NovelToon NovelToon

Ranjang Tipuan Gadis Desa

01

Setelah lelah berjalan kaki. Kami memutuskan untuk beristirahat pada tumpukan batu yang tersebar tidak beraturan. Pertama kalinya Ashraf Alvaro Elroy mengalami kesialan, terjebak di kawasan pedalaman. "Oh.. ****" kata Ashraf dengan marah.

”Aku tak menyangka, sekertaris yang selalu ku andalkan akan membuat masalah pada pertemuan paling penting.. karena keteledoran mu perusahaan rugi milyaran Rian!"

"Maafkan saya Presdir" kata Rian sang sekertaris yang saat itu berdiri disamping atasan dengan kepala menunduk yang tengah duduk di atas batu besar.

Kedua kaki Rian seakan terpaku pada bumi dan dengan kaki gemetar. Kesalahan yang ia buat sangatlah besar, ia tahu persis berapa kerugian perusahaan akibat keteledoran yang ia lakukan.

Nasi telah menjadi bubur itulah peribahasa yang paling tepat menggambarkan kondisi Rian saat ini.

Berdiri disamping sang Presdir dengan kepala tertunduk dan mengakui kesalahan adalah hal terbaik yang Rian lakukan saat ini.

Ashraf menghela nafas panjang untuk menetralkan emosinya. Sepuluh tahun bekerja sebagai sekertarisnya ini pertama kalinya Rian membuat kesalahan.

Ashraf mengarahkan pandangannya kesamping kiri, gemerisik air pada sungai yang terletak dibawah dimana ia berada menarik perhatian ashraf untuk melihat betapa jernihnya aliran sungai, pemandangan yang tak pernah ia lihat di ibukota dimana ia tinggal.

Pandangan Ashraf tertarik pada sungai yang nampak beriak. Ashraf terkejut melihat seorang gadis muncul tiba-tiba dari dalam sungai. Jakun Ashraf naik turun melihat kemolekan gadis itu, senjata berharganya langsung berdiri.

Untuk pertama kali dalam hidupnya Ashraf hilang kendali pada tubuhnya, kewarasannya benar-benar hilang saat itu juga.

Dalam sepanjang hidupnya, melihat gadis cantik, seksi sudah tak terhitung jumlahnya. Banyak dari kolega bahkan menawarkan putri mereka bahkan ada yang dengan senang hati menyerahkan tubuhnya dengan cuma-cuma.

Namun gadis didepannya berbeda, tidak hanya cantik tapi sangat sangat cantik, meskipun tanpa baju bagus dan make up diwajahnya.

Gadis itu naik pada batu didekatnya sehingga nampaklah keseluruhan tubuhnya yang hanya terbalut kain yang menutupi dada sampai lutut.

Kulit putih bersih bak porselen, kaki jenjang mulus, pundak dengan tulang selangka yang cantik, hidung mancung, bibir merah merekah, rambut panjang sepinggang.

Untuk pertama kali dalam hidup Ashraf bertemu dengan gadis cantik alami tanpa polesan make up bahkan gadis kota tak sebanding dengan gadis sungai yang tengah ia lihat saat ini.

Rian mengangkat kepalanya setelah beberapa lama ia menunduk sang atasan hanya diam tidak melampiaskan kemarahan padanya.

Pandangan Rian mengikuti arah pandang Ashraf, Rian terkejut dengan apa yang ia lihat, ia terpesona dengan gadis sungai yang ada didepannya.

Gadis sungai itu menapakkan kakinya pada bebatuan di pinggir sungai dan memakai baju yang ia letakkan di atas batu. Kakinya melangkah pergi meninggalkan tempat itu tanpa tahu ada dua pasang mata yang tengah mengawasinya dengan penuh hasrat.

"Tundukkan pandanganmu Rian!" kata Ashraf yang menyadari bahwa bawahannya juga terpesona dengan gadis sungai yang ia lihat.

