Ranjang Tipuan Gadis Desa

Ranjang Tipuan Gadis Desa

01

Setelah lelah berjalan kaki. Kami memutuskan untuk beristirahat pada tumpukan batu yang tersebar tidak beraturan. Pertama kalinya Ashraf Alvaro Elroy mengalami kesialan, terjebak di kawasan pedalaman. "Oh.. ****" kata Ashraf dengan marah.

”Aku tak menyangka, sekertaris yang selalu ku andalkan akan membuat masalah pada pertemuan paling penting.. karena keteledoran mu perusahaan rugi milyaran Rian!"

"Maafkan saya Presdir" kata Rian sang sekertaris yang saat itu berdiri disamping atasan dengan kepala menunduk yang tengah duduk di atas batu besar.

Kedua kaki Rian seakan terpaku pada bumi dan dengan kaki gemetar. Kesalahan yang ia buat sangatlah besar, ia tahu persis berapa kerugian perusahaan akibat keteledoran yang ia lakukan.

Nasi telah menjadi bubur itulah peribahasa yang paling tepat menggambarkan kondisi Rian saat ini.

Berdiri disamping sang Presdir dengan kepala tertunduk dan mengakui kesalahan adalah hal terbaik yang Rian lakukan saat ini.

Ashraf menghela nafas panjang untuk menetralkan emosinya. Sepuluh tahun bekerja sebagai sekertarisnya ini pertama kalinya Rian membuat kesalahan.

Ashraf mengarahkan pandangannya kesamping kiri, gemerisik air pada sungai yang terletak dibawah dimana ia berada menarik perhatian ashraf untuk melihat betapa jernihnya aliran sungai, pemandangan yang tak pernah ia lihat di ibukota dimana ia tinggal.

Pandangan Ashraf tertarik pada sungai yang nampak beriak. Ashraf terkejut melihat seorang gadis muncul tiba-tiba dari dalam sungai. Jakun Ashraf naik turun melihat kemolekan gadis itu, senjata berharganya langsung berdiri.

Untuk pertama kali dalam hidupnya Ashraf hilang kendali pada tubuhnya, kewarasannya benar-benar hilang saat itu juga.

Dalam sepanjang hidupnya, melihat gadis cantik, seksi sudah tak terhitung jumlahnya. Banyak dari kolega bahkan menawarkan putri mereka bahkan ada yang dengan senang hati menyerahkan tubuhnya dengan cuma-cuma.

Namun gadis didepannya berbeda, tidak hanya cantik tapi sangat sangat cantik, meskipun tanpa baju bagus dan make up diwajahnya.

Gadis itu naik pada batu didekatnya sehingga nampaklah keseluruhan tubuhnya yang hanya terbalut kain yang menutupi dada sampai lutut.

Kulit putih bersih bak porselen, kaki jenjang mulus, pundak dengan tulang selangka yang cantik, hidung mancung, bibir merah merekah, rambut panjang sepinggang.

Untuk pertama kali dalam hidup Ashraf bertemu dengan gadis cantik alami tanpa polesan make up bahkan gadis kota tak sebanding dengan gadis sungai yang tengah ia lihat saat ini.

Rian mengangkat kepalanya setelah beberapa lama ia menunduk sang atasan hanya diam tidak melampiaskan kemarahan padanya.

Pandangan Rian mengikuti arah pandang Ashraf, Rian terkejut dengan apa yang ia lihat, ia terpesona dengan gadis sungai yang ada didepannya.

Gadis sungai itu menapakkan kakinya pada bebatuan di pinggir sungai dan memakai baju yang ia letakkan di atas batu. Kakinya melangkah pergi meninggalkan tempat itu tanpa tahu ada dua pasang mata yang tengah mengawasinya dengan penuh hasrat.

"Tundukkan pandanganmu Rian!" kata Ashraf yang menyadari bahwa bawahannya juga terpesona dengan gadis sungai yang ia lihat.

"Rian tentunya kamu tahu apa yang aku inginkan" kata Ashraf sambil berjalan mengikuti langkah kaki kemana gadis itu melangkah pergi.

"Ya Tuan" jawab Rian sambil terus mengekor kemana atasannya pergi.

Gadis sungai itu terus berjalan menyusuri hutan. Langkahnya mantap seakan hutan bukan tempat yang asing baginya.

Hutan yang nampak asri dengan pepohonan hijau tersebar disepanjang jalan yang mereka lalui, pohon-pohon besar nan rindang cuaca yang sejuk jelas berbanding terbalik dengan kondisi kota yang panas dan padat penduduk.

Langkah kaki gadis itu terus berjalan menyusuri hutan dan tanpa mengenakan alas kaki.

