Selamat membaca!
Lucas terlihat baru saja tiba di rumah mewahnya, kedatangan pria itu sudah ditunggu sejak tadi oleh asisten pribadinya.
"Tuan, Anda sudah ditunggu oleh tuan besar," ucap Alden begitu Lucas keluar dari mobil mewahnya.
"Pasti yang ingin dibicarakan masalah perjodohan konyol itu. Dia benar-benar tidak mengerti apa yang aku katakan sejak kemarin."
"Bukan hanya itu, Tuan. Kali ini tuan besar juga memberikan ultimatum."
Lucas tercekat. Namun, pria itu tidak gentar menghadapi ancaman sang ayah yang memang sudah terbiasa memaksa apa pun yang tidak ia kehendaki. "Memangnya si tua itu mengancam apalagi?" Lucas mengerutkan keningnya. Menanti jawaban Alden sambil terus melangkah di mana sang asisten terus mengiringinya.
"Sebaiknya Anda mendengarnya langsung dari tuan besar, beliau sudah menunggu Anda bersama Nyonya Belinda."
"Baiklah, Alden. Sepertinya ancamannya kali ini benar-benar serius sampai kamu tidak mau mengatakannya langsung padaku." Lucas semakin mempercepat langkah kakinya setelah memasuki pintu rumah. Tujuannya adalah ruang makan, tempat di mana orang tuanya sudah menunggunya.
Setibanya di sana, Lucas langsung disambut dengan sindiran. "Pagi yang cerah ya, Lucas. Kira-kira wanita mana lagi yang telah kamu tiduri semalam?"
Lucas sedikit terkejut. Namun, keterkejutan itu tak diperlihatkannya. "Bicara apa kau, Dad? Semalaman itu aku mempelajari banyak proposal kerjasama di kantor. Sampai akhirnya, aku lelah dan tertidur di ruang pribadiku."
Mendengar jawaban putranya, Edward seketika terkekeh. Baginya sangat lucu karena Lucas masih mengelak, padahal semua informasi itu telah ia dapatkan dari Alden yang semalam menemani putranya itu ke Club. "Kamu masih saja berbohong. Coba tanya asistenmu itu?"
Lucas seketika menoleh. Menatap Alden dengan sorot mata yang menajam.
"Kurang ajar kau, Alden. Aku sudah bilang jangan katakan tentang hal ini pada Daddy."
Tentu saja hal itu tak dikatakan secara langsung oleh Lucas. Namun, Alden dapat melihat jelas bahwa saat ini Lucas benar-benar marah padanya.
"Ya Tuhan, kira-kira hukuman apa yang nanti akan aku terima di kantor?" gumam Alden mulai merasa ciut setelah melihat tatapan Lucas yang begitu tajam.
"Daddy semakin tidak mengerti denganmu Lucas. Ke mana arah hidup kamu ke depannya? Kamu itu sering sekali tidak fokus dalam bekerja. Bahkan bukan hanya itu saja, beberapa media sering menangkap kamu sedang bersama wanita dan lebih parahnya, bukan hanya satu wanita yang dimuat media itu, tapi berbeda-beda."
Melihat kemarahan suaminya, Belinda coba menenangkan. "Sayang, tenang dulu! Kita bisa bicarakan semua ini baik-baik. Lucas pasti akan mengerti dengan keinginan kita."
"Ini karena kamu selalu memanjakannya. Lucas itu sudah dewasa, aku hanya tidak ingin nantinya dia sampai menghamili wanita yang bisa merusak nama baik keluarga kita. Jadi mulai sekarang, jangan pernah membelanya lagi!" Edward sedikit lebih tegas. Namun, ia tak sampai membentak Belinda. Bagi Edward, istrinya itu adalah wanita yang sangat berharga bahkan lebih ia utamakan dari urusan apa pun.
"Sudah, Dad. Jangan berkata seperti itu pada Mommy," timpal Lucas memotong pembicaraan orang tuanya.
"Apa kamu tidak sadar jika ini semua karena sifat kamu yang keras kepala?"
Mendengar pertanyaan lantang dari suaminya, Belinda pun hanya diam menatap Lucas yang saat ini tampak semakin masam wajahnya.
"Aku bosan, Dad. Kenapa selalu tentang perjodohan terus? Aku sudah katakan kalau aku bisa sendiri mencari wanita untuk menjadi istriku. Jadi kau tidak perlu repot-repot memilihkannya." Lucas menunjukkan wajah tegas menolak rencana sang ayah. Menunjukkan bahwa pria itu benar-benar tidak suka dengan hal tersebut.
Mendengar pembelaan Lucas, Edward pun seketika terkekeh. "Bagaimana aku tidak was-was? Putraku setiap malam selalu menghabiskan waktu bersama wanita-wanita malam yang tidak jelas asal-usulnya."
Lucas mengedikkan kedua bahunya dengan kedua tangan yang menengadah. "Ayolah, Dad! Apa kau tidak pernah muda dulu?"
