“Maaf saya terlambat.!” Sebuah suara dengan tone yang sedikit berat mengejutkanku yang tengah menunduk sehingga membuatku spontan mendongak ke arahnya.
“Ada rapat yang memakan banyak waktu.” imbuhnya.
Ternyata seorang pria, aku hanya melihatnya sekilas kira-kira dia lebih tua dariku membungkuk ke arah kami.
'Siapa pria ini?' aku bertanya-tanya dalam hati. Namun perasaanku berkata bahwa aku sedikit merasa tak begitu asing dengannya.
Aku meliriknya lagi. Dia sangat berkharisma dan berwibawa. Tapi dia terkesan dingin dan kaku. Kalau dinilai dari wajahnya, aku akui dia memang tampan. Aahh... aku baru sadar, apa karena dia begitu mirip dengan aktor Yang Yang sehingga aku merasa tak asing dengannya?
Aku tidak melebih-lebihkan, dia memang sangat mirip dengan Yang Yang.
“Ah... baru saja aku akan menelfonmu.” Ucap bibi Feng padanya dengan nada sedikit khawatir.
“Nah... ini dia anakku, Feng Jinyi.” Paman Feng memperkenalkan anaknya pada kami.
Pria bernama Jinyi itu tersenyum membungkuk ke arah kami dan kemudian menyapa ayah ibuku. Aku masih berkutat dengan pikiranku yang berusaha mencoba untuk mengingat-ingat apakah aku pernah bertemu dengannya atau tidak? atau aku pernah kenal dengan dia atau belum? selain karena dia mirip Yang Yang tentunya.
“Terakhir bertemu denganmu adalah saat kau masih berumur satu tahun dan kami baru saja menikah waktu itu. Sekarang kau tumbuh menjadi pria yang tampan.” Ucap Ayahku sembari tertawa.
“Tetapi Mei, apa kau tak kenal dengannya?” ayahku bertanya padaku.
“Maaf?” Aku terkejut dan tersadar dari lamunanku yang masih mencoba-coba mengingatnya, dengan segera aku menatap ayahku bingung.
“Bukankah kalian dulu satu sekolah sewaktu SMA?” tanya paman Feng dengan tatapan menyelidik.
“Ahh.... begitu???" Aku malah nyengir canggung. "Tapi... maaf... aku sama sekali tak mengingatnya.” Aku berkata dengan senyum yang masih canggung namun berusaha terlihat sesopan mungkin.
Satu sekolah saat SMA? Mengenalnya? Aku mencoba mengingat lagi. Sejak aku lulus SMA ini sudah 8 tahun berlalu. Umurku saja sudah 25 tahun, bagaimana aku bisa mengingat kenal dia atau tidak. Lagi pula dulu aku terlalu acuh dengan sekitar dan hanya mengenal teman sekelasku saja. Di antara teman sekelasku sepertinya tidak ada yang bernama Feng Jinyi bahkan setampan dia.
Aku tersenyum canggung lagi karena Jinyi terus saja menatapku menyelidik. Sehingga membuatku merasa semakin tak nyaman. Aneh kan? kenapa dia terus saja menatapku seperti itu.
Aku jadi merasakan hawa disekitarku berubah menjadi hawa yang sangat mencekam setelah kedatangannya. Auranya menjadi sangat berbeda dan lebih membuat tak nyaman lagi.
“Ah... maklum saja, kalau dihitung tentang tahun kelulusannya, waktu itu Mei masih kelas satu kan? Jadi aku kira wajar saja kalau dia tidak mengenal siapa Jin? Mungkin nak Jin juga demikian?” ibuku menimpali dan balik melemparkan pertanyaan padanya.
Ibuku memanggilnya dengan nama Jin saja? Sok akrab sekali ibuku ini. Mentang-memtang dia tampan ibuku jadi terlena. Dan... pantas saja aku tak mengingat ataupun mengenalnya. Ternyata dia adalah kakak tingkatku. Dan dia ternyata dua tahun dia atasku. Jadi dia tingkat tiga dan aku tingkat satu. Jika memang seperti itu, Mana mungkin aku mengenalnya. Selain itu... seperti yang aku katakan sebelumnya, aku dulu adalah anak yang super cuek yang tidak begitu memperhatikan sekitarku dan tak mau tau tentang siapa-siapa kecuali teman sekelas dan para guruku.