Ingin rasanya Ashraf berlari dan menggendongnya seakan takut kaki cantiknya akan terluka bila ada benda tajam yang tanpa sengaja terinjak olehnya.

Jauh didepan sana nampaklah pemukiman penduduk desa. Kami semakin mempercepat langkah untuk mengejar gadis itu, namun tiba-tiba gadis itu menghilang dari pandangan kami.

Batinku bertanya-tanya kemana perginya gadis itu, akhirnya aku kehilangan jejaknya. Aku merasa frustasi kehilangan gadis sungai yang kini telah terpatri dalam ingatan dan telah membangkitkan hasrat ku.

Desa Wisanggeni

Setibanya kami di desa, "anak muda apa yang kamu cari" sapaan tiba-tiba membuyarkan perhatianku mencari keberadaan gadis yang tak ku ketahui siapa dia, aku berbalik dan mendapati pria tua berdiri dibelakang kami.

"Anak muda apa yang kamu cari" tanyanya lagi padaku.

"Kakek apakah anda melihat gadis cantik dengan rambut sepinggang tengah lewat sini tadi?" tanyaku.

"Hahaha.." Kakek itu terkekeh pelan "saran ku jauhi gadis itu" dan Kakek itu berlalu pergi.

"Tunggu Kakek!, apa maksud perkataan anda?" tanyaku namun percuma, sang Kakek telah pergi entah kemana.

"****!" umpat ku dengan kesal. Rian cari informasi tentang gadis itu, cari tahu dimana sekarang kita berada dan cari tempat menginap untuk malam ini" perintahku pada sekertaris ku.

"Siap Presdir" jawab Rian.

Waktu terus berlalu, Aku dan Rian berjalan dan langkah kami berhenti di warung kopi yang berada di persimpangan jalan. Warung dengan bangunan kayu sangat buruk menurutku.

"Presdir mau pesan apa?" tanya Rian.

"Samakan denganmu" jawabku.

"Mbak kopi dua ya" kata Rian.

"Ditunggu sebentar mas" kata penjual.

Penjual itu sesekali melirik kami, namun pandangannya langsung tertunduk, entah kenapa ia merasa ketakutan.

"Ganteng-ganteng ya cowok kota, apa lagi yang satunya, tapi semakin di lihat kok aku semakin takut ya, auranya seperti bukan orang biasa, apa jangan-jangan keturunan bangsawan" kata penjual dalam hati.

Tak berselang lama minuman telah disiapkan.

"Ini mas kopinya" kata penjual.

"Iya mbak makasih" kata Rian.

"Ini Masnya dari mana ya kok seperti bukan orang sini?"

"Kami dari Kota mbak, mobil yang kami naiki mogok di sebrang hutan sana" kata Rian sambil nunjuk arah dimana kami datang.

"Kok bisa sampek sini Mas?"

"Ya kami jalan aja, niatnya mau cari bantuan benerin mobil e.. tau-taunya sampek sini" kata Rian.

"Aneh lo Mas kok Masnya bisa sampai sini"

"Maksudnya gimana ya Mbak" tanya Rian.

"Hutan itu bukan untuk umum, ada pemiliknya. Konon katanya siapa pun yang memasuki hutan itu tanpa izin maka.."

"Maka apa Mbak" tanya Rian.

Mbak penjual memperagakan tangan ke kiri ke kanan leher sambil menjulurkan lidah sambil berkata "mati", sontak saja Rian langsung bergidik ngeri.

"Bos jangan-jangan gadis cantik tadi jelmaan mbak kunti" kata Rian dengan suara lirih.

"Jangan Ngaco Rian" jawabku.

"Mbaknya beneran gak bohong?" tanya Rian lagi.

"Kata orang sih gitu Mas, hutan itu milik penguasa daerah sini biasanya orang-orang menyebutnya Wisanggeni".

"Tambah ngeri aku Bos denger ceritanya, atut" bisik Rian.

Aku pun hanya mendengarkan percakapan ke duanya yang bagiku absurd itu.

"Mbak kok bulu kudukku merinding disko ini" kata Rian

"Wah.. hati-hati aja ya Mas" kata Mbak penjual kopi.

"Ehem.." kataku untuk mengingatkan Rian tentang tujuan kami.

"Mbak penginapan disini dimana ya" tanya Rian.

"Lurus saja trus belok kiri Mas"

"Terima kasih Mbak" kata Rian

"Sama-sama Mas"

Kami beranjak pergi menuju penginapan, setelah Rian menyelesaikan reservasi, kami masuk ke dalam kamar untuk beristirahat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!