Saat Pertama Kali

Keajaiban akan datang pada waktunya, saat kamu benar-benar membutuhkannya.

...

.

.

.

     Kiya memasuki kelas, matanya langsung menilik cowo yang duduk di depan bangku kami. Setelah meletakkan tas di mejanya, ia menuju sisi cowo pendiam yang sedang baca buku lalu duduk di sebelahnya.

"Iqbal! Gimana caranya buat Hara sadar ya? Dia gak boleh begini terus kan?" ucap Kiya pada pemuda di sampingnya itu.

Pemuda tampan itu hanya mengangguk dan hanya terus menatap bukunya.

...

Di sisi lain,

"Makasih ya Ren, udah ajarin gua hari ini! Loe semangat ya! Daaah!" Ucapku sembari melambai di depan pintu kelas.

Cowo itu hanya membalas dengan senyum dan lambaian tangan. Aku tersenyum kecil dan membatin, "semangat untuk hadapin Mia marah dan semoga kalian gak putus haha!"

     Kuangkat langkah memasuki kelas yang riuh ini. Tiba saja bola mata ini menemukan sepasang lainnya. Pemuda dengan tatap mata tajam, kulitnya sawo matang dan hidung mancung, pemuda ini membuatku terdiam, sampai ia mengalihkan lagi pandangan ke bukunya lagi.

Aku menghampiri meja yang Kiya tempati, dengan cowo itu berada di tengah kami.

"Hai! Nama loe siapa?" Aku menyapa namun tidak dijawab.

"Ah loe jangan salah paham, gua bukannya gak ingat temen sekelas, tapi gua memang susah mengingat nama orang, yaa gua itu.."

"Iqbal Mahendra!" Sahutan dingin sembari mengambil tangan kananku untuk menjabatnya. Ia melirik jam berwarna hitam di tangan kiriku, lalu ia sedikit menaikkan sebelah ujung bibirnya sekitar dua detik dan seketika senyum yang hampir tak terlihat itu lenyap.

"Hara Amira! Panggil aja Hara, atau loe boleh juga panggil Mira terserah sih hehe." Kataku memperkenalkan diriku, tak lama aku kemvali mengatakan hal lain lagi.

"Kiya Kiya Kiya! Gua seneng banget keknya gua berhasil..." kataku terhenti karena Kiya yang terus meletakkan telunjuk di bibirnya dan meng-isyaratkan dengan bola matanya ada Iqbal di tengah kami.

"Emmm.. Bro! Kita udah kenalan tadi jadi loe gak ada masalah kan sama gua? Atau loe punya pacar? Gua gak mau rusak hubungan loe, karna kita teman. Loe tau sendirikan gosip murahan mudah menyebar," ucapku setelah menepuk bahu Iqbal.

"Terserah!" Sahut Iqbal yang sempat melirik tanganku menepuk bahunya.

"Tuh kan.. gak apaa.. gua kan..." aku melanjutkan ceritaku. Btw aku cerewet banget dan lumayan lucu kalau enggak garing.

***

     Ibuku segera memasuki kamarku pagi itu setelah mendengar tangisanku. Ia mengusap air mata di wajahku lalu membelai rambutku dan menggoyangkan tubuhku yang masih terbaring di tempat tidur dengan mata tertutup.

"Bangun Ra! Bangun Nak!" Ucapnya lembut.

Lalu aku tersentak bangun dengan nafas terengah dan keringat membasahi tubuhku.

"Mimpi buruk lagi?" Tanya ibuku.

"Iya mah, Hara takut banget," ucapku kembali menangis kecil lalu memeluk erat ibuku.

"Gak apapa, itu semua cuma mimpi, semua baik-baik aja, gak apa-apa nak!" ucapnya lembut sembari membelai rambutku dalam peluknya.

Aku menenangkan diriku dengan berlari pagi mengelilingi komplek rumahku yang sepi. Pagi yang dingin dengan matahari yang terus melanjutkan tugasnya menerangi bumi.

Tidak terasa, bertahun aku hidup dengan mimpi yang terus menyerang malamku.

        Aku berangkat sekolah terlalu pagi hari ini berkat mimpi itu. Namun, sekolah ini sudah sangat ramai mengingatkanku bahwa hari ini adalah hari kasih sayang. Para gadis bersemangat membawa coklat di tangan mereka, tentu saja untuk diberikan untuk orang yang mereka suka. Namun aku hanya menduduki kursi milikku di tepi jendela sembari memandangi riuhnya suasana di luar sana.