“Maaf, sepertinya saya juga tak mengenalnya.” Jinyi menjawab pertanyaan ibuku. Akan tetapi matanya yang tajam menatap ke arahku menusuk paru-paruku hingga membuatku merasa sulit bernafas.
Tapi meskipun begitu aku melihat ada keteduhan dalam tatapannya. Dan tatapan itu... sepertinya tak begitu asing bagiku.
“Ah... pantas saja kalian sangat canggung sekali.” Ucap bibi Feng kemudian tertawa lirih.
Satu jam berlalu dan mereka mengobrol ngalor ngidul yang aku tak mengerti sama sekali apa yang tengah mereka bicarakan. Anehnya, Jinyi bisa mengikuti pembicaraan mereka dengan baik. Mungkin karena Jinyi sudah sangat berpengalaman jadi mereka bisa sangat nyambung. Aku sesekali hanya tersenyum saat ditanya mengenai sesuatu hal karena aku bingung harus menjawabnya bagaimana.
Aku memainkan kakiku mengayunkannya maju mundur tanpa suara, hal ini menandakan bahwa aku merasa sudah sangat jenuh sekali. Aku tak bisa mengikuti obrolan dewasa di antara mereka. maksudku obrolan bisnis.
Aku melirik Huan tengah asik bercengkerama dengan Jinyi. Apa yang mereka bicarakan aku tak begitu mendengarkan. Yang jelas, mereka sangat menikmati obrolan itu. Jadi.... hanya aku di sini yang merasa bosan??
Aku berusaha menguping pembicaraan mereka, namun karena berbaur dengan obrolan orang tua kami, aku hanya bisa menangkap sedikit saja isi pembicaraan mereka. Intinya adalah, bahwa si Jin ini sudah 2 tahun terakhir ini telah mengambil alih perusahaan elektronik milik ayahnya karena ayahnya sering sakit-sakitan. Pantas saja paman Feng terlihat sangat pucat sekali. Ternyata dia tengah sakit.
“Ah... Xiumei...” paman Feng memanggilku pelan membuatku tergeragap.
“Ya paman.” Jawabku sedikit terkejut kemudian menatapnya sembari tersenyum seramah yang aku bisa.
Namun paman Feng tidak bergegas menjawab dan semuanya kini malah terdiam dan menatap ke arahku lekat.
'Ada apa ini?' Hatiku bertanya-tanya.
Hatiku mulai berdetak kacau karena menyadari ada sesuatu yang tidak beres sekarang. Aromanya sudah mulai tercium.
“Mungkin ini terlalu cepat, tapi... Aku dan ayahmu telah sepakat dan memikirnya dengan waktu yang lama, bahwa kami telah mempertimbangkan semuanya dengan baik... kami... sudah sangat lama sekali berharap untuk keluarga kita agar menjadi keluarga yang sebenarnya.” Perkataan paman Feng sangat panjang.
Apa yang aku tangkap seprtinya bukan maksud paman Feng. Jantungku semakin berdegub cepat, darahku serasa berdesir.
Aku menatap menyelidik menunggu kalimat selanjutnya yang akan keluar dari mulut paman Feng. Aku tak mau menyelanya untuk bertanya lebih lanjut.
“Kupikir sekarang adalah saat yang tepat untuk mewujudkan harapan kami. Kami... menginginkanmu dan Jin untuk mewujudkan harapan itu.” pungkasnya membuatku semakin bingung.
“A...aa... apa Maksud paman Feng? Ak... aku... benar-benar tak mengerti dan bingung.” aku terkejut bukan main, jantungku yang berdegub kencang dan kacau kini serasa seakan-akan ingin melompat dari tempatnya.
Darahku serasa berhenti mengalir. Otakku serasa tersengat jutaan kilatan petir sehingga membuatku merasa tercekat. Aku masih berusaha mencoba untuk mencerna perkataan paman Feng.
Apa ini artinya salah satu di antara kami akan diadopsi???'Atau.... kami harus menikah? Oh tidak... jangan bercanda? Pikiran macam apa ini? Mana mungkin aku akan menikah dengannya?
Ku mohon... ini bukanlah sebuah drama atau novel yang tengah ku baca. Hal yang sama sekali tak pernah ku bayangkan sebelumnya? Menikah dengan orang yang baru 1,5 jam ku kenal?
