Bangkit Dari Keterpurukan
Namaku Reyna, saat ini aku duduk di bangku sekolah SMK jurusan akuntansi, tepatnya kelas dua SMK. Karena cita-citaku ini menjadi akuntan.
Tapi kenyataan tak sesuai dengan harapan, impianku hilang begitu saja di terpa angin lalu.
Kala aku harus menerima kenyataan pahit diriku di jodohkan di usiaku yang baru akan menginjak delapan belas tahun.
"Ayah, ibu. Apa nggak nunggu aku lulus sekolah saja? sayang sekali tinggal satu tahun lagi, masa aku harus berhenti di tengah jalan?"
Reyna meminta kebijaksanaan dari orang tuannya, tentang perjodohannya dengan seseorang yang sama sekali belum di kenalnya.
"Reyna, kami sudah benar-benar tidak sanggup lagi membiayai sekolahmu makanya kami memutuskan kamu berhenti saja dari sekolah," tukas Ayah Darmawan.
"Iya nak, lagi pula kamu bisa lihat jika sekarang ini ibu sedang hamil besar seperti ini, dan sebentar lagi akan melahirkan. Ayahmu belum juga mendapatkan pekerjaan yang tetap jadi tolong mengertilah akan kondisi keuangan keluarga," Bu Wati ikut berkata.
"Kalau ayah nggak bekerja ya cari pekerjaan toh, yah. Masa hanya berdiam diri di rumah saja mengandalkan warung sembako yang sudah jelas hasilnya nggak mencukupi untuk kebutuhan keluarga," tukas Reyna.
"Nak, tanpa sepengetahuanmu. Ayah sedang usaha mencari pekerjaan yang tetap, tapi belum juga ada lowongan kerja. Tahu sendiri, ayah bisanya hanya bekerja sebagai kuli bangunan atau tukang parkir atau kerja kasar lainnya," Ayah Darmawan mencoba memberi pengertian pada, Reyna.
"Ayah, pekerjaan kan banyak. Nggak harus menjadi kuli bangunan, kuli di pasar kan bisa atau jualan apalah," kembali lagi Reyna memberikan sebuah saran.
"Reyna, walaupun kerja seperti itu juga nggak akan mencukupi untuk kebutuhan kita," Ayah Darmawan terus saja meminta pengertian dari anak sulungnya.
"Ayah, aku bersedia kok membantu mencari uang setelah aku pulang dari sekolah. Tak perlu mengambil solusi dengan cara menikahkan aku dengan orang yang sama sekali aku belum mengenalnya bahkan aku belum pernah bertemu dengannya satu kali pun," Reyna terus saja membujuk ayahnya.
"Reyna, kami ini mempunyai banyak sekali hutang dan kami tidak sanggup lagi untuk membayarnya. Jika tidak lekas membayar hutang, rumah ini akan menjadi jaminan bank bisa disita bisa diambil lantas kita akan tinggal di mana?"
"Aku semakin nggak mengerti dengan
jalan pikiran ayah dan ibu, lantas apa keuntungannya menikahkan aku?" tanya Reyna mengernyitkan alis.
Ayah Darmawan, menjelaskan secara detail apa keuntungannya jika dia menikahkan Reyna dengan anak dari sahabatnya.
"Jika kamu bersedia menikah dengan Rony, anak dari teman ayah, mereka akan menyanggupi membayar semua hutang-hutang keluarga kita," tukas Ayah Darmawan.
"Apa, ayah nggak sadar? itu sama saja ayah menjual aku secara tidak langsung pada teman ayah tersebut?" Reyna mengerucutkan bibirnya.
"Reyna, sudahlah kamu jangan
membantah segala apa yang telah diputuskan oleh kami. Jika kamu benar-benar sayang pada orang tuamu, seharusnya kamu tinggal mengiyakan dan setuju atas apa yang telah kami putuskan untuk dirimu," Bu Wati mendengus kesal.
Belum juga Reyna menjawab perkataan dari ibunya kini ibunya berkata kembali.
"Lagi pula kami telah memilihkan seorang calon suami yang benar-benar mempunyai masa depan yang cerah jadi kamu tidak perlu khawatir akan kehidupanmu kelak jika telah menikah dengan Rony," Bu Wati mencoba meyakinkan Reyna.
"Ya sudah jika ibu dan ayah tetap kukuh dengan keputusan itu aku tak bisa berbuat apa-apa lagi." Reyna melangkah pergi begitu saja.
