Penolakan Zoya

Selamat membaca!

Sebuah tamparan keras mendarat tepat di sebelah pipi Alden. Suara tamparan yang bahkan sampai membuat beberapa pengunjung di tempat itu menoleh ke arah mereka dengan sorot mata heran.

"Jangan pikir saya akan menerima tawaran itu. Bagaimana bisa saya menyerahkan anak yang saya kandung dan menggantinya dengan uang?" Dengan tegas Zoya mengatakan itu. Sorot matanya begitu tajam, menatap dengan penuh amarah.

Alden yang masih mengusap sebelah pipinya hanya bisa terdiam. Ia tak ingin memancing keributan, terlebih saat ini semua mata sudah mengarah padanya dan bukan tidak mungkin ada orang yang mengenalinya sebagai asisten Lucas atau bahkan kemungkinan paling buruk adalah ada yang merekamnya.

"Jika tidak ada lagi yang ingin dibicarakan saya pamit! Sampaikan pada atasan Anda jika saya tidak bisa menerima tawarannya." Zoya pun pergi begitu saja tanpa menunggu jawaban Alden. Meninggalkan pria itu yang hanya bergeming menatap kepergiannya.

Setelah Zoya tak lagi terlihat oleh pandangannya, Alden langsung mengambil ponsel dari saku jasnya untuk menghubungi Lucas. Melaporkan penolakan yang diberikan oleh Zoya. Jangankan untuk memberikan anaknya, bahkan bertemu dengan Lucas secara langsung Zoya pun menolaknya dengan keras.

***

Di sepanjang jalan, Zoya terus memikirkan semua hal yang dikatakan oleh Alden. Tak lupa ia juga menukar kembali hasil pemeriksaannya yang tertukar kemarin saat bertabrakan dengan pria itu.

"Jadi karena mandul, makanya dia bersikeras untuk mendapatkan anakku untuk menjadi penerus keluarganya." Zoya menghela napasnya yang berat. Memikirkan tawaran Alden yang baginya seperti cerita-cerita novel yang pernah dibacanya. Walaupun uang yang ditawarkan oleh Alden jumlahnya tidak main-main, yaitu mencapai 50 miliar. "Setidaknya dia menghargai anaknya sendiri dengan sangat tinggi. Itu artinya, dia masih menggunakan akal sehatnya untuk berpikir."

Di dalam angkot yang penuh sesak penumpang, Zoya masih terus mengingat apa yang dikatakan oleh Alden. Ingatan yang masih membuatnya terbakar amarah. Ia merasa dianggap rendah karena Lucas hanya menginginkan anak dalam kandungannya, tanpa memikirkan perasaannya. Bagaimana mungkin seorang ibu bisa menjual anak yang merupakan darah dagingnya sendiri. Mungkin jika Alden mengatakan Lucas akan bertanggung jawab dengan menikahinya, itu bisa sedikit dipertimbangkan oleh Zoya karena tentu saja dia tidak ingin anaknya lahir tanpa seorang ayah.

Di tengah rasa kalut Zoya memikirkan hidupnya, suara sirine dari mobil pemadam kebakaran mulai terdengar keras. Tak peduli seberapa macet keadaan lalu lintas saat itu, tapi semua mobil yang berada di depannya tampak menepi dan memberi jalan pada ketiga mobil pemadam yang seketika melintasi angkot yang Zoya naiki.

Butuh waktu lama untuknya tiba di rumah. Keadaan jalan saat itu begitu ramai hingga membuat lalu lintas berubah menjadi padat. Zoya pun mulai lelah berada lama-lama di dalam angkot. "Biasanya jam segini masih belum macet. Ini pasti karena kebakaran yang terjadi di depan sana."

Zoya mulai merasa tidak nyaman. Maklum saja, biasanya ia selalu menggunakan sepeda motornya untuk pergi ke mana pun. Saat ini, tak hanya merasa jika tubuhnya sudah dibasahi oleh keringat, tapi ia juga mulai mencium wangi yang tak sedap di dalam angkot. Entah itu bau badan seorang penumpang karena berkeringat atau ada yang sengaja buang angin hingga udara seisi angkot jadi tercemar.

