Chapter 3
"Jadi sekarang bagaimana, Mas? " tanya ku pada Mas Damar.
Pria yang sudah menjadi suami ku selama lima tahun itu meminat pelipis nya, setelah aku menceritakan tentang Sekar yang kembali di keluar kan dari sekolah.
"Sudah lah, Kita cari sekolah yang baru saja! " Jawab Mas Damar santai.
"Tapi, Mas. Satu kecamatan ini sudah empat sekolah kita datangi. Dan semua masih mempermasalahkan hal yang sama. Mau bawa kita kemana lagi, Mas! " jawab ku kesal.
"Sabar, Sayang. Kita cari sekolah yang lain. Biar Jenar tetap di sekolah yang ini! " ujar Mas Damar.
"Ngga, Mas. Aku mau kita pindah ke kota lain. Kalau nggak ke desa ibu aja! " seru ku yang merasa lelah dengan semua ini.
"Tapi, Sayang... "
"Kalau Mas Damar masih berat ninggalin rumah ini, biar aku sama anak anak aja yang pergi!" Sahut ku cepat.
Aku sangat paham dengan apa yang akan menjadi jawaban Mas Damar. Aku segera bangkit dan ke arah teras. Menghirup udara segar yang tercipta oleh angin malam.
Tiba-tiba, Sebuah tangan kekar melingkar ke arah perut ku. Terasa deru nafas hangat Mas Damar di tengkuk ku.
"Maafkan Mas, Sayang. Mas paham apa yang kamu rasa kan. Baiklah, kalau begitu nanti Mas cari jalan keluar nya.
Mas akan usahakan kita pindah tanpa menjual rumah ini. Supaya kalau kita butuh apa apa, kita bisa kembali ke sini! " Ujar Mas Damar yang akhir nya menuruti keinginan ku.
Mas Damar adalah tipe pria yang sangat aku idam kan. Tak pernah sekali pun dia akan membentak ku, meski aku berkata dengan nada tinggi dengan nya. Dia justru mencari ketenangan untuk membuat ku dingin kembali.
"Sekarang, Coba kita bicarakan sama Sekar hal sebenarnya. Apa yang membuat dia seperti ini! " Ujar Mas Damar sembari menuntun tangan ku kembali masuk.
Aku menurut, hanya diam sembari mengikuti langkah nya. Mas Damar segera memanggil Sekar dan Jenar yang sedang belajar bersama.
Setelah salat Isya tadi mereka memang kami bangunkan untuk makan malam dan mengerjakan tugas sekolah nya.
Tak berselang lama, mereka akhirnya keluar.
Mas Damar duduk dengan memegangi sebuah buku gambar dan pensil milik Sekar.
"Nak, Coba kamu ceritakan, Apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa sampai ibu guru sampai mengeluarkan Sekar lagi dari sekolah? " tanya Mas Damar pelan kepada Sekar.
Ia hanya diam membisu sembari menatap ku tajam.
"Auuuu!... Uaaaa... Aaaaa!" Sekar membuat gerakan yang mengatakan bahwa dia tidak bersalah. Tampak sekali tangan nya gemetar memperagakan itu.
"Iya sayang, Bapak tahu, Sekar tidak salah. Tapi coba jelaskan, apa yang menjadi sebab Sekar tidak punya teman dan mengapa Sekar mengatakan bahwa ada makhluk halus di sekolah itu?" tanya Mas Damar lagi, dengan nada pelan dan memegangi pundak Sekar.
Sekar mulai meraih pensil yang ada di sebelah nya, sedangkan Jenar segera berjalan mendekati ku. Tampak sekali wajah nya mulai panik.
Sekar terus menggambar sesuatu yang aku rasa berbentuk manusia. Anak sekecil dia sudah lihai menggambar sesuatu yang bahkan aku saja tidak bisa. Entah ini suatu kelebihan atau kekurangan aku tidak tahu.
Beberapa menit kemudian, gambaran Sekar sudah selesai. Ia menjelaskan gambar itu dengan tulisan yang menjelaskan di bawah nya.
Jika dilihat dari tulisan, dia memang seperti anak SD pada umum nya. Acak acakan dan tidak rapi. Tapi untuk berhitung dan menghafal, dia lebih dari anak setingkat nya.
Tampak di gambar itu, seorang anak yang kepala nya hilang sebelah, dan mata yang besar sebesar telor ayam serta wajah yang sangat mengerikan di gambar oleh Sekar.
Di tulisan Sekar menjelaskan, bahwa anak itu yang menemani dia sejak awal masuk sekolah. Sampai anak itu juga yang membantu Sekar melawan anak anak yang kerap kali membuli dirinya.
Awalnya Sekar menolak, tapi anak itu tetap saja melakukan nya. Semakin sering sosok hantu anak kecil itu membantu Sekar, Semakin juga Sekar tidak memiliki teman.
Sekar juga mengatakan, bahwa anak itu meninggal karena korban bulian hingga tertabrak mobil di depan sekolahan.
Di akhir kalimat, Sekar menjelaskan. Bahkan anak itu ikut kemana pun dia pergi, termasuk saat pulang ke rumah.
"Lalu, Sekarang dia dimana?" tanya Mas Damar mewakili pertanyaan ku.
