Preferensi dan asumsi

Hazel menatap pria buram itu dan menggeleng

"Manusia jauh lebih mengerikan daripada hantu."

Pria itu jongkok sembari bertopang dagu, meniru pose duduk gadis di hadapannya seolah dia sangat penasaran

"Kenapa?"

Hazel berkedip beberapa kali dan menjawab sesuai dengan opininya

"Manusia bisa membunuh, memperk*sa, dan melakukan hal-hal amoral lainnya. Sementara hantu hanya akan menyebabkan gangguan kecil dan secara iseng menampakkan diri."

Dia terdiam, lalu kembali mengajukan pertanyaan

"Kau sungguh tidak takut padaku?"

"Untuk apa?" Hazel bingung, bukankah bagus jika dia tidak takut?

"Tidak takut karena aku sudah menyabotase mimpimu untuk beberapa lama?" Orang ini menggaruk kepalanya, tampak menyesal.

Hazel sontak kehilangan senyumnya

"Aku tidak takut, tapi marah. Bagaimanapun juga, kau mengusik privasiku."

Pihak lain menggaruk kepalanya lebih banyak, dan membeo

"Uh ... Maaf?"

"Untuk yang satu ini, tidak" tukas Hazel.

Dia mungkin tidak bisa melihat seperti apa raut wajah pria ini, tapi dia bisa menebak bahwa mahluk dihadapannya sedang mengulas senyum. Dilihat dari gelagat serta responnya saja, dia bisa menebak mahluk apa dia.

Kalau bukan arwah penasaran, ya genderuwo.

Tanpa sadar dia mundur satu langkah, pihak lain juga tidak menunjukkan reaksi berarti. Sepertinya pria itu sadar bahwa Hazel bukan perempuan naif yang dengan mudah mempercayai seseorang meskipun hanya ada mereka berdua disini, terlebih bahwa mereka adalah dua entitas yang berbeda.

Hazel adalah orang, sementara dirinya bukan.

Jadi pria itu tertawa.

Tertawa untuk pertama kalinya setelah berbulan-bulan menyabotase mimpi si gadis muda dengan sikap suam-suam kuku.

Hazel merasa sangat tidak nyaman begitu pria ini tertawa, dia kembali angkat kaki untuk mundur sekali lagi. Tapi pria yang tertawa itu hanya mengibaskan tangannya satu kali dan membuat tubuh Hazel terpental ke udara, gadis itu terbang ke atas semakin jauh saat coretan yang menutupi identitas pihak lain dengan lambat berhenti bergerak dan pecah.

Walau matanya agak minus, tapi Hazel yakin bahwa dia tidak pernah bertemu wajah seperti itu.

Pria itu memiliki kulit gelap yang khas, juga rambut berwarna hitam pekat. Sepasang matanya juga tajam, tapi tidak mengintimidasi. Mata berwarna emerald green yang sangat teduh, dengan mole di bawah mata kirinya yang menambah kesan melankolis.

Pria itu tersenyum dan membuka mulutnya

"Bangunlah."

Saat orang ini tersenyum, matanya juga ikut tersenyum membentuk lengkungan bulan sabit.

Hal pertama yang ada di benak Hazel bukanlah betapa cantiknya pria besar dibawah sana, melainkan siapa dia sebenarnya?

Dalam kebingungan yang luar biasa itu, dia merasa bahwa tubuhnya menabrak sesuatu dengan keras. Begitu dia sadar, dia sudah terlonjak satu kali diatas tandu dan terbangun.

Hazel merasakan dadanya sesak seolah beberapa waktu lalu ada yang mencekiknya, dia bernafas dengan susah payah hanya untuk menyadari bahwa dugaannya benar.

Dia berada di tengah antah berantah.

Orang-orang tadi meninggalkannya di sebuah tempat yang terisolasi dari manusia, hanya ada pepohonan dan rerumputan dimana-mana. Tapi dia tidak bisa protes, karena seseorang tampaknya sudah menata tempat ini dengan hati-hati sesuai preferensinya.

Dia bangkit dan melihat lingkungan luar melalui jendela kayu yang terbuka, mendapati kebun kecil yang terisi lengkap dengan sayuran organik. Hazel ingin berjalan turun dan mengamati lebih dekat, tapi urung begitu telapak kakinya bersentuhan dengan lantai kayu yang dingin.

