Ghorbulous

Ghorbulous

Seorang pria besar

Hazel bermimpi lagi.

Dia bermimpi akan seseorang yang datang menemuinya dan membisikkan kata-kata lembut, lalu memeluknya. Hal serupa sudah berjalan selama berbulan-bulan, mimpi yang sama dengan orang yang sama.

Pria berkulit gelap yang tidak bisa dia lihat wajahnya.

Pria dengan ukuran tubuh yang dua kali lebih besar dibandingkan pria normal yang selama ini dilihatnya.

Dan pada setiap mimpinya ini, Hazel tidak pernah memiliki kesempatan untuk balas memeluk ataupun membuka mulutnya. Hanya pria itu yang melakukan pembicaraan dan tindakan satu arah, tidak eksplisit maupun terlalu memanjakan.

Yang membuat mimpi kali ini berbeda adalah, pria itu tidak hanya memeluknya. Tapi juga menggandengnya untuk pergi.

Hazel sontak bangun dengan nafas memburu dan tubuh yang berkeringat, jantungnya berdegup kencang seolah baru saja selesai berlari. Dia tau bahwa itu adalah mimpi, tapi membayangkan dirinya dibawa pergi oleh seorang pria asing bertubuh sebesar itu, hatinya hanya bisa gemetar takut.

Dia mengulurkan tangan untuk mengambil segelas air, tapi dia mendapati bahwa tangannya sudah dirantai.

Terkejut, Hazel membuka matanya lebar-lebar dan melihat bahwa kedua tangan serta kakinya berada dalam kondisi serupa, dirantai. Pakaian tidurnya juga sudah diganti dengan gaun putih sederhana, yang biasa dia lihat dipakai oleh orang-orang untuk menikah.

"Kenapa sudah bangun?!"

Suara seorang pria yang dikenalnya, menyadarkan kebingungan Hazel. Itu adalah suara paman yang menampungnya untuk tinggal sementara begitu dia lulus kuliah.

Awalnya Hazel tidak ingin merepotkan adik mendiang ayahnya ini, tapi dia tidak punya pilihan karena uang tabungan peninggalan orangtuanya sudah nyaris habis. Jadi dia bertanya beberapa hari lalu apakah dia bisa tinggal disini untuk sementara, setidaknya untuk satu minggu.

Namun situasi apa ini?

"Paman? Ada apa ini?" Hazel bertanya dengan ketakutan, masih mencoba berpikir positif walaupun terkesan seolah sedang menolak kenyataan.

Namun pria paruh baya itu hanya merogoh sakunya sambil berteriak

"Aila! Kesini dan bawa itu!"

Dengan tatapan tak percaya, Hazel melihat bibinya yang datang sembari membawa sapu tangan berwarna biru.

"Bibi! Bibi, ada apa ini?! Apa yang kalian lakukan?! Lepaskan aku!!" Hazel berteriak keras.

Namun bibinya hanya membekap hidung dan mulutnya menggunakan sarung tangan tersebut dengan tatapan aneh, Hazel segera menyadari bahwa dia berada dalam bahaya dan mulai meronta. Sayangnya, belenggu yang menahan kaki serta tangannya membuat setiap perjuangannya menjadi sia-sia.

Ditengah kesadarannya yang mulai kabur, Hazel menitikkan air mata.

Dan ditengah semua ini, dia melihat orang asing paruh baya yang entah muncul darimana dan menanyakan sesuatu padanya. Hazel tidak tau apa yang harus dia lakukan atau apakah dia harus menjawab, tapi bibinya lantas secara paksa mendorong kepalanya agar dia mengangguk beberapa kali. Paman hanya mendengus dan mengatakan satu dua hal pada orang asing ini sembari menggerak-gerakkan tangannya.

Lalu semuanya menjadi hitam.

Dia tidak tau berapa lama kesadarannya menghilang, yang dia tau adalah dirinya secara samar merasakan tubuhnya terombang-ambing seolah sedang dibopong menggunakan tandu ke suatu tempat yang sangat jauh dan teduh.

Dia tau bahwa ia dikhianati oleh satu-satunya anggota keluarga yang tersisa dan dia percayai.

Hatinya benar-benar hancur. Perasaan ini sama dengan perasaan saat orangtuanya meninggal karena tabrakan beruntun.

Sakit, sesak, pening, ngilu dan kosong.

"Kasihan. Dia pasti dipaksa oleh keluarganya untuk melakukan ini, dia bahkan menangis saat tidak sadarkan diri."