"Gua jadi pengen makan coklat! Roti selai coklat enak kali ya? Gua laper bange!" Ucapku setelah mendengar orang yang kuanggap Kiya menarik kursi di sisiku.

Aku menoleh namun tidak ada siapa-siapa, hanya Iqbal yang baru sampai menduduki bangku miliknya. Anehnya satu bungkus roti kemasan ada di mejaku.

"Bro! Ini roti punya loe ya?" Tanyaku namun tidak ada jawaban.

"Kalo bukan punya loe, lalu punya siapa? Yaudah gua makan ajalah nanti kuganti laper banget!"

Seperti biasanya wajah bahagiaku tidak bisa kusembunyikan, apalagi saat dapat makanan gratis saat lagi lapar-laparnya. Namun, aneh rasanya ketika bahagia itu diikuti kesedihan yang terkubur dalam ingatan masa lalu yang telah hilang. Aku tersenyum di luar namun terluka di dalam.

.

.

.

Akhir Februari 2018

Baru saja ku beli minuman dan meminumnya sembari menyusuri pinggir lapangan yang tak kusangka suasananya panas dan heboh di sini. Ternyata seseorang sedang senam di tengah lapangan dengan tulisan 'SAYA TELAT' di punggungnya.

"Oh? Dia si bro kan? Siapa namanya? Iqbal?" Lalu aku membatin, "samperin gak ya? Kan temenan! Gak usah aja deh."

Baru hendak melangkah, tiba saja seorang dengan seragam ketat julukannya si ratu gosip, Mia datang dan menawarkan minuman untuk Iqbal. "Ini jadi menarik," pikirku yang memutuskan menghampiri Pemuda yang sedang kewalahan itu.

"Nih minuman buat Loe! Gua beli khusus buat loe!" Ucap Mia dengan senyum memikatnya. Sayangnya Iqbal hanya menatapnya tanpa respon apapun sesuai dugaanku.

"Hey bro! Loe dihukum ya? Makanya loe harus baik sama gua biar nggak kena hukuman gini," ucapku asal.

"Apa hubungannya baik sama loe dengan gak dihukum?" Sahut Iqbal dengan tampang cool khasnya.

"Gak ada hubungan ya? Hehe (tawa canggung). Loe mau minum? (Mengangkat botol minuman) tapi udah gua minum sedikit sih.." belum usai kalimatku, ia langsung mengambilnya dari tanganku dan meminumnya.

Menonton kedekatan aku dan Iqbal dari jarak dekat, tentu membuat Mia semakin panas.

"Eeeeh Mia? Udah lama ya? Oh? (berpura-pura terkejut) Minuman itu buat Iqbal? Duh harusnya gua peka ya? Sorry sorry! Eh tapi cowo loe gak marah nanti? Atau jangan-jangan loe udah putus lagi sama cowo loe ya?" Ledekku dengan ekspresi sok lugu.

Aku mendekatkan wajahku ke telinga Iqbal dan tepat di depan wajahnya kami saling menatap.

"Loe gak naksir Mia kan? Ekspresi loe gini berarti enggak," ucapku berbisik sebentar lalu menjauhkan wajahku lagi. Iqbal terlihat mengaitkan keningnya

"What? Putus sama cowo gua? Enggaklah! cewe kayak loe itu gak ada apa-apanya dan jangan pikir loe bisa rebut cowo gua!" Ucap Mia menyindir.

"Gua rebut cowo loe? Liat deh seragam training yang gua pakek tiap hari! Apa baju gua ini terlihat seperti buat godain cowo orang? Loe mau sebarin gosip aneh lagi? Gua PHO gitu? Dan semua orang percaya hoax begituan lagi? Sadar dong!" Sahutku dengan tenang.

"Selama ini gua diam aja dan ikutin permainan semua orang, karena malas meladeni hal yang nggak penting itu! Tapi makin hari makin parah aja gua lihat! Denger baik-baik semuanya! GUA BUKAN PHO! Apa ada cowo kalian yang gua pacarin? Enggak kan? Gua punya banyak teman cowo, yaa karna loe semua para cewe jauhin gua juga kan!" Ucapku lantang saat semua orang sudah berkerumun menyaksikan kesukaan mereka, tentu saja drama yang bisa dijadikan gosip.

