Chapter 5

Chapter 5

"Aaarrrgghhh!"

Tanpa pikir panjang lagi, aku segera bangkit dan berlari keluar. Tak ku indahkan rasa sakit di dada ku ini, yang jelas aku ingin menjauh dari dalam rumah yang mengerikan itu.

Aku berlari keluar dengan nafas yang tersegal-segal, tetapi baru beberapa langkah saja aku langsung berhenti.

Sekar tengah menggandeng seorang Nenek tua, berbadan bungkuk dan tidak memiliki sebelah tangan. Aku ternganga beberapa saat, sebelum akhirnya Sekar berlari ke arah ku.

"Auuuu... Aaaa... Auuu!" Sekar mengatakan dengan gerakan tangan, bahwa nenek ini bisa menolong kami.

Ia segera menarik tangan ku masuk ke rumah itu lagi, sedangkan aku yang memang masih bingung hanya bisa menurut.

Nenek itu juga ikut masuk, dengan langkah Kaki yang sedikit pincang. Wajah nenek itu tampak sedikit menyeramkan.

Aku berjalan dengan mengekori Sekar dari belakang. Hingga kami masuk kembali ke dalam rumah itu.

Tampak Mas Damar sudah berhasil kembali menarik Jenar, hanya saja ia masih terus meronta. Sedangkan nenek nya Kinara masih terbatuk-batuk dengan memegangi leher nya.

Nenek tua yang tadi bersama Sekar, segera mendekat ke arah Mas Damar yang semakin kesulitan menahan Jenar yang terus meronta dan berteriak.

"Lepaskan Aku! Aku ingin mereka merasakan apa yang aku alami!" teriak Jenar dengan suara yang membesar seperti ada dua suara. Benar-benar bukan suara nya.

"Urip iku kang utama, Mateni Kang utama! Alam ora iso dilawan, awu sing sembyar iku sejatine berkah teko gusti kanggo jogo kesuburan bumi. Mulane kudu di syukuri!"

Nenek tua itu membaca sebuah pitutur jawa sembari menumbuk daun sirih dan kapur barus. Aku tak tahu apa maksud nya, di saat genting seperti ini, ia malah tampak sekali santai.

Daun sirih yang sudah selesai ia tumbuk, ia tempelkan di dahi Jenar. Seketika itu juga, anak itu melotot dengan tubuh mengejan kaku.

Tetapi tak berselang lama, akhirnya Jenar pingsan. Mas Damar yang kelelahan mengukung Jenar, akhirnya ikut lemas di sana.

Aku segera berlari ke arah mereka , lalu meraih tubuh Jenar. Dan membawa nya ke dalam pelukan ku.

"Astaghfirullah, Nak. Apa yang sudah kita alami!" Seru ku yang langsung memeluk erat tubuh nya.

Sekar juga ikut terduduk di dekat ku. Tapi tatapan nya tak lepas ke dinding yang bertengger sebuah foto anak yang seumuran dengan nya.

Anak itu manis, cantik, berkuncir kuda, dengan pakaian seragam merah putih. Di sebelah foto anak itu, ada seorang wanita cantik yang tampak nya masih sangat muda.

Berbadan langsing, dengan rambut lurus sepinggan. Wanita itu tersenyum manis dengan tangan yang menggandeng tangan putri nya.

Di saat aku masih sibuk memperhatikan foto tersebut, tiba-tiba foto itu berubah.

Ekspresi sang ibu berubah menjadi sedih, dan dari mata nya mengeluarkan darah yang mengalir deras. Aku yang tak tahan, segera mengalihkan pandangan.

Sekar memegangi tangan ku, dengan wajah yang mengangguk, seperti memberi ku sebuah keyakinan.

Aku membalas nya dengan sebuah senyuman.

"Jadi, apa yang aku katakan pada mu hari itu belum kamu laksanakan, Tah, Mar?" Ujar nenek tua itu membuka suara. Membuat aku dan Mas Damar menatap nya.

"Amit, Yu. Aku belum bisa!"

*****

Like, Coment, And Vote nya dong.

mana nih dukungan dari readers 😁😅😆

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!