidak memudarkan rasa bahagia di wajah keduanya. Pernikahan tanpa didasari dengan cinta yang menggebu, tak serta merta membuat pernikahan keduanya hambar.

Justru karena belajar saling mencintai setelah pernikahan, membuat keduanya begitu terlihat bahagia. Merasakan bagaimana debaran jantung yang menggila, setelah pernikahan merupakan hal yang begitu luar biasa, dan tidak semua orang beruntung dapat merasakan hal itu.

Tidak perlu seperti apa di awal cerita, yang terpenting adalah bagaimana cerita itu berakhir. Begitulah yang di yakini Meisya saat ketika menerima lamaran Gio. Belajar dari kisah sebelumnya. Manis bagaikan madu di awal cerita, namun berakhir dengan kekecewaan. Akan tetapi, itulah yang di namakan hidup. Tidak ada satu manusia pun yang bisa menebak akan seperti apa akhir dari perjalananan cintanya. Percayalah, Tuhan tidak akan pernah salah dalam memilihkan jodoh untuk umat Nya.

Langkah kaki Meisya berhenti di pelataran Bandara. Sopir pribadi keluarga Gio sudah menunggu kedatangan mereka di sana. Bahkan gadis Gadis bernama Gia, baru sekali bertemu dengannya saat akad nikah di Singapura beberapa bulan yang lalu, ikut menyambut kepulangan mereka ke tanah air.

"Aku kangen banget loh." Ujar Gia. Gadis itu menghambur masuk ke dalam pelukan Meisya.

Meisya menoleh, menatap wajah Gio. Setelah mendapat anggukan kepala dari suaminya itu, ia akhirnya ikut membalas pelukan di tubuh adik iparnya.

Apakah seperti ini rasanya di inginkan dalam keluarga? Tidak bukan begitu. Bukan berarti keluarga Riyan tidak ingin menerimanya dulu. Ia dan Riyan lah yang salah dalam memilih keputusan.

"Aku juga." Jawab dokter cantik itu.

Pelukan Gia lantas berpindah pada tubuh sang kakak. Setelah merasa bersalah karena tidak menyadari perasaan sang kaka pada sahabatnya beberapa tahun yang lalu, kini Gia benar-benar merasa lega, karena laki-laki yang sedang memeluknya erat ini, berhasil menemukan seseorang sebaik Meisya.

"Kok Mama ngga datang?" Tanya Gio saat pelukan ke duanya terurai.

"Mama sibuk banget karena terlalu antusias mempersiapkan resepsi pernikahan kalian." Jawab Gia. Gadis cantik itu melangkah menuju mobil, kemudian mempersilahkan sepasang pengantin baru itu masuk ke dalam mobil. Sedangkan sopir pribadi keluarga, mulai memasukkan dua buah koper milik Gio dan Meisya ke dalam bagasi mobil.

Setelah semua barang berhasil masuk ke dalam mobil, laki-laki paruh baya itu melajukan mobil mewah milik keluarga Gerald meninggalkan pelataran Bandra dan mulai melaju di jalanan jakarta.

Meisya melihat keluar jendela mobil. Menatap lalu lalang kendaraan yang ikut melaju di jalanan yang sama. Wanita cantik itu bahkan menurunkan kaca jendela mobil, dan membiarkan angin menerpa wajah cantiknya. Rambut panjang nya, ia biarkan ikut di terbangkan oleh hembusan angin yang masuk ke dalam jendela mobil.

Dokter cantik itu menatap jalanan yang memiliki kenangan indah selama beberapa tahun, lalu berbalik menjadi buruk hanya dalam semalam. Bukan ingin mengenang sesuatu yang telah berlalu, namun, bukan manusia namanya jika tidak akan kembali teringat pada suatu kejadian yang pernah menimpa dirinya, saat kembali menginjakkan kaki di tempat yang masih menyimpan banyak kisah perjalanan hidupnya.

"Mau menginap di hotel? Sekalian kita lihat persiapan resepsi pernikahan." Tawar Gio, membuat lamunan tentang masa lalu yang kembali teringat di pikiran Meisya, buyar. Wanita cantik itu menoleh, menatap wajah suaminya kemudian tersenyum bersama dengan gelengan kepala.

