Hazel melemparkan beberapa kayu bakar kedalam tungku dan mulai membuat beberapa hidangan sayur. Dia bukan vegetarian, tapi makan banyak sayur akan membuatnya lebih sehat, jadi kenapa tidak?
Untungnya rumah ini memiliki listrik dan beberapa peralatan elektronik dasar seperti kulkas, lampu dan penanak nasi. Juga kamar mandi berfasilitas lengkap dengan skincare yang selalu dia pakai bahkan pembalut.
Semuanya lengkap, tapi ...
"Kenapa tidak ada kompor?!!" Hazel berteriak setelah selesai mencuci peralatan masak, lalu membanting spons cuci ke tanah.
Dia kembali protes
"Kau begitu kaya hingga bisa membangun nyaris seluruh rumah menggunakan kayu jati dan menyediakan persediaan barang, tapi kenapa kau tidak bisa membelikanku kompor?!"
Hazel meraung sambil menunjuk langit-langit, dia tidak berhenti sampai merasa tenggorokannya sakit. Dia berjalan menuju halaman dan berbaring di jalan bebatuan lembut yang bersih, di petak kubis.
Dia melirik petak kubis dan berkomentar
"Lembaran daunmu seperti masalah hidupku, berlapis-lapis."
Dia ingin berguling, tapi malas. Jadi dia hanya menatap daun serta delima yang melindunginya dari terik matahari, merasa bosan.
Tidak ada internet, TV ataupun buku.
Dia sudah mengulangi siklus ini selama dua minggu, tanpa memimpikan pria itu. Hanya saja terlalu banyak pekerjaan fisik, membuat seluruh tubuhnya sakit.
Ini membuat Hazel cemberut dan masuk ke dalam rumah untuk mandi dan ganti baju. Begitu dia ingin bersantai di kursi depan, dia mendapati sosok yang familiar di kegelapan dapur.
Hazel panik, takut pada kemungkinan bahwa pihak lain adalah kriminal yang lari ke gunung dan secara kebetulan menemukan rumah ini. Dia mendekat dengan pisau besar, jelas ingin membela diri.
Dia berujar waspada
"Siapa kau? Berbalik."
Pihak lain meliriknya dan hendak berbalik, Hazel kembali buka suara dengan nada mengancam
"Jangan macam-macam, aku memegang pisau."
Pria itu berbalik dan berkata
"Tenanglah, ini hanya aku."
Melihat sepasang mata hijau emerald yang teduh ini, Hazel mengacungkan pisaunya lebih dekat dan bertanya
"Siapa kau?!"
"....."
"Siapa?!" Hazel menaikkan suaranya.
Pihak lain hanya menghela nafas panjang dan mengangkat sebelah tangannya, mengejutkan Hazel dengan tangan besar yang agak transparan. Tapi gadis itu hanya membeo
"Bukan manusia?"
Dia menjawab
"Bukan."
"Oh."
Pria itu sudah tau Hazel akan memiliki reaksi seperti ini, jadi dia mengatakan sesuatu yang pasti akan mengagetkan pihak lain
"Ngomong-ngomong, aku suamimu."
"Hah?!" Kali ini Hazel bereaksi dengan heboh, bahkan sampai menjatuhkan pisaunya.
"Suami? Tapi kau 'kan bukan manusia?" Dia berjalan mendekati pria yang masih betah berada dalam kegelapan dan mengangkat jari telunjuk, lalu menusuk pihak lain.
"Tembus? Ternyata benar-benar hantu" Hazel takjub.
"Apakah kau pria yang terus memonopoli mimpiku? Sungguh familiar" Dia kembali bertanya.
"Ya, aku yang selalu muncul di mimpimu. Tidak heran kau merasa familiar begitu melihat figurku, karena kita memang setiap hari bertemu" dia menjelaskan dengan canggung.
"Walaupun baru dua minggu lalu aku berani menunjukkan wajahku" imbuhnya.
"Kenapa bukan sejak awal?" Hazel skeptis.
"Surga tidak mengizinkanku untuk mengekspos terlalu banyak" dia menjadi lebih canggung melihat raut Hazel.
"Apakah kau hantu?"
Pihak lain menjelaskan
"Aku hanya bisa menjawab dengan kata 'abu-abu', karena tubuhku masih hidup di suatu tempat sedangkan jiwaku bebas berkeliaran."
Hazel melipat tangannya dengan wajah serius, lalu berkata
"Ngomong-ngomong, aku masih tidak memaafkanmu. Pertama, karena sudah mengusik privasiku. Kedua, kau menghancurkan masa depan dan mimpiku sebagai wanita karir" Hazel tampak sangat marah.