"Rian tentunya kamu tahu apa yang aku inginkan" kata Ashraf sambil berjalan mengikuti langkah kaki kemana gadis itu melangkah pergi.

"Ya Tuan" jawab Rian sambil terus mengekor kemana atasannya pergi.

Gadis sungai itu terus berjalan menyusuri hutan. Langkahnya mantap seakan hutan bukan tempat yang asing baginya.

Hutan yang nampak asri dengan pepohonan hijau tersebar disepanjang jalan yang mereka lalui, pohon-pohon besar nan rindang cuaca yang sejuk jelas berbanding terbalik dengan kondisi kota yang panas dan padat penduduk.

Langkah kaki gadis itu terus berjalan menyusuri hutan dan tanpa mengenakan alas kaki.

Ingin rasanya Ashraf berlari dan menggendongnya seakan takut kaki cantiknya akan terluka bila ada benda tajam yang tanpa sengaja terinjak olehnya.

Jauh didepan sana nampaklah pemukiman penduduk desa. Kami semakin mempercepat langkah untuk mengejar gadis itu, namun tiba-tiba gadis itu menghilang dari pandangan kami.

Batinku bertanya-tanya kemana perginya gadis itu, akhirnya aku kehilangan jejaknya. Aku merasa frustasi kehilangan gadis sungai yang kini telah terpatri dalam ingatan dan telah membangkitkan hasrat ku.

Desa Wisanggeni

Setibanya kami di desa, "anak muda apa yang kamu cari" sapaan tiba-tiba membuyarkan perhatianku mencari keberadaan gadis yang tak ku ketahui siapa dia, aku berbalik dan mendapati pria tua berdiri dibelakang kami.

"Anak muda apa yang kamu cari" tanyanya lagi padaku.

"Kakek apakah anda melihat gadis cantik dengan rambut sepinggang tengah lewat sini tadi?" tanyaku.

"Hahaha.." Kakek itu terkekeh pelan "saran ku jauhi gadis itu" dan Kakek itu berlalu pergi.

"Tunggu Kakek!, apa maksud perkataan anda?" tanyaku namun percuma, sang Kakek telah pergi entah kemana.

"****!" umpat ku dengan kesal. Rian cari informasi tentang gadis itu, cari tahu dimana sekarang kita berada dan cari tempat menginap untuk malam ini" perintahku pada sekertaris ku.

"Siap Presdir" jawab Rian.

Waktu terus berlalu, Aku dan Rian berjalan dan langkah kami berhenti di warung kopi yang berada di persimpangan jalan. Warung dengan bangunan kayu sangat buruk menurutku.

"Presdir mau pesan apa?" tanya Rian.

"Samakan denganmu" jawabku.

"Mbak kopi dua ya" kata Rian.

"Ditunggu sebentar mas" kata penjual.

Penjual itu sesekali melirik kami, namun pandangannya langsung tertunduk, entah kenapa ia merasa ketakutan.

"Ganteng-ganteng ya cowok kota, apa lagi yang satunya, tapi semakin di lihat kok aku semakin takut ya, auranya seperti bukan orang biasa, apa jangan-jangan keturunan bangsawan" kata penjual dalam hati.

Tak berselang lama minuman telah disiapkan.

"Ini mas kopinya" kata penjual.

"Iya mbak makasih" kata Rian.

"Ini Masnya dari mana ya kok seperti bukan orang sini?"

"Kami dari Kota mbak, mobil yang kami naiki mogok di sebrang hutan sana" kata Rian sambil nunjuk arah dimana kami datang.

"Kok bisa sampek sini Mas?"

"Ya kami jalan aja, niatnya mau cari bantuan benerin mobil e.. tau-taunya sampek sini" kata Rian.

"Aneh lo Mas kok Masnya bisa sampai sini"

"Maksudnya gimana ya Mbak" tanya Rian.

"Hutan itu bukan untuk umum, ada pemiliknya. Konon katanya siapa pun yang memasuki hutan itu tanpa izin maka.."