"Aku ingin melihat kamar masa kecil suami ku." Jawab nya.

Gio ikut tersenyum, kemudian mengangguk paham. Laki-laki tampan itu meraih tangan istrinya, kemudian menggenggamnya dengan sangat erat. Bukan hanya Meisya yang memiliki kenangan yang kurang mengenakan di tempat ini. Namun, begitulah hidup. Suka atau tidak, mau atau tidak, apapun yang terjadi di masa lalu tetap harus di lewati.

Perjalanan dari Bandara Singapura tidak terlalu membutuhkan waktu yang lama. Namun, ia pun ingin beristirahat, terlebih ia memang sangat merindukan rumah lamanya. Rumah yang menyimpan banyak kenangan masa kecilnya.

karena jalanan memang tidak pernah sepi, membuat mobil yang membawa Meisya dan Gio, menghabiskan waktu yang cukup lama di jalanan. Selama perjalanan dari Bandara menuju rumah, Gio tak sekalipun melepaskan genggamannya di tangan Meisya, seakan ingin mengatakan pada istrinya itu, jika mereka akan menghadapi kenangan masa lalu itu bersama-sama.

Mungkin bukan menghapus, hanya ingin memilah kenangan apa saja yang perlu di ingat dan yang tidak. Terkadang kita perlu mengingat kenangan buruk itu sebagai pembelajaran, agar di kemudian hari tidak lagi merasakannya.

Mobil yang hampir satu jam yang lalu melaju di jalanan, kini mulai memasuki pelataran rumah. Meisya menatap lekat rumah megah yang baru pertama kali ia datangi itu dengan tatapan penuh takjub. Ia bukan berasal dari keluarga sederhana. Mommy dan Daddy nya juga berasal dari keluarga yang cukup terpandang, namun, melihat rumah megah milik mertuanya membuat nya kagum.

"Aku tidak tahu kamu sekaya ini, pesepeda tampan." Meisya tertawa geli dengan kalimatnya. "Apa aku sudah terlihat seperti wanita matre?" Tanyanya masih di iringi tawa geli.

"Aku miskin, Nyonya. Ini milik mertua mu." Jawab Gio sambil ikut tertawa. Ia lalu keluar lebih dulu dari dalam mobil, kemudian menuntun istrinya itu keluar dari dalam mobil yang sama.

"Loh Mama sudah di rumah?" tanya Gia. Gadis cantik itu melangkah cepat menuju wanita cantik yang tak termakan usia, lalu menyalami punggung tangan wanita cantik itu.

Gio dan Meisya pun melakukan hal yang sama. Bedanya, Adelia menarik tubuh menantunya dan memeluk tubuh itu erat.

"Terimakasih sudah membawa anak Mama pulang." Ucapnya tulus.

Meisya tersenyum, kemudian mengangguk.

"Terimakasih juga sudah melahirkan laki-laki sebaik Gio, Ma." Jawabnya.

Adelia lalu mengajak anak-anaknya masuk ke dalam rumah dan langsung di sambut oleh Gerald, yang baru saja keluar dari ruang kerjanya.

Laki-laki yang masih terlihat bugar di usianya yang mulai menua itu, langsung menyambut putranya dengan pelukan hangat. Setelah sekian purnama, kini putranya kembali.

****

*NoteAuthor

Mungkin ada yang belum baca kisah Adelia, ayok mampir ke Wanita Kedua. Ada kisah Adelia dan Gerald di sana. Juga sepenggal kisah Gio dengan cinta bertepuk sebelah tangan ♥️

Terpopuler

Comments

Ila Latifah

Ila Latifah

aku brenti baca novel disini gara2 ketuker mulu antara nadira dan danira😅😅

2022-11-20

0

🅶🆄🅲🅲🅸♌ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠

🅶🆄🅲🅲🅸♌ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠

aku ga inget Adelia dan Gerald ini sopo di wanita kedua
tp kl gio inget sih yg cintanya ga berbalas SM siapa ya wish lali aku ka udh lama bgt🤭🙏

2022-09-24

0

@ oktarini#

@ oktarini#

cerita sambung menyambung nya thor...

2022-09-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!