"Kudengar dia baru lulus kuliah, benar-benar menyedihkan. Padahal masa depan gadis ini begitu tak terbatas, tapi dia justru memiliki keluarga seperti itu."

"Dia cantik, pintar, dan terlihat baik. Kalau bukan dia yang diminta oleh keluarga Josiah, aku akan menikahkan putraku dengannya."

"Aku ingin membantunya melarikan diri, tapi aku tidak bisa. Aku tidak ingin anggota keluargaku dipaksa untuk menggantikannya."

"Aku juga. Kita hanya bisa bantu mendoakannya agar tetap hidup setelah masuk ke rumah itu."

Komentar-komentar ini datang dari para pria yang sedang membawa tandunya, bahkan orang asing sekalipun merasa bahwa tindakan ini salah. Tapi keluarga yang masih memiliki ikatan darah dengannya, justru dengan tega menjualnya pada orang lain. Padahal mereka sama sekali bukan orang miskin yang harus bekerja dengan sangat putus asa demi uang, mereka hidup berkecukupan.

Butuh waktu lama bagi mereka sebelum Hazel bisa mendengar suara gerbang kayu yang terbuka, lalu dia merasakan bahwa lingkungan di sekitarnya menjadi lebih gelap dan kering. Mungkin orang-orang ini meletakkannya didalam ruangan dibalik gerbang, sebelum meninggalkannya sendirian.

Hazel ingin membuka mata dan berteriak agar tidak ditinggalkan sendirian, tapi tubuhnya hanya bisa gemetar di tempat dengan air mata yang semakin deras. Hanya terus menangis pada keadaan setengah sadar, hingga tubuhnya yang terlalu lelah tertidur dalam kondisi berurai air mata.

Dia kembali bermimpi.

Mimpi tentang pria besar berkulit gelap itu lagi.

Di mimpinya, Hazel masih menangis dengan menyedihkan. Pria itu juga hanya membiarkan dan tidak menghiburnya seperti biasa, mengamati dalam diam di hadapannya. Coretan acak yang menutupi wajah pria itu juga masih berada di posisi biasa, tak membiarkan Hazel melihat wajahnya.

Hazel menangis hingga merasa benar-benar lega, pikirannya berangsur tenang dan mulai memikirkan hal-hal yang membuatnya optimis.

Seperti bagaimana dia akhirnya memiliki privasi dan bisa tinggal sendirian, jauh dari hiruk pikuk manusia.

Bagaimana dia tidak perlu menghadapi mantan pacarnya yang membuatnya tidak betah di kost dan memutuskan untuk kemari, yang membuatnya berakhir dalam keadaan ini.

Pemikiran demi pemikiran positif ini membuatnya jauh lebih tenang dan lega, dia mengusap lembut air mata terakhirnya dan menatap pria itu.

Hazel meneguk ludahnya dengan gugup dan menanyakan hal yang selama ini mengganggunya

"Sebenarnya .... Kau siapa?"

Pria itu berhenti menggaruk tengkuk dan berdehem canggung

"Sebentar lagi kau juga akan tau, jadi aku tidak perlu menjawabnya."

Hazel mengangguk mengerti, dia tidak dalam mood untuk melakukan perdebatan. Tidak ada tenaga ekstra untuk itu, jadi dia bertanya kembali

"Apakah ini ada hubungannya denganmu?"

"....... Maaf."

"Tidak akan."

Meskipun bukan hal yang mustahil untuk memaafkan, tapi Hazel tidak ingin memaafkan orang ini.

Tidak sampai kehidupan impiannya sebagai wanita karir yang hidup tenang tanpa masalah, terkabul.

Pria itu juga tampaknya menyadari bahwa hal yang saat ini mereka bahas akan berubah menjadi alot, berimbas pada kecanggungan dan kebekuan di masa depan. Jadi dia dengan patuh menghentikan topik tentang maaf memaafkan ini, dan mulai mengajukan pertanyaan dengan hati-hati

"... Hazel, boleh aku bertanya?"

Hazel membalas singkat

"Ya?"

Pria itu tampak gugup

"Apa kau takut pada hantu?"

Terpopuler

Comments

Bayangan Ilusi

Bayangan Ilusi

Sebenaranya apa itu?
hantu? monster? siluman? makhluk jadi2an?

2022-09-21

1

Bayangan Ilusi

Bayangan Ilusi

Kejahatan terkadang datang dari orang terdekat ya gini🥺

Salam dari Pengagum Rahasia Senja🙏

2022-09-21

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!