"Maka apa Mbak" tanya Rian.

Mbak penjual memperagakan tangan ke kiri ke kanan leher sambil menjulurkan lidah sambil berkata "mati", sontak saja Rian langsung bergidik ngeri.

"Bos jangan-jangan gadis cantik tadi jelmaan mbak kunti" kata Rian dengan suara lirih.

"Jangan Ngaco Rian" jawabku.

"Mbaknya beneran gak bohong?" tanya Rian lagi.

"Kata orang sih gitu Mas, hutan itu milik penguasa daerah sini biasanya orang-orang menyebutnya Wisanggeni".

"Tambah ngeri aku Bos denger ceritanya, atut" bisik Rian.

Aku pun hanya mendengarkan percakapan ke duanya yang bagiku absurd itu.

"Mbak kok bulu kudukku merinding disko ini" kata Rian

"Wah.. hati-hati aja ya Mas" kata Mbak penjual kopi.

"Ehem.." kataku untuk mengingatkan Rian tentang tujuan kami.

"Mbak penginapan disini dimana ya" tanya Rian.

"Lurus saja trus belok kiri Mas"

"Terima kasih Mbak" kata Rian

"Sama-sama Mas"

Kami beranjak pergi menuju penginapan, setelah Rian menyelesaikan reservasi, kami masuk ke dalam kamar untuk beristirahat.

02

Penginapan Betah Selawase

Penginapan Betah Selawase disinilah Ashraf bermalam bersama Rian sekertarisnya. Siang berganti malam, suasana pedesaan terasa begitu kental. Hanya suara jangkrik yang terdengar bersautan.

Di dalam kamar pikiran Ashraf hanya tertuju pada gadis sungai yang ia lihat pagi ini. Bahkan panorama hutan dan sejuknya udara tak menarik bagi Ashraf.

Tangan Ashraf terulur mengambil telfon genggam untuk menghubungi sekertaris yang merangkap menjadi asistennya itu.

"Halo bos?".

"Sudah kamu temukan informasi gadis sungai itu Rian?"

"Belum Bos"

"Segera Rian, kutunggu satu jam dari sekarang!"

"Ta.. " belum selesai Rian menjawab telfon telah dimatikan.

"Untung Bos" kata Rian ngedumel kesal.

Kemana aku mencari informasi gadis sungai itu monolog Rian pada dirinya sendiri, bukannya tu cewek mbak kunti ya.. hi.. serem.

Meskipun ketakutan Rian mau gak mau tetap mencari informasi tentang gadis tersebut.

Satu jam kemudian, tut.. tut.. telfon Rian berbunyi, terlihat nama Presdir di layar hand phone Rian.

"Halo Bos"

"Mana informasinya?"

"Ma.. maaf Bos saya belum mendapatkan informasi apa pun, tidak ada satu pun warga lokal yang mengenal gadis dengan ciri-ciri tersebut, maaf Bos dugaan saya semakin kuat bahwa gadis itu jelmaan Mbak Kunti"

"Siang bolong mana ada hantu Rian!, Cari terus sampai kamu mendapatkan informasinya!" kata Ashraf dengan nada tinggi.

"Siap laksakan" kata Rian sambil berlalu pergi dengan terburu-buru.

Sinar matahari nampak berkilauan, suhu terasa hangat pagi itu. Rian berjalan menuju kamar atasannya Ashraf, diikuti pengantar makanan mengekor dibelakangnya.

Tok.. tok.. "permisi Tuan sarapannya"

Tak berselang lama pintu kamar terbuka, nampaklah laki-laki bertubuh sempurna mengenakan bathroop dengan tali dipinggang .

Pengantar makanan terpesona dengan ketampanan Ashraf namun ia segera menundukkan kepala merasa menggigil ketakutan.

"Letakkan makanan di meja setelah selesai segera pergi dari sini" kata Rian dengan tegas

Pengantar makanan menjalankan perintah dan pergi seolah-olah ia melarikan diri dari hal yang membahayakan.

