I Love U?

Kegilaan itu memang tidak bisa dipercaya ketika obsesimu terlalu tinggi, bisa saja itu menyakitimu sendiri.

...

.

.

"Gua ini atlit tapi kenapa selalu berakhir di uks coba?" Aku menggerutu sendirian dibalik tirai biru.

Tiba saja terdengar suara dari balik tirai itu,

"Loe inget kejadian minggu lalu? Pas Hara sama Mia berantem lagi?" Kalimat dari anonim yang membuatku melebarkan telinga untuk mendengarkannya.

"Iya gua inget, Iqbal keren banget sumpah! Coba aja yang di posisi Hara itu gua!"

"Eh tapi, kok bisa ya mereka jadian?"

"Mereka jadian? Masa sih? Hara itu kan pelakor!"

"Pelakor? What the ****!" Aku yang mendengarnya di balik tirai memanas lalu kutarik tirai pembatas itu. Dengan cairan merah yang sedikit mengalir dari hidungku.

Iqbal, pemuda dingin ini berada di pintu UKS dan bola matanya tampak menilik ke setiap sudut ruangan. Ia menghampiriku yang hendak mengeluarkan amarahku pada dua manusia yang sedang tercengang menatapku dari sisi lain tempat tidurku. Pemuda ini menarikku kembali ke ranjang uks itu lalu menutup kembali tirai itu.

Wajahku memerah di balut amarah dan bulatan tisu di salah satu lubang hidungku.

"Loe gak apa?" Tanya pemuda itu yang baru tiba dengan wajah khasnya yang terus menatapku tajam.

Terasa cairan merah itu mengalir lagi dari lubang hidungku yang lain. Iqbal dengan sigap mengambil tisu, mengelap darah di hidungku. Aku hanya terdiam menatap wajahnya dari dekat.

"Loe kok sampe mimisan sih? Kurang tidur ya? Atau kecapean?" Pemuda ini sangat tampan dilihat dari dekat, apalagi saat ini dia sangat fokus membersihkan hidungku.

"Loe tertekan harus latihan tiap hari dan harus ningkatin nilai juga biar bisa kuliah? Jangan terlalu maksa belajar, loe harus jaga kesehatan juga, jangan lupa makan dan kalo perlu minum vitamin juga!" ucap Iqbal.

Dia sangat fokus dan cerewet. Pertama kalinya cowo pendiam ini banyak bicara. Aku merasa bingung sekaligus senang juga, dua manusia yang menggosipkanku tadi tampak tercengang mendengarkan sendiri betapa perhatiannya pemuda ini.

"Apa nih?" Tanyaku

"Huh?" Sahutnya spontan.

"Jaga kesehatan? Jangan lupa makan? Loe udah kayak mami gua aja. Mami Bal? Hehe!" Sambungku dengan senyum canggung.

"Gua pacar loe!" Sahut Iqbal dengan nada datar namun berkesan.

Lagi-lagi jawaban itu membuatku terdiam, "sebentar bro! Kayaknya kita harus ngomong serius!" Tepat setelah kataku pemuda tampan ini mendekatkan wajahnya lagi ke arahku. Bola mataku membulat dan hanya mampu menatapnya.

"Banyak cewe yang ngikutin gua ke sini, beberapa di ranjang sebelah!" Bisik Iqbal lalu menjauhkan lagi wajahnya.

Aku menghela nafas panjang, sepertinya hidupku akan dipenuhi banyak drama ke depannya.

"Haraaaaaa! Sorry gua tadi dari kamar mandi. Loe sakit, huhuu," teriak Kiya yang baru masuk berlari ke arahku.

"Gua gak apa, santai aja!" Sahutku sembari membulatkan tisu lalu memasukkan nya ke rongga hidungku.

"Thanks ya Bal udah nemenin Hara di sini," ucap gadis cantik yang begelar sahabatku itu.

Iqbal kembali memasang tampang dingin seperti biasa, bertransformasi lagi menjadi spesies tidak banyak bicara.

***

.

.

.

Hari-hariku yang ceria, iya memang benar itu aku, yang duduk sendirian dengan tangan melambai dan wajah senyum lebar, di bawah pohon dekat pagar lapangan menonton teman-teman sekelasku bermain volly di lapangan. Aku ingin bermain bersama mereka, tapi dilarang gara-gara minggu lalu mimisan.

Padahal aku sehat wal afiat, hidungku berdarah cuma kena pukulan taekwondo. Jadi ceritanya gini..

Hari itu seluruh tim atlit sekolah berkumpul untuk menonton tim taekwondo SMA, aku juga ingin mencoba gerakan mereka. Makanya aku mengajukan diri untuk mengisi tempat kosong dan ditugaskan untuk memegang objek yang akan mereka tinju dan tendang. Nasibku tidak sebaik mereka, aku terkena pukulan yang meleset mengenai hidungku dan berdarah.

Hari ini, aku mau... eh tapi tiba saja langit mengeluarkan jurus ampuh untuk membuat manusia berlari melindungi diri. Ya benar hujan turun, setelah sekian lama aku tidak menikmati ketika hujan datang menyapaku.

