“Keluarga Feng? Siapa?” Aku bertanya pada Huan pelan saat masuk ke dalam mobil. Aku benar-benar penasaran dan ingin tau.
“Aku juga tak tau siapa mereka, yang jelas mereka adalah keluarga yang spesial. Buktinya, kita harus berpakaian seperti ini. Ayah dan ibu benar-benar keterlaluan kali ini, sudah tau ini musim panas. Tapi kenapa kita harus berpakaian seperti ini? aku sudah mulai gerah.” Kata Huan lirih dengan menggedikkan bahunya memberi isyarat bahwa dia juga benar-benar tak tau siapa itu keluarga Feng. Namun kemudian dia malah menggerutu kesal. Bibirnya mengerucut menandakan kalau dia benar-benar kesal.
"Iya kan?" Aku menyetujuinya.
Kemudian kami terdiam. Sepi. Senyap sekali. Hanya suara deru halus mini fan kebanggaan kami.
Ayah dan ibuku juga hanya diam saja dalam perjalanan menuju rumah makan. Ini benar-benar sangat aneh menurut kami. Dan tidak seperti biasanya. Karena biasanya, kami benar-benar sangat ramai ketika berada di dalam mobil. Kini benar-benar sepi.
Aku dan Huan pun sesekali saling bertatapan bingung dan curiga dengan maksud bertanya ‘apa yang terjadi?’ namun kami juga sama-sama tak tau dan tak bisa menjawabnya.
Tak berapa lama mobil kesayangan kami akhirnya berhenti di depan sebuah gedung tinggi menjulang dengan lampu-lampu yang berkerlap-kerlip cantik.
Aku bisa menebaknya. Kalau makan malam kali ini akan berada di rumah makan mewah yang berada di gedung ini.
Dengan perasaan bingung aku dan Huan turun dari mobil perlahan. Huan dan aku langsung saling merangkul tangan satu sama lain. Seorang butler kemudian menghampiri kami dan membawa mobil kami pergi ke tempat parkir.
Maklumkan saja. Kami tak pernah berada di gedung mewah seperti ini. Kantorku besarnya hanya sepertiga gedung ini dan kantor ayah juga hanya seperdua saja. Jadi kami tak terbiasa dengan pelayanannya yang serba mewah.
"Mei! Ayo ikut masuk!" Ayahku mengejutkanku yang masih terlihat bingung.
"Ah... eh... iya." Ucapku kemudian sedikit berlari mensejajari ayah dan ibuku yang sudah masuk terlebih dahulu. Tapi aku kembali tertinggal di belakang.
“Maaf kami terlambat.” Ucap ayahku mendekati sebuah meja makan besar di sebuah rumah makan yang terbilang cukup mewah dan sudah direservasi sebelumnya.
Rumah makan itu terletak persis di lantai dasar gedung mewah yang kami masuki.
Sejak awal memasuki rumah makan ini aku sudah mulai merasa bahwa makan malam ini ada yang aneh. Bukan karena apa? Karena keluarga kami biasanya menyukai rumah makan sederhana dengan hidangan tradisionalnya. tapi kali ini 100% bukan gaya keluarga kami.
Dan ini sangat bertentangan dengan kebiasaan kami.
Aku enggan melangkahkan kakiku tapi ibu dan Huan terus menarik lenganku. Hingga akhirnya aku sudah berdiri di dekat ayahku sekarang. Tegang. Ibu mencubit pinggangku pelan untuk memberikan kode agar aku membungkuk memberikan salam kepada mereka berdua yang kini berdiri menyambut kami.
"Tak apa-apa Zhu Long, kami juga baru saja sampai." Ucap paman yang ada di depan kami.
Paman itu terlihat tampan, mungkin masa mudanya dulu dia juga sangat tampan. Aku sangat yakin akan hal itu. Istrinya juga terlihat cantik, tak jauh berbeda dengan ibuku. Tapi sepertinya beliau lebih tua beberapa tahun dari ibuku. Dan lagi, dia sangat anggun. Jauh berbeda dengan ibuku yang sedikit ya.... bisa dibilang ibuku jauh dari kata anggun. Mungkin ke bar-baranku menurun darinya.
Dengan sedikit malas-malasan aku tersenyum dan membungkuk pada dua orang teman ayahku itu, yang sepertinya jika dilihat dari sekilas saja mereka adalah sepasang suami istri.
Kenapa aku bisa menyimpulkan demikian? Karena paman dan bibi itu sangat serasi. Alasan yang aneh kan? Hanya karena serasi aku menyimpulkan demikian. Aku memang suka aneh-aneh.
“Selamat malam paman, bibi?” sapa ku sesopan mungkin pada mereka sok akrab dengan melemparkan senyum terindah yang aku punya. Tentu saja Ini terasa sangat aneh buatku.
