Life With Ghost
Chapter 1
Lima tahun sudah berlalu, aku menjalani bahtera rumah tangga dengan Mas Damar. Jenar putriku dari suamiku tumbuh menjadi gadis yang cantik jelita. Berkulit kuning langsat lengkap dengan dagu yang runcing. Lebih lengkap dengan gigi kelinci nya yang selalu mampu membuat nya manis ketika tersenyum .
Walaupun ia anak dari suamiku dengan istri pertamanya yang sudah pergi meninggalkan mereka selama nya , aku tetap menyayangi nya seperti putri ku sendiri.
Putriku Sekar, juga sudah tumbuh menjadi gadis kecil yang sangat imut. Rambut panjang bergelombang, dengan poni lurus di dahi nya. Kulit putih bersih dengan lesung pipi ketika tertawa. Hanya saja dia tidak bisa bicara.
"Auu.. Auuu.. Uaahh...! " Sekar berlari ke arah ku, sembari menenteng tas gendong nya. Ia menarik narik tanganku , tak sabar segera di antar ke sekolah.
"Iya, sayang! Sabar, ya! " ujar ku yang sedang sibuk menata bekal untuk nya.
Sekar mengangguk, lalu berlari ke depan menyusul kakak nya yang sudah bersiap.
Setelah selesai menata bekal, aku segera berjalan ke depan. Melihat kedua anak gadis ku yang sudah rapi dan bersemangat.
Jenar, dia anak yang memiliki semangat belajar begitu tinggi. Meski hanya menduduki peringkat lima besar disekolah tetapi sikap nya yang patuh terhadap orang tua, membuat itu bisa mengalahkan nilai nya di sekolah.
Sedangkan Sekar, Meski ia bisu, tapi pendengaran nya sangat tajam dan otak nya sangat lancar. Meski masih duduk di kelas 1 SD, tetapi ia bahkan bisa mengerjakan soal yang diberikan guru Jenar.
Awalnya aku dan Mas Damar tak mencurigai nya, sebab memang ketika Mas Damar mengajari Jenar, Sekar selalu ada di dekat nya, dan menyimak setiap ucapan yang dikeluarkan Mas Damar.
Aku segera mengantar kedua anakku itu menggunakan sepeda motor yang Mas Damar belikan setelah mendapat kenaikan pangkat di PT tempat dia bekerja.
Motor menepi di sebuah gedung tinggi yang terdapat plan nama bangunan tersebut.
"Jangan nakal sekolah nya, ya, sayang. Dengerin kalau guru sedang menjelaskan!" Ujarku sebelum kembali melajukan motor ini.
"Yanti, Tunggu"
Aku yang sudah siap menghidupkan mesin motor seketika kembali ku matikan, ketika ada Sari, salah satu temanku yang anak nya juga seangkatan dengan Sekar, memanggil nama ku.
"Ada apa, Ri?" tanyaku.
"Bu Ratna manggil kamu, suruh datang ke ruangan nya. Katanya penting!" Ujar Sari dengan wajah serius.
Aku mengangguk, lalu memarkirkan motor dan menuntun kedua anakku masuk ke dalam bangunan sekolah itu.
"Kalian masuk kelas dulu ya, ibu mau masuk ke dalam." Ujarku yang langsung di angguki oleh kedua anakku.
Aku mengetuk pintu ruangan tempat kepala sekolah anakku ini berada.
"Masuk!" terdengar seruan dari dalam, aku segera memutar knop pintu ini.
Aku mengangguk kepada bu Ratna, ia mengangkat tangan ke udara, memberi isyarat agar aku duduk di kursi yang berada di hadapan nya.
"Selamat pagi, Bu Ratna. Apa ada yang bisa saya bantu?!" tanyaku rama.
"Um, iya Bu Yanti. Saya memanggil ibu datang kemari, ingin mengatakan sesuatu hal yang penting. Mengenai Sekar!" Jawab nya yang membuat hatiku menjadi tak tenang.
"Oh, tentang Sekar, ya. Memang nya ada apa bu?" tanyaku lagi.
"Jadi begini. Kemarin anak saya, Kesya yang duduk di bangku 1 SMP, datang menemui saya. Meminta agar saya membantu nya mengerjakan tugas sekolah nya. Kebetulan ada Sekar di sebelah saya, karena memang saya sedang memantau anak kelas 1 untuk melakukan ulangan harian.
