BLACK HOUR

BLACK HOUR

Prolog (PHO)

Karena hal terkecilpun dapat mengecoh duniamu.

...

Itu aku! Yang sedang berdiri di depan seorang pemuda tinggi berkulit putih dengan kelopak mata yang indah. Tepatnya  di depan gedung kampus, dengan sebuah pohon besar sebagai tempat berteduh.

"Apa kamu akan menerimaku sekarang, jika aku menyukaimu?"

Aku hanya terdiam menatapnya, lalu kulirik pemuda lainnya yang berada 3 meter dari kami sedang menunggu jawaban. Pemuda itu juga menatapku dengan senyum merekah di wajahnya.

...

Eyiitss! Tunggu dulu! Siapa mereka, bagaimana mereka sampai di sini?

Sebenarnya aku ragu harus memulai dari mana, ketika semuanya saling berkaitan dan di mulai hari itu.. Hidupku berubah begitu saja tanpa ijinku.

.

.

.

April 2016

"..Mending kita putus!" kata yang mengejutkan keluar dari mulut seorang gadis cantik dengan bibir kecil, mata bulat menyipit, hidung mancung dan berkulit putih dengan pipi merona. Kiya.

"Kamu belain Hara lagi kan? Cewe aneh itu! Oke kita putus!" Ucap pacarnya dan pergi dengan wajah kesal. Langit mendung di sore hari tepatnya di gerbang belakang sekolah.

.

.

.

Januari 2017

Pemuda tinggi itu meraih tangan Kiya yang telah berbalik dan hendak pergi. "Gua minta maaf, kita mulai lagi dari awal ya? Gua janji, gua akan hargai sahabat loe si..." kata pemuda itu terpotong.

"Hara lebih berarti bagi gua, loe tega celakain sahabat pacar sendiri. Kita putus!" Ucap Kiya tegas lalu melepas tangannya dari genggaman pemuda itu dan meninggalkan ruang kelas itu.

.

.

.

Agustus 2017

Di sebuah coffee shop, sepertinya Kiya dan pacar barunya menyiapkan surprise untukku, Angga. Aku menerima pesan singkat lalu menuju coffee shop tersebut.

Setibanya di sana, aku berdiri di balik dinding bening terbuat dari kaca itu menonton live drama yang akan dimulai. Tiba saja Angga membentak kekasihnya itu.

"Hara! Hara! Hara! Cukup deh Kiya! Hari ini harusnya jadwal kita nonton tapi malah harus buat beginian buat cewe itu!"

"Cewe itu? Dia sahabat aku! Kalo gini terus lebih baik kita put.." kata Kiya terpotong ketika aku langsung masuk dan mencoba mengubah suasana.

"Waaahh.. keren banget! Ini kalian berdua yang tata ruang ini? Punya bakat desain interior kalian kayaknya. Bentar lagi kan daftar kuliah, bisa tuh ambil jurusan ini. Karna udah punya bakat gini pasti lancar kan?" Ucapku panjang lebar lalu membatin, "ngomong apa aku ni? T_T."

"Yaudah, kalo kamu mau kita udahan, fine! Kita emang gak cocok! Dan Loe! (pemuda itu menatapku tajam) Gua benci sama loe!" Ucap Angga lalu bergerak keluar.

Padahal aku masuk agar mereka tidak jadi bubar. Tapi malah sebaliknya dan pria bernama Angga itu membenciku. Kiya terlihat sedih walau tampak baik-baik saja, lagi-lagi hubungan percintaannya rusak karena ia membelaku.

"Kacau surprise gua! Huuuhuuu." Kiya menutupi wajah kecil itu dengan kedua tangannya.

"Maafin gua ya? Kejutan loe buat Angga jadi gagal!"

"Ini buat loe tau! Hara my bestie Happy birthday, selamat yaa! Udah 18 tahun aja nih! Semoga..."

...

Begitulah hari itu berakhir, Kiya bahkan tidak terlihat sedih sama sekali setiap dia putus, padahal aku sangat merasa bersalah ia terus saja membelaku dan itu pula yang membuat semua hubungan asmaranya pupus.