“Wah... kau cantik sekali nak! Mari-mari silahkan duduk!” senyum mereka sembari menyanjungku. Aku tersipu tentu saja. Kemudian mereka mempersilahkan seluruh keluargaku untuk duduk.
“Ini anak sulungku Zhang Xiumei dan ini adiknya si bungsu Zhang Xiuhuan.” Ucap ayahku memperkenalkan kami pada mereka berdua. Aku dan Huan hanya tersenyum mengangguk pada mereka sopan.
“Dan... mereka adalah paman dan bibi Feng teman lama dan sahabat dekat ayah tentu saja.” Ayahku dengan bangganya berganti mengenalkan mereka padaku dan Huan.
Aku bisa melihat betapa ayahku sangat mengagumi dan membanggakan mereka.
Aku menatap mereka yang tersenyum ramah padaku hingga membuatku salah tingkah dan merasa tak nyaman. Karena, mereka terus saja memperhatikanku.
“Waaah... Xiumei sudah dewasa rupanya, kau terlihat semakin cantik saja nak. Xiuhuan juga sudah besar, sepertinya dia juga akan menjadi pria yang sangat tampan nantinya.” Kata paman Feng menyanjung kami sembari tersenyum.
‘Kapan mereka bertemu denganku? Kenapa seolah-olah mereka mengenalku sejak aku kecil?’ aku bertanya-tanya dalam hati.
“Kau heran?” suara bibi Feng mengagetkanku yang tengah terbang melayang dalam lamunan bertanya-tanya.
"Ayahmu selalu mengirimkan kami foto setiap ulang tahunmu, sejak kau masih bayi. Makanya kami sangat tau perkembanganmu.” Ucap bibi Feng memberikan jawaban atas keherananku.
“Ah... demikian rupanya.” Aku tersenyum paham pada mereka namun merasa canggung kembali.
Pantas saja mereka seperti telah mengenalku sejak lama. Ternyata seperti itu ceritanya.
Ku cubit paha Huan yang duduk tegang di sampingku. Seketika Dia langsung menoleh ke arahku dengan sedikit meringis menahan sakit.
Aku memberikan isyarat padanya kalau aku tak nyaman berada di sini. Dia pun membalas isyaratku dengan maksud yang sama denganku juga, bahwa dia merasa canggung dan merasa sangat tak nyaman.
Tapi di mana anak mereka? apakah mereka tak mempunyai anak? Kenapa ayah mengajak keluarganya semua sedangkan mereka tidak. Aku bertanya-tanya lagi dalam hati. Aku berharap jika anak mereka adalah seorang perempuan dan seusia denganku. Dengan begitu setidaknya aku bisa berbincang santai dengannya tanpa kecanggungan seperti ini.
Atau mungkin seorang pria? galak? kejam? tidak... melihat wajah kedua orang tuanya seperti mereka pasti anaknya tak seburuk yang aku duga. Atau... mereka bahkan tak punya anak. Soalnya mereka tak menyinggung perihal anaknya sama sekali.
“Ah... kenapa dia lama sekali?” ucap bibi Feng kepada suaminya. Dan ini mungkin jawaban pertanyaan dalam benakku. Mereka tengah menanyakan anaknya yang tak kunjung datang. Mungkin.
Sedikit bersorak hatiku mendengarnya, karena aku juga penasaran padanya. Aku bahkan sudah membayangkan bahwa dia adalah gadis yang ceria dengan melihat kedua orangtuanya yang ramah seperti ini. Karena aku benar-benar berharap anak mereka adalah seorang perempuan bukan laki-laki.
“Tidak apa-apa, pengusaha muda seperti dia pasti sangat sibuk sekali. Kami sangat memakluminya.” Ibuku menimpali.
Aku dan Huan hanya cengar cengir tak karuan, bingung mendapati makan malam canggung ini. Perutku yang sudah terasa perih harusnya sudah terisi penuh sejak tadi. Tapi ini sama sekali belum kemasukan sebutir nasi pun. Karena mereka semuanya belum ada yang memulai makan dan masih terus berbincang-bincang. Mungkin menunggu anaknya? mungkin begitu.
Aku semakin bosan dan merasa hampir mati karena kelaparan. Cacing-cacing dalam perutku semakin memberontak. Sepertinya mereka tengah berdemo di dalam sana.
“Maaf saya terlambat!” Di saat aku menunduk lemas menahan lapar, Sebuah suara dengan tone yang sedikit berat mengejutkanku sehingga membuatku spontan mendongak ke arah suara yang berada di dekat kursi kosong sebelahku.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Pecinta Halu
ooouuuuwww si Oppaaaa
2022-05-12
1
Pecinta Halu
Aduh kok sprti ikut dalam adegan deh yaaa thor hehehehe
2022-01-29
1
Riyanti
lidah ku lumayan belipat ini tor🤣🤣
2021-06-18
1