Tidak... paman Feng belum mengklarifikasi tentang pernyataannya. Bisa jadi mau mengadopsiku? Atau ayahku yang akan mengadopsi Jin? kita kembali pada opsi itu.
“Jin telah menyetujuinya sayang.” Ayahku menimpali dan mencoba meraih tanganku untuk digenggamnya.
“Menyetujui???” dengan bodohnya aku bertanya pada ayahku... menyetujui apa maksudnya ini? Dunia seakan mau runtuh saja.
“Baiklah... akan aku jelaskan jadi dengarkan ayah baik-baik.” Ayahku memegang tanganku lembut sembari tersenyum seakan menguatkan. “Paman Feng dan ayah sangat berharap agar kamu dan Jin segera menikah.” pungkas ayah yang membuatku langsung merasa lemas.
Duar!!
Serasa jutaan petir kini menyambar tepat di jantungku. Dan terasa benar-benar menyambarnya. Dadaku terasa sesak... pikiranku serasa hilang dan kosong... darah ku serasa telah berhenti mengalir. Dan hatiku terasa tersengat listrik ribuan volt.
Aku merasa lemas sekali, namun sebisa mungkin ku coba untuk terus bertahan agar aku tak terjatuh.
Tiba-tiba tanganku yang terkulai lemas di atas meja direngkuh oleh jemari lembut bibi Feng yang entah sejak kapan sudah berada di sampingku.
“Kami akan sangat tenang jika Jin memperistri gadis sepertimu nak. Kau lah harapan kami nak! Dan.... Mengingat ayah Jin harus segera berobat ke luar negeri, serta... Jin membutuhkan seseorang yang selalu berada di sampingnya untuk mendukungnya. Maka... Kami sangat mengharapkanmu mau menjadi istri Jin.” Ucapnya keibuan.
Aku masih tak bisa berkata apa-apa. Mulutku serasa terkunci. Bagaimana ini? Aku memang tidak sedang dalam berkencan dengan seseorang, tapi... aku mulai menyukai seniorku di tempatku bekerja.
Aku menyukainya... Lagi pula... aku juga hanya seorang anak dari pengusaha properti biasa yang sederhana. Tidak seperti keluarga Feng yang bergelimang harta.
Aku hanya seorang wanita yang bekerja di sebuah kantor advertising biasa. Dengan gaji UMR umum. Mana mungkin aku menikah dengan putra seorang pengusaha besar sepertinya. CEO menikah dengan pegawai advertising? konyol kan?
Aku merasa begitu tertekan dengan berita yang sangat tiba-tiba ini. Aku bahkan sampai tak bisa menangis saking merasa kaget dan bingungnya.
“Aku sudah semakin melemah... Kami juga sudah sangat menyukaimu sejak kau masih bayi. Aku hanya ingin melihat putraku menikahi gadis yang benar-benar baik sepertimu sebelum aku pergi. Aku juga sudah meminta kepada ayahmu sejak kau masih bayi bahwa aku ingin menjadikanmu sebagai menantuku. Mungkin hanya ini permintaan terakhirku sebelum masa ku berakhir.” Paman Feng berkata lembut naun sepertinya dia menahan tangis karena suaranya terdengar berat dan pecah tak seprti saat awal bertemu tadi.
Mensengarnya ibu dan bibi Feng mulai menangis. Aku tak memperhatikan ekspresi Jin sama sekali. Kalau seperti ini... aku bisa apa? Ini sama saja dengan wasiat. Dan hatiku... aku sama sekali tak bisa membiarkan orang lain menangis seperti ini. Karena melihat orang yang kita sayang menangis, itu adalah hal yang lebih menyakitkan untukku. Dan ini benar-benar menyerang hatiku.
“Baiklah... mungkin kalian perlu waktu berdua untuk berkenalan terlebih dahulu....” ibu ku berkata pelan di sela isakannya.
Detik berikutnya aku menatap kosong vas bunga di tengah meja. Linglung.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Pecinta Halu
Deg deg deeeg
2022-05-12
1
Pecinta Halu
ikut tegang bacanya
2022-01-29
1
Leonita Ainingrum
ohhh...apa ini cwo misterius yg s mei suka waktu SMA ya...mungkin...🤔🤔🤔
2020-05-11
3