Tubuhnya bersandar di jendela dan mengamati kebun kecil di luar sana sekali lagi, menemukan bahwa tidak hanya ada sayuran melainkan juga ada tanaman yang bisa digunakan untuk bumbu, bahkan pohon buah. Intinya, semua ini cukup untuk dia habiskan selama bertahun-tahun.

Begitu dia mengangkat kepalanya untuk memandang langit luar, dia membeku.

Bintang-bintang tampak sangat jelas disini. Entah karena dia tidak ditemani oleh setitikpun cahaya, atau karena dia terisolasi sendirian tanpa satupun tetangga yang memiliki lampu di rumah mereka.

Telinganya menangkap suara katak, yang berarti ada sungai atau danau di dekat sini. Juga suara jangkrik dan burung hantu, yang menandakan bahwa ekosistem disini masih terjaga. Hatinya merasa tenang.

Hidup tanpa seorangpun manusia yang mengusiknya dan hingar bingar notifikasi ponsel, mungkin tidak seburuk yang dia duga.

Omong-omong tentang ponsel dan laptop, mungkin miliknya sudah dijual oleh paman dan bibinya. Serius, beberapa orang hanya akan terus menua dan tidak bertambah bijaksana. Mereka bahkan ingin terus mengeruk uang tanpa peduli, pasti inilah alasan sepupunya menolak pulang dan hanya mengirim biaya hidup yang cukup untuk kebutuhan sehari-hari.

Namun pastinya sepasang kerabat itu ingin hidup melebihi kata 'cukup', Hazel penasaran akan respon sepupunya begitu mendengar kejadian ini. Mereka cukup akrab saat masih kecil, tapi karena satu dan lain hal keduanya tidak sering saling menghubungi.

Hazel melirik lemari di samping yang entah sejak kapan sudah terbuka, mendapati ada bertumpuk-tumpuk pakaian santai di ruang sebelah kanan dan kiri. Yang membuatnya heran adalah semua pakaian itu adalah pakaian untuk pria dan wanita, otaknya mau tidak mau berasumsi akan tujuan dia dijual.

Apakah untuk dinikahkan?

Astaga, kenapa klise sekali?

Dia mengeluh diam-diam dan secara acak mengambil kaus kaki untuk dipakai, dan mulai melakukan tur didalam rumah barunya. Segala hal disini terbuat dari kayu dan bahan berkualitas tinggi. Meskipun ini adalah rumah dengan desain sederhana, tapi melihat dari bahan bangunan dan furnitur, jelas bahwa ini sama sekali tidak sederhana.

Rumah ini menggunakan pagar bambu yang berjajar rapat mengelilingi rumah, dilapisi oleh berbagai buah dan sayuran merambat. Dia juga menemukan kandang ayam kecil dan mendengar bunyi sungai, semuanya benar-benar tersedia termasuk beras, minyak, dan garam di gudang, bahkan kayu bakar.

Hazel merasa bahwa dia akan mengalami kehidupan manusia seratus tahun yang lalu. Primitif, melelahkan, tapi sehat dan minim penyakit kejiwaan. Lingkungan seperti ini adalah idaman segelintir orang yang sudah merasakan betapa sibuknya suasana kota, orang-orang yang menginginkan ketenangan lebih dari apapun seperti dirinya.

Dia jadi agak penasaran dengan 'suami' ini, apakah mereka kenalan lama?

Apakah dia pria dengan kepribadian aneh dan preferensi yang ekstrim?

Atau jangan-jangan Hazel dinikahkan untuk menjadi istri kedua? Makanya 'suami' ini membangun rumah di tempat terpencil tanpa siapapun?

Hazel mengelilingi seluruh rumah dan halaman, tapi dia benar-benar sendirian dan tidak ada sosok 'suami' yang baru menikahinya. Asumsi bahwa dia adalah istri kedua segera menyeruak, tapi terlalu melelahkan berpikir akan konspirasi ini terus menerus di tengah malam yang cerah.

Jadi dia memutuskan untuk kembali beristirahat, biarkan segalanya dimulai besok.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!