Dia pergi mengendarai sepedanya ke sungai yang tak jauh dari rumahnya.
Reyna, duduk termenung sendiri di pinggir aliran sungai tersebut di salah satu bebatuan yang besar.
Sebenarnya dia sangat tidak setuju dengan keputusan dari orang tua karena dia masih ingin menyelesaikan sekolahnya hingga lulus SMK.
"Ya Allah, ikhlaskan aku menerima keputusan yang telah dipilihkan oleh orang tuaku untuk masa depanku."
"Semoga apa yang orang tuaku putuskan benar-benar yang terbaik untuk menyelesaikan masalah ekonomi di keluargaku ini."
Setelah cukup lama merenung duduk sendiri terpaku menatap aliran sungai yang mengalir dan merasakan sejuknya hembusan angin dari pepohonan di sekitar sungai, dia memutuskan untuk kembali ke rumah dengan mengayuhkan kembali sepedanya.
******
Malam menjelang tepatnya malam ini adalah malam minggu. Rony dan orang tuanya datang menyayangi rumah Reyna.
"Bu, tolong panggilkan Reyna untuk
kemari," perintah Ayah Darmawan pada istrinya.
Tak berapa lama Bu Wati telah berada di ruang tamu bersama dengan Reyna.
"Reyna, ini Nak Rony yang tadi pagi sempat ayah ceritakan padamu." Aysh Darmawan menujuk ke arah Rony.
Reyna dan Rony saling menyapa lewat senyuman dan saling bersalaman.
"Ini, bapak Dedy dan Bu Desy,"
Ayah Darmawan memperkenalkan orang tua, Rony pada anaknya. Reyna menyalami calon mertuanya.
Setelah itu mereka membicarakan rencana pernikahan antara Reyna dan Rony. Reyna begitu shock karena pihak lelaki menginginkan pernikahan di adakan segera.
Reyna tak menyangka akan secepat itu dirinya di pinang orang yang sama sekali belum mengetahui sifat dan perilakunya. Akan tetapi dia sama sekali tak bisa membantah keputusan yang telah ditetapkan oleh kedua belah pihak.
"Ya Allah, aku pikir baru perkenalan dulu tetapi ternyata malah telah ditentukan sekalian kapan akad nikah akan dilaksanakan," batin Reyna masih belum bisa menerima kenyataan pahit ini.
********
Satu minggu telah berlalu dan kini saatnya hari pernikahan yang telah ditentukan telah tiba.
Reyna sangat cantik dengan balutan kebaya warna putih dan make up wajah yang sangat natural. Rony mengenakan kemeja senada dengan warna kebaya yang di kenakan oleh, Reyna.
"Saya terima nikah dan kawinnya, Reyna bin Darmawan. Dengan mas kawin seperangkat alat sholat."
"Sah"
"Sah"
Kemudian semua yang hadir melafalkan doa untuk kedua mempelai.
Setelah acara akad nikah tersebut selesai, Reyna di boyong di bawa ke rumah mertuanya. Karena Rony anak semata wayang hingga dia tetap tinggal bersama orang tuanya.
"Reyna, kini kamu telah menjadi bagian dari keluarga kami. Jadi kamu jangan pernah sungkan tinggal di sini. Anggap saja, di sini layaknya di rumahmu sendiri," tukas Bu Desy.
"Iya, Reyna. Kamu telah kami anggap sebagai anak perempuan kami," tukas Pak Dedy.
"Iya, om-tante."
"Loh, kok panggilnya masih belum berubah? panggil kami mamah dan papah, seperti Rony juga," Pak Dedy terkekeh.
"Baik, pah-mah, maaf."
"Ya sudah, berhubung ini sudah malam. Sebaiknya kalian lekas istirahat," saran Pak Dedy.
"Rony, jangan lupa pesan papah ya? Cepet gas pol, biar lekas tekdung."
"Siap, pah."
Tanpa ada rasa sungkan, Rony merangkul istrinya melangkah menuju ke kamar pengantin. Kamar yang telah di hias sedemikian rupa sehingga terlihat sangat cantik dan indah.
Rony lekas mengunci pintu kamarnya, dan menuntun Reyna mendekati dirinya. Reyna hanya diam saja saat Rony menghampiri dirinya.
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Ukhty Nur Siahaan
menyimak dl
2024-11-09
0
Yunerty Blessa
perkahwinan secara terpaksa akan membawa kelukaan
2023-06-05
1