"HARA" Selalu menjadi alasan dibalik pupusnya hubungan Kiya, hingga gosip menyebar dan seluruh isi sekolah menganggapku sebagai PHO (Perusak Hubungan Orang). Kiya sangat menyayangi dan menghargaiku. Gadis itu bahkan lebih mementingkanku dari pada pacarnya. Itu masalah dasarnya.

Aku sangat beruntung karena dikaruniai seorang sahabat yang sangat baik, cantik, pintar dan sangat peduli padaku. Dia gadis sempurna yang dicintai semua orang namanya Azkiya Farah.

Sebaliknya, aku dibenci karena dianggap sebagai PHO (perusak hubungan orang) padahal tidak melakukan apapun. Kiya-lah yang memutuskan untuk pacaran dan putus dengan para mantannya. Selain itu, menurutku para pacar Lia belum bisa menerima gadis itu apa adanya. Mereka hanya mengalihkan kesalahan padaku.

Dan aku? Tentu saja aku akan menjadi PHO seperti yang mereka bicarakan untuk membalas perbuatan mereka. Lagian semua sudah menyebar begitu cepat tanpa sepengetahuanku, padahal yang kulakukan hanya tidur, makan dan bahkan aku tidak suka belajar.

Seorang gadis biasa yang punya masalah kesulitan dalam mengingat nama-nama orang, itu aku Hara Amira, si gadis imut dengan wajah kecil, kulit yang lumayan putih dan kaki yang panjang. Walau tidak secantik Kiya, aku lumayan mengganggu untuk dicemburui para gadis ketika aku berbincang dengan pacar mereka.

Seketika, dari cewe biasa yang hanya tau lari di lapangan, malah jadi populer dan ditakuti para gadis (mereka takut aku mencuri hati pasangan mereka wkwk).

***

.

.

.

"Hara! Nih kado buat loe!" Kiya meletakkan sebuah kotak yang dibungkus rapih di depanku yang sedang berpura-pura belajar di meja kamarku.

"Dari loe?"

"Bukan, itu gua nemu di depan pintu rumah loe pas mau masuk tadi!" gadis itu melempar tasnya ke kasur lalu menuju cermin.

"Aneh banget!" Ku sobek kulitnya lalu kubuka kotak itu. Ini sangat mengejutkan untuk kotak yang besar tapi isinya hanyalah sebuah jam tangan berwarna hitam.

"Oh ada suratnya.. "

'Happy birthday Hara Amira,, sudah lama aku ingin mengirim-nya untukmu. Jam ini, untuk mengatur jadwalmu, kapan saatnya untuk berhenti berlari, dan saatnya makan, karena kamu sering melupakan dua hal itu. Aku harap kamu selalu sehat,, dan biarkan waktu yang mengatur agar suatu saat kamu akan melihatku. ,,ttd im,,'

"Kiya ini dari siapa ya?"

"Dari salah satu cowo yang loe ganggu kali!" Cetos Kiya asal.

"Gak mungkin, mereka semua gak tau tanggal lahir gua!" ucapku yang masih menatap selembar kertas di meja.

"Bisa jadi dari pengagum rahasia? Atau haters loe kan banyak! Atau bisa jugak.." gadis itu sedang menepuk pelan wajahnya setelah mengoleskan krim ke wajahnya.

"Gua bukan artis sembarangan aja loe! haters?" Hara masih menatap kertas itu.

"Bisa aja kan? Seseorang melihat sisi tak terduga dari loe, lalu diam-diam suka sama loe!...Eh tapi gak mungkin juga sih, mengingat tampilan training loe yang gini!" Kiya tiba saja melirik ke arah Hara yang mengenakan set training kesukaannya.

"Jadi gua harus pakek rok mini gitu? Biar disukai orang gitu?"

"Oya! Gua juga penasaran banget! Loe kenapa sih? Masih aja deket sama cowo-cowo yang udah punya pacar?" Tanya Kiya yang kini menggosok kuku kakinya duduk di depan cermin kamarku sambil duduk di atas kursi di depannya.

"Gua iseng aja! Awalnya sih gua kesel dianggap pho, apaan gua yang cuma latihan lari tiap hari jadi korban beginian!" sahutku sembari menuju kasur lalu merebahkan tubuhku sambil menatap layar ponselku.