Langkah kaki perlahan menyentuh rumput, kurentangkan tanganku, mendongakkan kepalaku lalu kupejamkan mataku. Aku bisa merasakan tiap tetes hujan itu membuat sejuta memory indahku berputar kembali.

"I Love You," kataku yang membuat kedua sudut bibirku naik.

Tapi tiba saja tetes hujan itu berhenti tepat setelah kataku itu. Kubuka mataku dan pemuda ini sudah di depanku dengan payung hijau di tangannya. Sejenak kami hanya menatap.

"I love you?" Tanya Iqbal dengan wajah khasnya.

"Loe apaan sih? Orang lagi mandi hujan juga, kesempatan langka tau! Mumpung lagi di luar gak ada yang larang basah basahan. Loe ngapain tiba-tiba muncul dan rusak kesenangan gua! Kesel ah!" Seperti biasa ocehan yang mengalir begitu saja dari mulut ini.

Aku melangkah menerobos hujan, tapi Iqbal tetap gigih menghalangi dengan berdiri tepat di depanku, tentu saja aku menabraknya, mataku tidak berguna ketika aku kesal.

"Au!" Dahiku menabrak dagunya yang tajam itu. Ku elus dahi dengan tanganku, namun dia menyingkirkan tanganku, lalu meniup dahiku. Aku mendongak menatapnya saat bibirnya maju untuk meniup dahiku, bola mataku membulat perlahan dan merasa berdosa saat aku hanya terfokus pada bibirnya dan malah menutup mataku merasa geli, tiba saja dia merangkulku dan berkata,

"Hujan gak baik buat kesehatan, bentar lagi ujian," Iqbal memaksaku berjalan seiras dengannya.

"Gua heran kok loe bisa di sini sambil bawa payung sih?" Tanyaku sambil mendongak menatapnya dengan dahi mengkerut.

Pemuda ini melirikku, "loe lupa kita sekelas? Dan loe pacar gua!"

"Tunggu-tunggu! Belakangan ini loe sering banget bilang gua pacar loe, gua cuma bilang gitu sekali tapi loe udah berkali-kali!" Ucapku yang terus berjalan dalam rangkulannya.

"Bukannya ini juga menguntungkan buat loe?" Balas pemuda tinggi itu.

"Iya sih, karena gua punya pacar, artinya gua bukan PHO... duh hujannya makin deras lagi!" Aku hanya berjalan pelan di bawah payung itu dengan pikiran sendu tiba saja mengelabui pikiranku.

***

...

Aku berdiri di stasiun kereta api dengan seragam kantor. Hightheals yang kugunakan patah saat hendak melangkah masuk hingga aku terjatuh.

Seseorang menjulurkan tangannya di depan wajahku. Pria itu lagi? Aku menatapnya heran lalu kuraih tangannya untuk bangun. Tiba saja ia menggendong ku dan membawaku ke suatu tempat.

Perahu? Aku tidak mengerti sekarang aku mengenakan pakaian santai. Tapi pria itu bersamaku di atas perahu.

"Kau mau mengenalku? Aku adalah pelindung dari mimpi burukmu!"

"Pelindung?" Tanyaku bingung.

"Tatap mataku!" Pemuda itu tersenyum sambil menatapku.

Kami tiba di sebuah pulau indah, tempat yang sangat tenang. Tanpa ku sadari aku tinggal sendirian saat aku mulai menikmati indahnya apa yang kulihat di sini, tiba saja tempat ini berubah menjadi menyeramkan. Burung-burung berwajah gelap menyerangku.

Aku berlari sambil menangis ketakutan di jalan yang sama, dejavu itu lagi-lagi terjadi. Aku terjatuh lagi dan pria itu menolongku lagi dengan membopongku hingga ke tempat pernikahan.

Ia meninggalkanku di tempat itu lalu pergi. Aku mengejarnya pergi.

Lalu dia menghilang.

...

.

.

Kubuka mataku lalu kembali ke dunia yang sesungguhnya, nafas yang tidak teratur dan pikiran yang masih menerawang ke alam mimpi. Setelah beberapa saat aku baru sadar ternyata Iqbal tidur di depanku.

"Kenapa aku selalu bermimpi aneh ketika ada pemuda ini di sisiku? Apa ini? Apa semua berhubungan? Tapi siapa pria yang ada dalam mimpiku?" batinku.

Dan Kiya tertidur di sisiku. Aku baru ingat kami belajar kelompok di perpustakaan pelajaran bahasa indonesia untuk membuat sinopsis novel tapi malah menempelkan kepala di atas meja, anehnya kami kompak tertidur.

Bel pulang akhirnya berbunyi, semua orang berberes lalu keluar menuju kelas, yang tertidur juga udah bangun. Tidak terkecuali Iqbal yang sekarang sudah melangkah keluar pintu, lalu menoleh ke belakang melihatku dan Kiya yang terus melambaikan tangannya.

.

.

Iqbal POV:

"Kenapa harus mereka? Gua gak bisa milih antara mereka berdua, apa gua udah gila?" Batinku.

Aku menoleh untuk melirik kedua gadis itu karena entah kenapa aku sangat ingin melihat mereka.

...

TBC

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!