Ashraf duduk dimeja dan segera sarapan, suasana nampak sunyi bahkan dentingan sendok tak terdengar suaranya.

Rian berdiri disamping menunggu dengan tenang, tak berselang lama terdengar Ashraf bertanya "apa agenda yang telah tertunda telah kamu atur kembali Rian?"

"Sudah Bos, peninjauan akan di adakan Rabu besok, untuk agenda hari ini kita ada pertemuan dengan para petinggi di hotel bukit daun pagi ini jam delapan".

"Informasi tentang gadis itu sudah kau temukan Rian?"

"Maaf belum Bos"

"Apa kinerjamu telah menurun Rian!"

"Maaf bos, saya telah melakukan penyelidikan namun hasilnya nihil bahkan rakyat di Desa ini tidak ada yang mengenalnya, kecurigaan saya cuma satu bos, kemungkinan itu Mbak Kunti"

"Rian hari gini masih percaya setan" kata Ashraf dengan kesal.

Setelah selesai sarapan Ashraf beranjak dari tempat itu dan bersiap untuk menghadiri pertemuan.

Waktu menunjukkan pukul 07.30 wib, Ashraf berangkat menghadiri pertemuan. Keduanya menaiki mobil yang telah disiapkan Rian lengkap dengan enam pengawal mengiringi kepergian mereka.

Disisi lain, desas desus di masyarakat sekitar penginapan telah tersebar luas, bahwa Desa mereka kedatangan laki-laki tampan dan kaya raya keturunan bangsawan telah menyebar. Para wanita bersolek berlomba memikat hati sang pujaan.

Pagi itu para wanita silih berganti mendekati penginapan Betah Selawase, bahkan ada yang sampai menginap di penginapan itu, alasan mereka sama yaitu ingin memastikan kebenaran berita dan jika benar tentu saja mereka ingin menarik perhatian pria yang dirumorkan sebagai bangsawan tentunya untuk menjadi istrinya.

Hati para wanita menjerit histeris tatkala mereka melihat Ashraf dan Rian, namun tidak ada yang mereka lakukan, enam bodigad dan dengan badan besar menghalangi pergerakan mereka untuk mendekati Ashraf.

Namun kesulitan tak menghalangi semangat mereka, ada yang tetap tinggal ada yang berencana untuk pulang dan kembali keesokan hari.

Berita itu bahkan sampai di kediaman Azalea Afshin yang kini tengah dibantu penata rias untuk merias dirinya.

"Nona Lea Desa kita kedatangan tamu menginap" kata perias

"Di penginapan mana?"

"Penginapan Betah Selawase, kabarnya tamunya keturunan bangsawan, tampan, tajir"

"Benarkah.." jawab Lea dengan acuh "apa kalian sudah ketemu langsung, hati-hati hoax"

"Sudah lah Nona, sayangnya saingannya banyak, banyak yang ngantri untuk bisa ketemu, sayangnya sulit"

"Kenapa emangnya?" tanya Lea

"Ada pengawal yang jaga Non"

"Beneran Mbak!"

"Bener Non"

"Wah kayaknya tajir beneran ni Mbak, cus pantengin tiap hari Mbak siapa tau jodoh" kata Lea sambil bercanda

"Gak lah Non kalau pantengin terus kapan kerjanya makan apa nanti, lagian banyak saingan, berat. Yang antri aja sampek warung Mbok Jum panjangnya"

"Wah wah wah kayak antri sembako aja Mbak" kata Lea heran juga akhirnya

"Iya Non"

**

Di dalam mobil

"Bos pesonamu ternyata benar-benar top markotop"

"Maksudnya"

"Itu Bos antrian depan penginapan, cewek-cewek pada nungguin ingin ketemu"

"Udah biasa, kamu kan juga sudah tau Rian, sudah sering juga kan"

"Iya ya Bos, tapi mereka tau Bos dari mana ya padahal disini gak ada yang kenal Bos sama sekali"

"Tau lah Yan, dari pada ngurusi hal yang gak penting, mending urusin itu gadis sungai tempo hari udah ada informasinya apa belum"

"Sulit itu Bos, belum ada info sama sekali"

"Wah minta dipecat kamu ni Yan, hanya gadis desa biasa apa sulitnya!"