Pria itu merasa lebih bersalah dan berusaha menenangkannya
"Aku bisa memberikan apapun yang kau mau."
Hazel menatapnya dari atas hingga bawah, lalu mengangkat sebelah alisnya
"Kau?"
Tatapan mata gadis itu seolah mengatakan 'Kau bahkan tidak bisa menyentuh atau disentuh objek apapun, dengan cara apa kau memberiku apa yang kumau? Angin?'
Pria itu tertangkap berbohong sekali lagi
"Maaf, bukan aku. Melainkan keluargaku."
"Kau orang kaya?"
Mendengarnya, manik hijau tersebut bersinar antusias
"Bisa dibilang begitu, keluarga kami memiliki perusahaan far-"
"Terus kenapa kalau kau kaya?" Tukas Hazel.
Pria itu menyadari betapa seriusnya masalah ini dan betapa kurang ajar perkataannya barusan, dia hanya bisa sedikit menundukkan kepala dan mencicit
".... Maaf."
"Yang menjadi fokusku disini adalah aku yang dijual dan dibeli untuk dinikahkan, seolah-olah aku ini barang dagangan atau protagonis novel penuh stereotip yang murah. Kau tau? Aku mencintai diriku sendiri, dan aku tau bahwa aku tidak bisa dihargai dengan uang."
Hazel menambahkan
"Kalau kau ingin menikahiku, kau setidaknya bisa menggunakan cara normal dan melamar-"
Pihak lain memotong perkataannya
"Tapi aku bukan manusia, aku tidak bisa membawa keluargaku dengan cara normal-"
"Kau bisa secara paksa muncul di mimpiku, kenapa kau tidak bisa melakukan hal yang sama pada waliku? Tidak bisa membawa keluargamu untuk melamarku secara normal, jadi kau pikir mengisolasiku di tempat ini adalah normal?" Hazel memotong perkataan pihak lain dengan marah.
Dia hanya bisa menundukkan kepala
"Maaf."
"Tidak akan. Kau membuat seluruh bakat dan ijazahku menjadi sia-sia, kau pikir aku bersusah payah sekolah dan mempertahankan beasiswa selama bertahun-tahun, hanya untuk dikurung disini dan menjalani keluarga dua orang bersamamu? Kau waras?" Hazel benar-benar marah begitu mengingat hal ini.
"Aku-"
Gadis itu kembali memotong perkataannya, walaupun dengan nada yang sama sekali tidak meledak-ledak
"Tidak akan kumaafkan, tidak sampai kehidupan impianku tercapai. Jadi berhentilah meminta maaf dan pergi, aku tidak mau bertengkar dengan 'suami' baru lebih dari ini."
Pria itu menjadi semakin merasa bersalah, terdiam
"..."
"Aku bukan tipe yang menimpakan kesalahan pada pria. Tapi disini kau memang bersalah, jadi pergilah."
"Maaf, aku tidak bisa" dia merespon tegas.
"Kenapa?"
Pihak lain memberikan alasan
"Kita adalah pasangan, aku tidak bisa pergi."
Hazel hanya bisa menghela nafas panjang dan menahan diri agar tidak marah
"Aku mengerti bahwa kita adalah pasangan suami-istri, tapi bisakah setidaknya-"
Pria itu memotong perkataannya dengan wajah serius
"Tidak, Hazel. Kau tidak mengerti."
Melihat betapa seriusnya wajah pria di depannya, Hazel bertanya
"Soal?"
Mahluk ini menjelaskan secara singkat
"Pasangan yang kumaksud disini bukan hanya gelar 'suami-istri', untuk lebih jelasnya ... Lihatlah jari kelingkingmu baik-baik."
Hazel melihat jarinya selama beberapa waktu, hingga muncul seuntai benang merah yang melilit jari kelingkingnya dan terhubung dengan milik pria itu.
"Apa ini?" Dia terkejut.
Pihak lain memainkan benang merah itu sedikit dan kembali menjelaskan
"Kau adalah manusia, dan aku adalah jiwa. Kita tidak bisa melakukan ritual pernikahan manusia yang hanya mengikat janji pada umumnya, melainkan mengikat jiwa kita bersama."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Sri Ningsih
mmpir k..
maaf mau tnya k thor brp hari ya review pngajuan naskah ikut lomba ini? saya udah dua hari tp naskah cerita saya kok blm lulus² review ya
2022-09-18
2