"Aku pernah muda, tapi tidak sepertimu. Kau boleh tanyakan pada ibumu, bagaimana kesetiaanku selama 7 tahun padanya sebelum keluarganya setuju aku menikahinya."
Belinda pun tersenyum sambil mengusap punggung tangan suaminya untuk meredakan amarah yang tengah menguasai pria paruh baya itu. "Sabar, sayang. Kita pelan-pelan bicarakan ini ya!" Setelah melihat senyum simpul di wajah Edward, pandangan Belinda pun mulai beralih menatap putranya. "Apa yang dikatakan Daddy memang benar, seharusnya kamu bisa mencontoh Daddy kamu, Lucas. Sekarang begini saja, kalau benar kamu bisa memilih sendiri wanita untuk menjadi istri kamu. Maka kami akan memberikan kebebasan itu."
"Tapi ada jangka waktunya. Hanya satu bulan. Daddy rasa itu cukup untuk kamu memilih wanita yang sederajat dengan kami," timpal Edward dengan tegas, menambahkan perkataan istrinya hingga membuat Lucas tercekat kaget.
"Ayolah, Dad! Satu bulan itu waktu yang sangat singkat. Ini masalah memilih pasangan hidup, kenapa kau memberikan waktu hanya satu bulan? Jangan kau samakan dengan membeli rumah yang bisa lebih mudah kau pilih," protes Lucas begitu mendengar perkataan ayahnya tentang waktu yang dinilainya terlalu singkat.
"Kalau kau tidak bisa, itu artinya kau harus mengikuti keinginan kami untuk menikah dengan Flora. Dia wanita cantik, lulusan Oxford, dan sekarang sudah menjadi CEO di perusahaannya. Daddy rasa dia pantas untuk menjadi menantu dari seorang Edward Snowden. Lagi pula Flora itu kan teman satu kuliahmu waktu di London."
Lucas yang memang sudah mengenal dekat tentang wanita itu pun tampaknya tidak setuju dengan pilihan ayahnya. Pria itu memang sudah bosan mendengar jika orang tuanya akan menjodohkannya. Namun, baru kali ini Edward mengatakan siapa wanita yang menjadi pilihannya.
"Kenapa harus Flora? Tidak mungkin! Sekarang aku sudah bisa membayangkan kebebasanku pasti sekejap akan hilang, hidupku akan terkekang, dan dunia malam pasti tidak akan pernah bisa aku rasakan lagi," gumam Lucas yang mulai memutar otaknya.
"Bagaimana, Lucas? Dia cantik dan pintar, Mommy rasa keputusan Daddy memilihnya sudah sangat tepat, kecuali, memang kamu bisa mencari wanita yang sepadan dengannya."
"Tentu saja aku bisa." Dengan cepat, Lucas yang tersadar dari lamunannya langsung menjawabnya.
"Oke, satu bulan, kamu harus mengenalkan wanita itu pada kami! Kalau sampai batas waktunya nanti kamu masih tidak bisa menentukan pilihanmu sendiri. Maka, mau tidak mau, kamu harus menerima perjodohan itu dan kalau kamu menolak, Daddy akan bertindak tegas dengan menurunkan jabatanmu sebagai CEO di perusahaan dan Alden yang akan menggantikanmu."
Seketika Lucas tercekat lebih kaget dari sebelumnya. Ancaman itu benar-benar terdengar konyol untuknya. Bayangan di saat Alden memerintahnya ini dan itu mulai terbesit dalam pikiran hingga membuatnya semakin tak punya pilihan selain harus menuruti keinginan dari Edward.
"Baiklah, aku akan bawa wanita itu ke hadapan kalian. Satu bulan, oke! Apakah sekarang kalian puas?"
"Mommy ikut senang mendengarnya, sayang. Pokoknya Mommy dan Daddy benar-benar tidak sabar ingin melihat wanita pilihan kamu. Sebenarnya selain ingin menjaga nama baik keluarga kita, kami juga ingin segera menimang cucu. Kamu anak satu-satunya, Lucas, hanya kamu harapan kami. Jadi Mommy harap, kamu mau mengerti mengapa kami sampai mendesak kamu seperti ini."
Lucas tidak mendengarkan perkataan Belinda sepenuhnya. Kedua matanya saat ini tengah melirik ke arah Alden dengan sorot yang tajam.
"Pantas saja kau tidak ingin mengatakan ancaman itu. Dasar, Alden. Awas kau!" batin Lucas yang kembali merasa kesal pada asistennya itu.
Bersambung ✍️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
𝐀⃝🥀ᴅͨɪͧᴀᷡɴͨɴͣᴀᷡ/off mt dulu
nasib sang asisten
2023-01-28
1
erniraditya
Zoya comingsoon yaa
2023-01-02
1
Ratih
Aku kasih bnayak hadiah buatmu kak Othor...semangat.
2022-12-26
0