"Trus? Loe mau cewe-cewe mereka marah dan akhirnya mereka putus karena salah paham? Buat apa coba? Hal itu juga nggak bakal membuat semuanya jadi lebih baik! Loe juga nggak bahagia kan?" Kiya masih menggosok kukunya.

Hara terdiam sebentar lalu menulis sesuatu di buku miliknya. Tak lama gadis itu menjawab,

"Loe kan sering putus karena cowo loe salah paham, gua pengen cowo juga ngerasain gimana kalo cewe mereka yang salah paham sama mereka. Loe tau? Secara tidak langsung gua mengajari mereka untuk saling percaya. Untuk apa hubungan tanpa kepercayaan!"

"Tapi nyesek tau! Apalagi jadi cewe yang ditinggalin, makanya aku selalu putusin mereka duluan," Sahut Kiya dengan wajah agak sendu.

"Lagian siapa suruh gosipin Hara begituan, loe tenang aja, yang gua ganggu cuma mereka yang paling berperan penting merusak nama baik gua!" Hara tampak mengangguk dengan tekad.

"Loe yakin mau begini terus?" Tanya Kiya lagi.

"Yakin dong! Gua akan berhenti saat nama gua udah dibersihkan. Akan kubuat mereka menyesal dan berhenti memfitnah seseorang seperti itu!" tatap Alora berbinar penuh keyakinan dan tekad.

******

.

.

.

Awal Februari 2018

Di pagi yang cerah aku bersiap berangkat sekolah di dalam kamarku. Suara burung ber-gemerincing merdu seakan mengikuti lantunan irama yang kunyanyikan.

"Kiya udah pagi! Mandi sana! Bangun bangun nanti telat!" Ucapku sembari menggoyangkan tubuhnya yang masih tertidur.

"Ini masih jam 6, gua ngantuk banget gak tidur semalam ngerjain pr loe yang gak siap itu! Lagian masuknya jam 7.30 kan??" Ucap Kiya sembari meregangkan ototnya di atas tempat tidurku yang sudah sangat berantakan itu.

"Loe kerjain pr gua? Uuwaaaa maaacii yaa my bestie, lopiyuuu!!" Ucapku sambil memeluk sahabatku yang duduk di tempat tidur itu dengan kelopak mata yang belum sepenuhnya terbuka.

"Loe ngapain sih sepagi ini sekolah? Nanti jam 7 aja berangkatnya juga bisa!" ucap Kiya lalu menguap.

"Loe tau Reno? Pacarnya si ratu gosip? Dia biasanya datang pagi, jadi gua bisa deketin dia sebelum si ratu gosip datang dan buat cewe rese itu cemburu!" Alasan sempurna Hara membuatnya tersenyum.

"Lagi? Dan loe seniat itu? Gua gak habis pikir gimana kalo nanti loe yang digituin juga dan hubungan loe end juga," sahut Kiya tak terkejut lagi.

"Gua udah memutuskan gua gak akan suka sama siapapun dulu. Kalaupun akhirnya gua suka itu pasti cuma mimpi!" sahut Hara dengan yakin.

"Emang hati bisa diatur begituan? Suka itu gak perlu diizinin baru datang, tapi dia bisa datang kapanpun dan loe gak bisa bantah ataupun menolak rasa itu karna itu berasal dari alam bawah sadar!" Jelas Kiya.

"Ya ya ya, gua udah siap nih, mau sarapan dulu! Gua berangkat duluan ya! Loe nanti nyusul kita jumpa di sekolah! okey? Bye!" ucapku sembari melambai dan meninggalkan kamarku.

"Apa Hara begini karena kejadian waktu itu? Apa dia beneran kehilangan sahabatnya atau dia terlalu sakit karena perasaannya sendiri?" Kiya bergumam sembari menuju kamar mandi.

Sejujurnya, aku hanya terhanyut dalam emosi kecil yang kubentuk, hingga mempengaruhi hidupku sampai saat ini. Emosi itu adalah rasa yang kupendam bahkan aku sendiri tidak mengerti makna di baliknya.

...

To Be Continued

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!