"Jangan Presdir" kata Rian sambil menyedekapkan kedua tangan di dada

Tadi aja pas santai panggilnya Bos, giliran ditegasi ganti Presdir kata Ashraf dalam hati.

"Mentang-mentang sudah kerja sama saya lama nglunjak kamu Yan"

"Enggak Bos e.. Presdir maksudnya, akan saya usahain segera dapat informasinya"

"Siapa sebenarnya gadis itu, kenapa sulit sekali mendapatkan informasinya" kata Ashraf dalam hati "semakin membuat aku penasaran untuk segera menemukannya"

**

Hotel Bukit Daun

Tibalah Ashraf di Hotel Bukit Daun. Ashraf masuk di ruang pertemuan yang telah disiapkan diikuti sekertaris dan para pengawal dibelakangnya.

Ashraf memasuki ruangan. Disambut oleh jajaran petinggi-petinggi perusahaan. Meskipun Ashraf adalah pengusaha termuda namun karena sepak terjangnya yang sukses membangun kerajaan bisnis A.T. E tanpa bantuan keluarga membuat ia menjadi pengusaha yang disegani dan ditakuti di dunia bisnis.

Disegani karena kepiwaiannya dalam berbisnis, ditakuti karena ia tidak akan segan-segan pada siapa pun yang berani menghianatinya.

Ashraf memisahkan diri, keluar dari dunia dimana ia dibesarkan karena adanya masalah internal dalam perebutan kekuasaan.

Perebutan aset-aset kekayaan terjadi semenjak meninggalnya kedua orang tuanya dalam kecelakaan. Belum selesai kesedihan akibat ditinggal orang tuanya, Ashraf yang saat itu masih berusi 15 tahun meskipun ia sudah mendapatkan pembekalan pendidikan bisnis sejak dini dan digadang-gadang sebagai penerus perusahaan El roy tersingkir karena ketidak mampuannya dalam berbisnis.

Perebutan kekuasaan terjadi kala itu. Keserakahan melahirkan kekejaman, bahkan tak segan-segan mereka memakan darah sesama saudara, sebagaimana yang terjadi pada orang tua Ashraf.

Dipermukaan mereka seakan-akan meninggal karena kecelakaan namun faktanya kematian kedua orang tua Ashraf adalah sebuah rekayasa skema yang telah direncanakan sedemikian rupa.

Untuk menyelamatkan diri dengan terpaksa Ashraf keluar dari dinasti El roy sampai ia sendiri mampu memperkuat diri dan mengambil kembali apa yang menjadi miliknya.

03

Dinasti Bisnis A.T.E

Dinasti Kerajaan Bisnis A.T.E/A.A.E(Ashraf Two Elroy/Ashraf Alvaro Elroy)diambil dari nama Ashraf Alvaro Elroy.

A.T.E bisnis digagas oleh Ashraf yang kala itu ia berusia 16 tahun, setelah setahun ia pergi meninggalkan rumah dimana ia dibesarkan.

Ashraf yang masih remaja, diusia anak yang seharusnya menikmati indahnya masa sekolah telah bertekat memperkuat dirinya dengan membangun kerajaan bisnisnya sendiri.

Ingatan akan kecelakaan yang dia alami bersama keluarganya menjadi kekuatan baginya untuk membalaskan dendam dan mengambil kembali apa yang menjadi haknya.

Kala itu Ashraf bersama kedua orang tuanya pergi liburan pada hari libur sekolahnya. Kebahagiaan menyelimuti keluarga kecil Ashraf karena sangat jarang bagi mereka untuk bisa berkumpul bersama.