"Harusnya tadi aku tidak menumpang mobil pria itu," gumam Zoya menyesali keputusannya saat menerima tawaran Alden untuk pergi bersama dengan mobil milik pria itu.

Setelah berkutat dengan kemacetan dan keadaan yang sulit di dalam angkot, Zoya pun sudah tiba di depan jalan menuju rumahnya. Setelah keluar, dia langsung memberikan sejumlah uang pada pengemudi. Lalu, kedua mata Zoya dibuat tercekat begitu kaget saat tiga mobil pemadam yang tadi sempat melewati angkot yang dinaikinya ternyata sudah terparkir di depan jalan menuju rumahnya. Zoya pun mulai melihat kepulan asap hitam yang membumbung tinggal di langit. Membuat ketenangannya mulai terusik karena ia merasa jika asap itu seperti berada dekat sekali dengan rumah dan toko bunganya.

"Apa mungkin ...?" Zoya tak sanggup melanjutkan perkataannya. Ia pun mulai mempercepat langkah kakinya. Menerobos kerumunan orang yang tengah ramai di sekitar jalan menuju rumahnya. Ia masih berharap jika kebakaran itu tidak mengenai rumah dan toko bunganya, tapi ternyata harapannya harus pupus saat rumahnya tak lagi berbentuk. Semua sudah hancur menjadi puing-puing dengan kobaran api yang masih tampak nyala. Zoya jatuh berlutut di aspal. Tubuhnya seketika menjadi sangat lemah, air matanya pun mulai luruh tak tertahan. Bagaimana mungkin, rumah yang baru dibelinya bisa terbakar habis dan tak hanya itu, toko bunga yang baru dirintisnya juga ikut terbakar bersama sejumlah rumah yang ada di sekitarnya.

"Ya Tuhan, cobaan apa lagi ini? Kenapa ... kenapa ini harus menimpaku?" Masih dalam isak tangisnya, Zoya pun teringat akan keadaan ibunya yang sempat dititipkan untuk menjaga toko bunga saat ia pergi dengan Alden. "Ibu." Zoya bangkit dari posisi duduknya. Berdiri, lalu berlari cepat mendekati rumah dan toko bunganya yang masih dilahap oleh api yang membakar seluruh bangunan. Namun, tiba-tiba seorang pria menahan langkahnya agar tak lebih mendekat dari posisinya saat ini.

"Mba, jangan mendekat! Apinya masih besar, nanti Mba bisa ikut terbakar."

"Tapi Ibu saya di dalam, Pak. Ibu saya bagaimana?" tanya Zoya dengan air mata yang sudah membasahi wajahnya sambil tetap berusaha untuk lepas dari dekapan pria itu.

"Maaf, Mba. Kami tidak bisa menyelamatkan Ibu Anda yang berada di dalam toko bunga itu."

Zoya berteriak histeris memanggil nama ibunya berulang kali. Ia tak percaya atas apa yang didengarnya. Dunianya seketika terhenti beberapa saat. Hatinya begitu hancur karena harus kehilangan satu-satunya keluarga yang masih dimilikinya. "Enggak mungkin! Bapak jangan bohong!" Zoya semakin berontak. Ia tak kuasa menahan kepedihannya. Entah berapa banyak air mata yang jatuh dengan cepat membasahi wajah cantiknya.

Sampai akhirnya, suara Zoya terhenti. Wanita itu tak sadarkan diri dan dengan cepat langsung dibawa ke sebuah mobil berwarna hitam yang memiliki kaca gelap hingga keadaan di dalamnya benar-benar tak dapat dilihat jika dari luar. Mobil yang sejak kedatangan Zoya di sana memang sudah terparkir di sekitar jalan menuju rumahnya.

Bersambung ✍️

Terpopuler

Comments

Elizabeth Yanolivia

Elizabeth Yanolivia

tinggal = tinggi

2023-01-30

1

Tati st🍒🍒🍒

Tati st🍒🍒🍒

sudah jatuh tertimpa tannga itu nadibmu xoya

2023-01-28

0

𝐀⃝🥀ᴅͨɪͧᴀᷡɴͨɴͣᴀᷡ/off mt dulu

𝐀⃝🥀ᴅͨɪͧᴀᷡɴͨɴͣᴀᷡ/off mt dulu

malang sekali nasib mu zoy

2023-01-28

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!