Sekar kembali meraih Pensil dan mulai menulis.
"DI PUNDAK IBU!" Tulis Sekar membuat ku dan Mas Damar saling tatap.
Entah mengapa pundak dan leher ku terasa begitu berat. Bulu kuduk juga berdiri semua.
Jenar yang tadi memeluk ku erat, kini melepaskan pelukan dan berlari masuk ke dalam kamar.
Mas Damar juga tak berhenti menatap ke arah belakang ku. Entah, apa sebenarnya yang mereka lihat, mengapa Mas Damar tampak tegang dan susah menelan ludah.
"Ma-Mas Damar lihat apa? " tanya ku gugup.
Ia hanya menatap ku sekilas, lalu tertunduk dengan tangan yang bergetar hebat.
Mulut Mas Damar tampak komat kamit, membaca sesuatu seperti tengah dia berdoa.
"Yanti, sebaik nya kamu baca doa. Terus tidur, ya. Besok pagi kita bicara lagi!" Ujar Mas Damar yang sama sekali tak mau menatap ku.
Aku hanya mengangguk, lalu beranjak dengan membaca Ayat kursi dan ayat pendek.
Sesampai nya dikamar, aku merasa beban di pundak ku yang tadi sempat terasa sangat berat, kini seketika menghilang.
Apa yang dikatakan Sekar tadi benar?
Entah lah, aku segera berbaring dan memejamkan mata melupakan segala nya.
____________
Pagi ini, Mas Damar sudah tak ada di dekat ku ketika aku bangun. Mungkin dia sudah membantu anak anak menyiapkan diri untuk berangkat ke sekolah.
Tapi bukanlah Sekar sudah dikeluarkan dari sekolah , dan Jenar juga menolak tetap di sekolah itu?
Tak ingin bertanya tanya, aku segera melangkah pergi keluar kamar.
Diruang tengah dan dapur, suasana sangat hening. Seperti tak ada seseorang di sekitar sana. Karena tak menjumpai anak anak dan Mas Damar di dalam kamar, aku akhirnya memutuskan untuk keluar rumah.
Tampak Mas Damar sudah menyiapkan motor dan memakai baju sangat rapi. Sedangkan Sekar dan Jenar juga sudah rapih dengan menenteng tas mereka masing-masing.
"Kalian mau kemana?" tanya ku yang membuat tiga orang itu seketika berbalik menatap ku.
"Kami mau datang ke rumah orang tua Kinara. Hantu anak kecil yang mengikuti Sekar sampai rumah ini. Kalau tidak, maka kamu akan menjadi ibu susu nya!" Ujar Mas Damar yang membuat kening ku berkerut.
"Maksud kamu apa, Mas?"
"Hantu itu meninggal dalam keadaan masih menyusu pada ibu nya. Dia juga di buli karena itu. Itu sebab nya, dia nyaman dengan seseorang, maka dia akan menyusu pada orang itu.
Guru yang kemarin bunuh diri itu, juga karena menjadi ibu susu nya!" sahut Jenar sembari menjelaskan.
Aku menautkan alis bingung dengan segala penjelasan yang mereka katakan.
"Jadi, semalam waktu ibu tidur, adik cerita lagi sama kami. Dia bilang, kalau hantu anak kecil itu minta adik yang dorong ibu guru itu, karena dia sudah bosan dengan ibu susu nya.
Jadi dia mau ganti ibu baru dengan cara membunuh nya. Karena adik nggak mau, jadi dia lakuin sendiri, dan karena dia marah sama adik, maka nya ibu yang dijadikan ibu susu selanjutnya!" Jelas Jenar dengan tangan gemetar.
Aku menelan ludah dengan susah payah. Mendengar semua penuturan anak anak ku yang sangat menakutkan. Aku memang pernah mendengar, cerita tentang ibu susu hantu.
Dan akhir nya itu sangat fatal. Aku tak menyangka, bahwa kini aku yang menjadi ibu susu nya.
"Lalu, apa yang harus kita lakukan?" tanya ku lirih.
"Sebelum dia bosan dengan ibu, kita harus katakan ini pada anggota keluarga nya. Agar dia tidak memakan korban lagi. Kita akan minta bantuan ketua leluhur disana dan meminta keluarga nya mengirim doa. Dengan begitu, dia akan pergi!" ujar Jenar lirih.
Aku hanya mengangguk lemah, lalu ingin bangkit untuk mengganti pakaian dan segera ikut dengan mereka.
"Auuuwwww!" Pekik ku yang langsung terdududk kembali ke lantai.
"Ada apa, Bu!? " Seru Jenar dan di susul Mas Damar.
Aku bergeming. Tak dapat menjelaskan apa yang aku rasakan.
Rasa nya, di bagian payudara ku seperti ada yang menggigit kuat. Rasa perih dan sakit nya tak dapat aku jelas kan. Pasalnya tak hanya sebelah, tapi kedua duanya.
"Auuwww!" Pekik ku lagi sembari berguling ke lantai dan memegangi dada ku.
Aku mencoba untuk melihat ke bawah, mata ku langsung membulat, kala melihat cairan pekat berwarna merah kental mengalir di baju tidur ku yang berwarna putih bunga bunga.
"IBUU!"
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments