One Night Destiny

One Night Destiny

Nominal Besar

Selamat membaca!

"Di mana ini? Apa yang aku lakukan? Ke mana semua pakaianku?"

Wanita bernama Zoya itu pun mulai meremas dengan erat selimut putih yang ada di atas ranjang. Menutupi tubuh polosnya yang sudah tak lagi mengenakan pakaian. Tak bisa dipungkiri, hatinya begitu hancur ketika membuka mata ia sudah tak lagi mengenakan pakaian. Belum lagi, rasa sakit pada bagian intimnya. Membuat gadis berusia 22 tahun itu tahu bahwa saat ini ia sudah tak lagi suci.

"Sebenarnya apa yang terjadi? Yang aku ingat, semalam aku sangat mabuk. Terus ...." Zoya tak sanggup melanjutkan perkataannya. Gadis cantik itu tampak meremas rambutnya dengan mata yang mulai basah. "Aku benar-benar tidak ingat apa pun lagi." Sambil mengusap air mata di kedua pipinya secara bergantian, Zoya masih terus mengingat apa yang terjadi saat di Club, tempat di mana ia berada semalam.

Di saat ingatan dalam pikirannya tidak mampu melawan ketidaktahuannya, tiba-tiba suara langkah kaki terdengar dari arah sisi kirinya.

"Siapa itu?" Zoya mulai menajamkan kedua mata. Melihat seorang pria berjalan mendekatinya.

Zoya merasa semakin kesal karena tidak bisa mengingat akan sosok pria yang berada satu kamar dengannya saat ini. Terlebih ketika pertanyaannya sama sekali tak digubris oleh pria itu. Pria yang hanya mengenakan lilitan handuk putih pada pinggangnya. Membuat bulu tipis pada dada bidang pria itu tampak jelas di mata Zoya.

"Hai, kenapa kamu hanya diam dan tak menjawab pertanyaanku?" Suara Zoya meninggi. Amarah mulai merasuki pikirannya. Belum lagi saat ini ia tahu jika kehormatannya mungkin saja sudah tak lagi ia miliki.

Tanpa menjawab, pria itu tampak meraih pakaian formalnya yang tergeletak di atas lantai. Sebuah kemeja berwarna biru tua mulai dikenakannya tanpa memedulikan pertanyaan yang kembali didengarnya.

"Apa yang kamu lakukan padaku?" tanya Zoya kembali dengan suara yang dua kali lebih lantang dari sebelumnya. Menahan kesedihan sambil coba menguatkan diri dalam situasi saat ini.

"Menurutmu apa yang kita lakukan?" Pria itu mulai melirik. Menghentikan gerakan tangannya yang sejak tadi sibuk mengancing kemeja.

"Jadi kita telah melakukan itu?" Zoya tersentak. Dugaannya sejak tadi kini semakin mendekati kenyataan.

"Dua orang yang sangat mabuk di kamar hotel, apa kamu pikir dia hanya akan tidur saja tanpa melakukan apa-apa?" jawab pria itu dengan santai tanpa memikirkan Zoya yang sejak tadi sudah menangis dengan wajah memerah karena menahan amarah.

Mendengar jawaban itu, Zoya pun bangkit sambil terus menggenggam selimut putih yang sejak tadi menutupi tubuhnya. "Kurang ajar! Apa kamu tidak tahu jika aku sudah menjaga kesucianku ini sejak dulu? Tapi kamu malah seenaknya menikmati tubuhku di saat aku sedang mabuk dan tidak berdaya. Pria macam apa kamu ini? Memanfaatkan kesempatan, padahal seharusnya kamu menolongku!" Dengan sekuat tenaga, Zoya mengarahkan tangannya untuk menampar wajah pria itu. Namun tanpa diduga, pria tersebut berhasil menahannya.

"Jauhkan tanganmu dari wajahku!" Pria itu mencengkram erat tangan Zoya. Menghempaskannya dengan kasar hingga membuat tubuh wanita itu jatuh ke atas ranjang.

"Aku benar-benar tidak rela kamu melakukan ini padaku!" Zoya hanya bisa menangis. Meratapi penyesalan yang menyesakkan dadanya. Ingin rasanya dia memukul pria itu. Namun sayangnya, Zoya tak kuasa melakukan itu. Rasa pedih benar-benar melemahkannya.

"Jangan terlalu menyesali apa yang kamu lakukan! Saya akan memberikan harga yang pantas untukmu. Anggap saja saya membeli kesucianmu!"

"Kamu pikir semua masalah ini akan selesai dengan uang! Aku pasti akan melaporkan apa yang kamu perbuat pada pihak berwajib! Aku tidak akan pernah melepaskanmu! Pria brengsek sepertimu harus mendekam di balik penjara!" kecam Zoya coba menguatkan diri karena ia mulai sadar untuk tidak lemah menghadapi pria yang baru saja dikenalnya. Seorang pria yang telah menodai dan merenggut kesuciannya.

Mendengar ancaman Zoya, pria itu mulai terkekeh. "Coba saja kalau kamu bisa. Mungkin kamu tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa sampai bisa memiliki niat seperti itu? Apa kamu tidak pernah mendengar nama Lucas Dekawistara?" Sambil mengangkat sebelah alisnya, raut wajah Lucas benar-benar terlihat menyebalkan di mata Zoya.

"Aku tidak peduli siapa kamu sebenarnya? Aku tidak takut denganmu! Sama sekali tidak takut!" Zoya kembali bangkit. Berdiri, lalu mendekati Lucas dengan amarah yang kian memuncak.

"Tahan emosimu, Nona! Saya pikir nominal ini pantas untuk membuatmu lupa tentang semua kejadian ini! Coba kamu lihat!" Lucas memberikan sebuah cek setelah menuliskan sejumlah nominal uang di sana.

Melihat cek itu, Zoya seketika teringat akan masalahnya. Langkahnya seketika terhenti tepat di hadapan Lucas yang sudah rapi mengenakan seluruh pakaian.

"Ya Tuhan, apa ini adalah jalan darimu agar aku bisa membawa ibuku lepas dari laki-laki brengsek itu?" gumam Zoya teringat akan alasan kenapa dirinya bisa datang ke sebuah Club hingga mabuk-mabukan di sana.

"Aku tidak punya waktu menunggumu berpikir, ambil cek ini dan lupakan semua yang terjadi semalam! Jalani hidupmu dengan bahagia dan anggap aku tidak pernah ada, oke!" Lucas meletakkan selembar cek di atas meja, lalu mulai melangkah menuju pintu kamar. Meninggalkan Zoya yang masih termangu tanpa dapat mengatakan hal apa pun.

Begitu Lucas keluar, pintu kamar kembali tertutup. Di saat itulah, Zoya mulai sadar dari lamunannya. "Apa ini memang jalan hidupku?" Zoya melangkah perlahan. Pandangannya masih terus menatap selembar cek yang ada di atas meja.

"Maafkan aku, Mah. Maaf karena aku telah melepas pria itu hanya demi uang ini, tapi aku rasa, ini adalah satu-satunya cara agar aku bisa membawamu lepas dari Jonathan. Aku tidak ingin melihat kamu terus disiksa, aku tidak mau kita bergantung hidup dengan pria yang tidak pernah bisa membawa kebahagiaan untukmu." Zoya mengambil cek itu. Menggenggam lembaran itu dengan erat sambil terus memandangi nominal yang tertulis pada kertas itu. Sejumlah uang yang pasti bisa menghidupi ibunya sekalipun lepas dari Jonathan, ayah tirinya.

Setelah memandangi lembaran cek di tangannya selama beberapa detik, Zoya kembali melangkah mendekati ranjang. Seluruh tubuhnya masih terasa sakit, hatinya pun begitu hancur dengan semua yang terjadi. Namun, Zoya tak punya pilihan selain menerimanya.

"Mama tidak perlu tahu dari mana uang ini aku dapatkan. Setidaknya mulai hari ini, aku tidak akan lagi melihat Mama mendapatkan perlakuan kasar dari Jonathan. Aku bisa hidup bahagia hanya berdua dengan Mama," ucap Zoya sambil menghempaskan tubuhnya dengan duduk di tepi ranjang. Air matanya mulai menetes jatuh bergantian hingga ke pangkuan. Menandakan rasa sakit yang teramat dalam kini tengah dirasakannya.

Bersambung ✍️

Terpopuler

Comments

stela

stela

aku udah hadir ni

2023-05-09

1

iyel

iyel

merapat 😁

2023-02-06

0

𝐆𝐂 𝐙𝐈𝐅𝐄𝐈ᵇᵃˢᵉ𝐙⃝🦜🍉

𝐆𝐂 𝐙𝐈𝐅𝐄𝐈ᵇᵃˢᵉ𝐙⃝🦜🍉

mampir thorr

2023-01-29

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!