Kebahagiaan itu tidak berlangsung lama, Ayah Ashraf mendapat telfon dari sekertaris kepercayaannya yang secara tidak sengaja mendengar percakapan paman Ashraf tentang pemasangan bom pada mobil yang dinaiki atasannya, dengan segera sekertaris memberikan kabar pada Ayah Ashraf bahwa mobil yang mereka tumpangi telah dipasang bahan peledak.

Ayah Ashraf mendapat berita tersebut langsung menyuruh anak dan istrinya untuk keluar mobil, namun karena terbatasnya waktu mobil pun meledak menyisakan Ashraf yang berhasil melompat lebih dulu, kedua orang tua Ashraf meninggal tidak terselamatkan.

Kejadian tersebut membekas dalam relung hati Ashraf, dan semakin memperkuat tekadnya untuk membangun kekuatan dinasti kerajaan adidaya adikuasa.

Ashraf remaja yang baru berusia 15 tahun bukanlah hal mudah baginya untuk memulai bisnisnya tanpa modal tanpa dukungan sama sekali. Tak jarang ia mendapat pandangan sebelah mata jatuh bangun ia lalui kesakitan, kepedihan sudah seperti makanan baginya.

Sampai suatu ketika ia mendapat kepercayaan seorang pria paruh baya yang melihat potensi pada diri Ashraf.

Itulah awal mula Ashraf menunjukkan kredibilitasnya dalam dunia bisnis diusia yang masih remaja yaitu 16 tahun sebagai awal mula berdirinya A.T.E.

**

Sebagai pebisnis muda dengan paras rupawan, dengan posisi di atas piramid dalam hal kekuatan dan kekayaan menjadikan Ashraf pribadi dingin tak tersentuh.

Namun ia digadang-gadang sebagai calon suami ideal pada kalangan wanita muda. Bagi Ashraf perempuan hanyalah pakaian sekali pakai. Mereka sama hanya mencintai kekayaan saja, semua kesenangan dunia telah ia dapatkan baik harta tahta wanita.

Pukul sepuluh rapat telah usai, Ashraf keluar dari ruangan diikuti asisten dan para bodigad dibelakangnya, para wanita yang melihatnya terpana.

Di lobi hotel pandangan Ashraf terpaku pada seorang gadis dengan gaun putih sepanjang lutut. "Gadis sungai" kata Ashraf dalam hati.

"Rian tunggu aku diparkiran, ada hal penting yang perlu ku selesaikan dulu" kata Ashraf sambil berlalu pergi. Sedangkan Rian bersama bodigadnya pergi menuju parkiran.

Ashraf mengikuti langkah kaki gadis sungai. Pintu lift terbuka, Azalea masuk ke dalam lift diikuti Ashraf dibelakangnya.

"Kita ketemu lagi" kata Ashraf.

Lea yang mendengar seseorang disampingnya berbicara ia merasa bingung sendiri, "aneh ni orang kenal aja enggak dasar sksd sok kenal sok deket kat Lea dalam hati.

"Maaf ya apa kita pernah bertemu" tanya Azalea

"Of course baby" jawab Ashraf.

"Kapan ya.. maaf pak apa anda bermimpi" kata Azalea sambil menatap Ashraf

Ashraf yang ditatap dengan berani semakin tertarik pada Lea gadis desa gadis sungaiku kata hati Ashraf.

Ashraf melangkahkan kakinya untuk mengikis jarak diantara mereka dan Lea semakin mundur untuk memperlebar jarak diantara keduanya hingga tubuh Lea kepentok diding lift dibelakangnya, kini tubuh mereka hanya berjarak lima cm saja.

Seumur hidup ini adalah pertama kalinya ada seorang laki-laki yang berani berlaku kurang ajar padanya.

Lea tetap tenang menghadapi Ashraf yang mendominasi untuk takluk padanya. Tatapan mereka berdua bertemu. Ashraf semakin mengagumi kesempurnaan paras cantik gadis yang ada didepannya. Begitu pun dengan Lea, pertama kali Lea melihat laki-laki sangat tampan.