Saya tidak tahu bagaimana cara nya dan bagaimana bisa dia tahu. Sekar menyodorkan sebuah tulisan yang berisi jawaban dari soal anak saya. Awalnya saya ragu itu hasil pemikiran nya.
Tetapi karena dari tulisan saja itu milik Sekar, saya berinisiatif memberi dia pertanyaan lain dari soal anak saya.
Dan ibu apa jawaban nya?" Jelas bu Ratna yang langsung ku Jawab dengan gelengan.
"Dia tahu dan hafal satu bab buku yang sedang dipelajari anak saya!"
Mendengar penuturan bu Ratna , seketika bulu kuduk ku berdiri.
"Dan sepertinya, sekolah kami sudah tidak bisa menerima Sekar belajar di sini!"
Deg!
Aku yang sedang menunduk seketika mendongak. Ini bukan kali pertama Sekar dikeluarkan dari sekolah, tapi terhitung sudah tiga kali ini.
"Tapi kan ini justru bagus , Bu. Ini sebuah kelebihan!" bantah ku yang tak Terima anakku dikeluarkan dari sekolah. Menurut ku ini bukan alasan yang pasti.
"Baik, saya jelaskan kembali!"
"Sebenarnya bukan ini alasan kami mengeluarkan Sekar dari sekolah, melainkan karena hal lain.
Sekar adalah tipe anak yang suka menyendiri. Dia bahkan sama sekali tidak memiliki teman disini. Selain itu, dia juga sering berbicara sendiri, tetapi ketika di tanya, dia menjawab bahwa ada temannya di sebelah dia.
Dan hal yang paling menjadi pertimbangan kami mengeluarkan Sekar dari sekolah adalah, Sekar sering kali menggambar sosok misterius yang menyeramkan, bukan hanya itu tetapi dia juga mengklaim sosok itu ada di sekolah ini.
Dia bahkan sering kali anak anak lain nya hingga mereka memilih keluar dari sekolah ini!" Jelas bu Ratna kembali.
Aku terdiam. Alasan ini adalah alasan yang sama, seperti kepala sekolah, sekolah sebelum nya katakan.
Bahkan disekolah yang sebelum nya, ada anak yang sampai jatuh sakit karena melihat gambar Sekar yang menjelaskan bahwa sosok wanita yang perut nya terbelah, ada dipundak anak itu.
Air mata ku berderai, ke sekolah mana lagi aku harus memasukkan Sekar? Bagaimana jika nanti dia dikeluarkan lagi? Setahun terakhir ini saja sudah tiga kali, kasian Jenar yang juga harus berpindah-pindah sekolah karena tak ingin berpisah dari adik nya.
Aku berjalan gontai keluar dari ruangan kepala sekolah ini. Hati ku sangat kacau, jiwa ku sungguh ketakutan.
Kecerdasan yang di miliki Sekar adalah hal baik. Tapi kelebihan batin terhadap sosok gaib adalah masalah yang harus membuat dia kehilangan masa depan.
Sedari kecil, Sekar memang selalu peka dengan hal yang mistis. Hal tadi yang diucapkan dengan bu Ratna, memang sering kali dia lakukan di rumah.
Menggambar sosok gaib yang mengerikan. Bahkan dia juga mengatakan, bahwa sosok yang dia gambar, adalah sosok yang ia temui saat di jalan.
Aku tak menyangka, bahwa ini justru memengaruhi pendidikan nya.
"Aarrgghhhkkk" aku menoleh dengan cepat, kala melihat seorang anak berteriak kencang di lantai atas.
Aku segera berlari ke arah tangga, lalu naik untuk melihat apa yang tengah terjadi.
Langkah ku tercekat, kala melihat sesuatu dari arah belokan tangga menuju lantai dua.
Seseorang wanita tengah berbaring tengkurap dengan darah segar yang mengalir di sekitar tubuh nya. Tampaknya nya orang itu baru saja jatuh dari lantai atas.
Aku segera berlari ke atas, sebab terdengar suara riuh dan tangisan anak anak dari lantai atas.
Mata ku mengedar melihat ke arah ramai orang di pinggir pagar pembatas. Tampaknya Sekar diam membisu memegangi pagar dengan kepala yang mrnggeleng geleng. Seperti tengah berbicara dengan seseorang.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Nur Rydha
iya kak
2022-09-26
0