"Apa itu salah? Dan btw nih Mia, jangan-jangan loe mau godain Iqbal ya? Karna loe tau dia pacar gua? Kalo gitu... Jadi, PHO yang sebenarnya itu loe dong! Bukan gua!" kupasang tatap sinis karena kesal.

Muka Mia telah memerah, dia dipenuhi emosi dengan raut wajah bingung pula serta mulutnya agak terbuka karena terkejut begitu mendengar fakta baru itu. Karena semakin banyak siswa yang bermunculan menonton kami, dengan mudah gosip menyebar dalam sekejap. Begitupun semua tuduhan berubah begitu saja dan namaku dibersihkan begitu saja, akhirnya balas dendamku usai.

Dulu mereka menuduh untuk hal yang sebenarnya tidak pernah kulakukan, tapi hari ini dengan menjalani tuduhan yang mereka buat, aku bisa membersihkan namaku. Sekarang tidak perlu lagi drama dengan merekayasa jatuh cinta buatan untuk memberi mereka pelajaran, aku terlalu muak untuk itu.

Tangan Mia bergerak terangkat lalu mengayunkannya kasar menuju pipiku, membuat pipiku memerah hingga aku jatuh pingsan. Tapi itu sepadan dengan malu yang ia terima, aku tidak marah karena aku memang pantas mendapatkannya.

.

.

...

    Aku berlari di jalan tanpa ujung dengan kedua sisi jalan lahan kosong. Terus berlari tanpa seorangpun datang, aku tak mengerti aku ingin berhenti tapi tidak bisa. Hingga aku jatuh terkapar di jalan itu tanpa rasa sakit. Dengan wajah lusuh dan kaki terluka.

   Tiba saja seorang pria datang, ia membopongku di punggungnya dan membawaku ke suatu tempat yang tidak pernah ku datangi sebelumnya. Tempat itu penuh dengan pepohonan kering daun berguguran.

"Aku ingin kamu.." ucap pria itu dan aku masih digendongnya.

Tibalah di sebuah resepsi pernikahan. Tiba saja aku menyaksikan pernikahan pria yang membawaku tadi dari sudut ruangan.

...

.

.

UKS

Mata ku terbelalak terbuka dan sadar dari pingsan, dengan nafas terengah-engah seperti habis berlari. Tirai terbuka terlihat Kiya masuk ke bilik ranjang tempatku tidur karena tadi pinsan. Gadis itu mondar-mandir sembari terus mengoceh menceramahiku agar hati-hati dan jangan nekad, ia melakukannya karena khawatir.

"Kiya kiya! Aneh banget deh, gua mimpi digendong dan dibawa lari seorang cowo," ucapku serius sembari bangkit dari tidur bertukar posisi untuk duduk.

"Itu sih kenyataan, Iqbal gendong bawa lari loe ke sini tadi!" Ucap gadis cantik itu.

"Tapi anehnya... Apa? Si bro begitu? bagaimana?" Tanyaku yang baru tersadar.

"Loe pingsan di depan dia sih, jadi gak heran lagi kalo dia begitu," jawab Kiya santai.

Aku yang masih kebingungan masih larut dalam pikiranku.

"Oya, loe serius bilang Iqbal pacar loe? Satu sekolah heboh tuh!" Raut wajah penasaran Kiya muncul.

"Enggaklah! Gua cuma mau kasih pelajaran buat si ratu gosip itu aja, dia harus sadar kalo hal yang dia gosipkan buat orang lain jatuh ke dia rasanya gimana! Untung gua kuat, gosip begituan bisa aja buat seseorang hancur tau!" Jelasku.

"Jadi, Iqbal pacar loe itu bohong? Tapi kenapa loe bilang gitu, atau jangan-jangan loe suka sama dia ya?" Ucap Kiya memasang wajah ledeknya.

"No, no, no.. dari pada gua mulai suka sama orang lebih baik gua latihan biar gua bisa jadi atlit tangguh! Gua gak akan pernah suka sama Si bro, kita hanya akan jadi teman. Titik!"

Dan kisah ini dimulai saat aku lengah bersama datang mimpi pertama tentangnya, yang masih menjadi teka-teki bagiku.

...

Tbc

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!