"Ganteng sih sayangnya gak ada akhlak" kata Lea dalam hati.

"Siapa namamu" tanya Ashraf

"Lupa" jawab Lea sambil mendorong dada Ashraf namun sayangnya tidak bergeser sedikit pun

"Siapa namamu" tanya Ashraf lagi sambil mendekatkan wajahnya pada Lea

Lea terkejut, reflek ia mengangkat lututnya dan memukul Ashraf. Ashraf memekik sambil tangannya memegang perutnya kesakitan. Sedangkan Lea berlari keluar ketika ia melihat pintu lift tiba-tiba terbuka.

Ashraf hanya bisa melihat kepergian Lea sambil meringis kesakitan, "****" katanya dengan kesal.

Lea kembali ke tempat ia berkumpul bersama teman-temannya. Sebelum memasuki ruangan Lea menetralkan detak jantung karena kejadian tadi. Setelah tenang ia masuk ruangan dan bergabung dengan teman-temannya.

Sakit yang Ashraf rasakan telah berkurang dan ia berjalan menuju parkiran. Setibanya ia diparkiran, Ashraf masuk mobil dengan wajah kusut menahan kemarahan dalam hatinya. Keinginannya untuk menaklukkan gadis gadis desa yang ia temui di sungai semakin besar.

Ingatan Ashraf masih segar untuk pertama kalinya ia melihat Lea dengan menggunakan kemben kala di sungai. Dan pertemuan kedua mereka membuat Ashraf semakin terobsesi dengan Lea, bayangan Lea memakai baju **** terbayang dalam pikirannya.

"Gadisku.. aku pasti mendapatkanmu" kata Ashraf dalam hati.

Rian melihat aura dingin menyelimuti Ashraf tubuhnya merinding bergidik ngeri, begitu juga dengan para bodigad. Mereka dengan sigap memasuki mobil. Mobil berjalan pergi membawa mereka kembali ke Penginapan dimana mereka tinggal.

"Siapa yang berani menyinggung Bos" kata Rian dalam hati tanpa berani bertanya pada atasannya itu.

"Rian segera cari informasi tentang gadis yang kita temui di sungai dan perpanjang batas waktu kita menginap disana"

"Baik Presdir"

Mobil yang mereka naiki telah tiba di Penginapan Betah Selawase, mereka keluar mobil dengan disambut berjejer wanita yang menunggu kedatangan Ashraf.

"Rian bereskan mereka semua, aku tidak mau melihat situasi seperti ini lagi".

"Baik Presdir" jawab Rian sambil melambaikan tangan ke arah para bodigad untuk mengusir kerumunan wanita yang mengepung Penginapan Betah Selawase

Ashraf berlalu memasuki tempat dimana ia tinggal diikuti Rian dibelakangnya.

Berita pengusiran antrian para wanita terdengar santer dan menyebar dengan cepat. Kekejaman para Bodigad yang tanpa ampun mengusir mereka, membuat situasi disekitar Penginapan lenggang sunyi tidak seperti biasanya.

Para wanita berasumsi bahwa meskipun keturunan bangsawan, tajir, ganteng, buat apa kalau jadi istri yang tersiksa. Kekejaman Ashraf terdengar santer di masyarakat bahkan ada yang beranggapan bahwa Ashraf lelaki yang suka sesama jenis.

**

Disisi lain, Azalea telah pulang dari Hotel Bukit Daun menuju Kediaman dimana ia tinggal. Di dalam mobil Azalea teringat peristiwa yang terjadi padanya di lift. Lea merasa sangat kesal mengingat perilaku tidak senonoh yang ia terima saat berada di lift. "Dia bilang kami pernah bertemu sebelumnya, tapi dimana.. kenapa aku tidak mengingatnya" monolog Lea pada dirinya sendiri.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!